Perbedaan Ikan Air Tawar dan Ikan Air Laut untuk MPASI Menurut dr. Tan

- Ikan air tawar tinggi protein, ikan air laut tinggi omega-3
- Ikan lokal seperti lele dan belut kaya protein, tetapi kurang omega-3 dibanding ikan laut
- Cara menyajikan ikan untuk bayi dan tanda-tanda alergi ikan perlu diperhatikan dengan baik
Salah satu menu MPASI yang disarankan untuk bayi adalah ikan. Ikan merupakan makanan awal yang baik karena kaya akan nutrisi penting, termasuk protein dan asam lemak.
Namun, sebaiknya hindari beberapa jenis ikan karena dapat mengandung merkuri dalam kadar yang tidak aman, yang dalam dosis tinggi dapat berbahaya bagi anak-anak.
Menurut Dr. dr. Tan Shot Yen, M.hum., di podcast Nikita Willy Official, ikan air tinggi protein, ikan air laut tinggi omega-3. Jadi ikan mana yang sebaiknya diberikan untuk bayi? Dan kapan bayi boleh mulai mengonsumsi ikan? Bila Mama berencana untuk menambahkan ikan dalam menu MPASI si Kecil, yuk, simak penjelasannya pada ulasan Popmama.com berikut ini.

Perbedaaan Ikan Air Tawar dan Ikan Air Laut untuk MPASI Menurut dr. Tan
Menurut dr. Tan Shot Yen, Indonesia sangat kaya. Sumber makanan sehat sangat berlimpah. Tapi apa syarat makanan sehat? Makanan sehat memiliki syarat: harus bergizi dan saat dikonsumsi, semakin dekat dengan bentuk aslinya di alam. Misalnya, mengonsumsi ikan dalam bentuk ikan kukus, panggang, dan sebaiknya tidak dikonsumsi dalam bentuk nugget.
Makanan juga harus mengandung nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jadi, bayi dan orang dewasa harus mengonsumsi makanan yang mengandung nutrisi yang dibutuhkan tubuh, alih-alih makanan yang disukai saja.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ikan kaya akan nutrisi yang baik untuk kesehatan bayi. Nah, Mama mungkin mengamati jika salmon kerap menjadi pilihan para orangtua untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan anak-anak. Namun harga salmon tidak murah. Selain itu, apakah tidak ada ikan lokal yang nutrisinya sama atau bahkan lebih baik dari salmon?
dr. Tan Shot Yen mengatakan, ikan lokal justru lebih juara. Beliau juga menambahkan jika ikan air tawar tinggi proteinnya. Termasuk lele dan belut yang proteinnya “juara”, kata dr. Tan Shot Yen. Namun kelemahan dari ikan air tawar, karena dipelihara dan bukan dari laut, omega-3 tidak sebanyak ikan laut, Ma.
Omega-3 dibutuhkan bayi untuk mendukung perkembangan otak dan kecerdasan, meningkatkan ketajaman penglihatan, memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan membantu menjaga kesehatan jantung sejak dini.
Nah, jika Mama ingin memenuhi kebutuhan omega-3 pada bayi, Mama bisa memberikan ikan laut. Omega-3 yang terkandung dalam ikan kembung itu lebih tinggi dari salmon.
Bukannya Mama tidak boleh memberikan ikan salmon untuk si Kecil. Namun, dr. Tan Shot Yen menambahkan lagi, salmon itu tidak ada di perairan Indonesia. Artinya, salmon yang dikonsumsi merupakan salmon import. Yang ditakutkan adalah salmon yang dikonsumsi bayi sudah tidak segar atau bahkan busuk.
Bagaimana Mama bisa mengetahui apakah salmon itu masih segar atau menjelang busuk? Bau amis pada salmon itu menandakan bahwa ikan tersebut sedang mengalami pembusukan. Hal ini berlaku untuk daging, ikan, hingga telur, Ma.

Apakah Ikan Bermanfaat untuk Bayi?
Ikan dapat berperan penting dalam pola makan seimbang – ikan kaya akan nutrisi yang krusial bagi kesehatan dan perkembangan bayi dan anak-anak.
Ikan merupakan sumber protein dan lipid (lemak) yang sehat. Lipid berfungsi sebagai sumber energi, memberikan bantalan bagi organ vital dan perlindungan dari suhu ekstrem, serta memungkinkan penyerapan vitamin yang larut dalam lemak.
Ikan mengandung asam lemak omega-3 yang penting untuk perkembangan otak, penglihatan dan pembentukan mata, sistem kekebalan tubuh, dan jantung yang sehat. Ikan dapat menjadi sumber vitamin D, E, B1, B3, B6, dan B12; ikan juga mengandung kalsium, zat besi, dan fluorida.

Cara Menyajikan Ikan untuk Bayi
Saat menyiapkan ikan untuk bayi, buang semua kulit dan tulangnya (termasuk tulang yang sangat kecil di dalam daging), lalu haluskan atau cincang halus untuk mencegah tersedak. Setelah bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk makanan jari (antara usia 8 dan 10 bulan), Mama dapat menyajikan ikan matang seukuran gigitan.
Saat Mama memberikan kerang kepada bayi, pastikan untuk membuang cangkangnya dan bagian yang keras, seperti ekor udang, untuk mencegah tersedak. Kerang seringkali memiliki tekstur yang lebih keras daripada ikan lainnya, jadi potonglah menjadi potongan-potongan kecil, sekitar 0,6 cm, atau haluskan saat Mama menyajikannya kepada bayi.

Apakah Bayi Bisa Alergi Ikan?
Ikan dan kerang termasuk makanan yang paling umum menyebabkan alergi. Meskipun alergi makanan pada bayi sering kali hilang seiring bertambahnya usia, alergi ikan atau kerang lebih jarang hilang. Alergi makanan laut juga lebih mungkin menyebabkan reaksi parah dibandingkan alergi makanan lainnya.
Ikan dan kerang adalah kategori alergen yang berbeda – jadi jika bayi alergi ikan, mereka mungkin tidak alergi terhadap kerang, dan sebaliknya. Namun, ada kemungkinan bayi alergi terhadap ikan dan kerang. Hal yang sama berlaku untuk berbagai jenis ikan: Alergi terhadap satu jenis ikan (misalnya, salmon) tidak selalu berarti bayi akan alergi terhadap jenis ikan lain (seperti tuna), meskipun ada kemungkinan bayi alergi terhadap semua jenis ikan.
Saat memperkenalkan makanan yang berpotensi menyebabkan alergi, para ahli menyarankan untuk memberikannya kepada bayi di rumah, alih-alih di tempat penitipan anak atau restoran. Seperti halnya makanan baru lainnya, sajikan makanan tersebut selama 3 hingga 5 hari sebelum menawarkan makanan baru lainnya. Dengan begitu, Mama dapat memantau reaksi bayi dan mengetahui kemungkinan penyebabnya.
Tanda-tanda alergi makanan meliputi gatal-gatal, ruam kulit yang gatal, pembengkakan, mual, muntah, diare, dan kulit pucat. Jika Mama melihat gejala-gejala ini pada bayi, beri tahu dokter. Jika bayi mengalami gejala yang melibatkan beberapa bagian tubuh (seperti gatal-gatal disertai muntah atau diare), kemungkinan itu adalah reaksi anafilaksis dan Mama harus segera menghubungi dokter atau membawa bayi ke dokter.
Tanda-tanda lain reaksi anafilaksis adalah sesak tenggorokan, kesulitan bernapas, mengi, pusing, dan kehilangan kesadaran. Jika bayi menunjukkan tanda-tanda reaksi anafilaksis setelah makan ikan, segera bawa ke dokter, ya.
Itu penjelasan tentang perbedaan ikan air tawar dan ikan air laut untuk MPASI menurut Dr. dr. Tan Shot Yen, M.Hum. Semoga bisa membantu Mama dalam memilih ikan yang tepat untuk si Kecil, ya! Apakah si Kecil juga suka makan ikan, Ma?



















