Keutamaan Ayat Kursi dan Kisah Pertemuan Abu Hurairah dan Setan

Ayat Kursi merupakan ayat ke-255 dari Surah Al-Baqarah yang dikenal memiliki banyak keutamaan. Ayat ini menegaskan kalimat tauhid, menunjukkan kebesaran Allah SWT, dan menjadi pegangan kuat bagi umat Muslim dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Dalam keseharian, Ayat Kursi juga sering dibaca sebagai doa perlindungan, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah SAW, yang kerap memanjatkannya untuk memohon penjagaan dari segala bentuk keburukan.
Apakah Mama tahu, ada sebuah riwayat tentang pertemuan Abu Hurairah RA dengan setan? Dalam pertemuan itu disebutkan bahwa setan itu mengajarkan keutamaan membaca Ayat Kursi.
Kisah ini tercatat dalam hadis riwayat Imam Bukhari No. 2311, yang diceritakan langsung oleh Abu Hurairah dan diterjemahkan oleh Abu Abbas Zain Musthofa al-Basuruwani.
Dalam peristiwa tersebut, tersirat pesan penting bahwa siapa pun yang membaca Ayat Kursi sebelum tidur, maka ia akan senantiasa dijaga oleh Allah dan tidak akan didekati setan hingga pagi hari.
Dalam artikel ini, Popmama.com akan membahas lebih dalam mengenai hadis keutamaan ayat kursi. Yuk, simak sampai akhir untuk mengetahui hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil!
Hadis Mengenai Pertemuan Abu Hurairah dan Setan

Dalam Shahih Bukhari disebutkan kisah pertemuan Abu Hurairah dan Setan secara lengkap sebagai berikut,
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ – رضى الله عنه – قَالَ وَكَّلَنِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – بِحِفْظِ زَكَاةِ رَمَضَانَ ، فَأَتَانِى آتٍ فَجَعَلَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ ، وَقُلْتُ وَاللَّهِ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ إِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ ، وَلِى حَاجَةٌ شَدِيدَةٌ . قَالَ فَخَلَّيْتُ عَنْهُ فَأَصْبَحْتُ فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mewakilkan padaku untuk menjaga zakat Ramadhan (zakat fitrah).
Lalu ada seseorang yang datang dan menumpahkan makanan dan mengambilnya. Aku pun mengatakan, “Demi Allah, aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lalu ia berkata, “Aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku pun sangat membutuhkan ini.”
Abu Hurairah berkata, “Aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?”
Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga.
Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
فَعَرَفْتُ أَنَّهُ سَيَعُودُ لِقَوْلِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – إِنَّهُ سَيَعُودُ . فَرَصَدْتُهُ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – . قَالَ دَعْنِى فَإِنِّى مُحْتَاجٌ ، وَعَلَىَّ عِيَالٌ لاَ أَعُودُ ، فَرَحِمْتُهُ ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ شَكَا حَاجَةً شَدِيدَةً وَعِيَالاً ، فَرَحِمْتُهُ فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « أَمَا إِنَّهُ قَدْ كَذَبَكَ وَسَيَعُودُ »
Aku pun tahu bahwasanya ia akan kembali sebagaimana yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan.
Aku pun mengawasinya, ternyata ia pun datang dan menumpahkan makanan, lalu ia mengambilnya.
Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”
Lalu ia berkata, “Biarkanlah aku, aku ini benar-benar dalam keadaan butuh. Aku memiliki keluarga dan aku tidak akan kembali setelah itu.”
Abu Hurairah berkata, “Aku pun menaruh kasihan padanya, aku membiarkannya. Lantas di pagi hari, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata padaku: “Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan oleh tawananmu?”
Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, dia mengadukan bahwa dia dalam keadaan butuh dan juga punya keluarga.
Oleh karena itu, aku begitu kasihan padanya sehingga aku melepaskannya pergi.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia telah berdusta padamu dan dia akan kembali lagi.”
فَرَصَدْتُهُ الثَّالِثَةَ فَجَاءَ يَحْثُو مِنَ الطَّعَامِ ، فَأَخَذْتُهُ فَقُلْتُ لأَرْفَعَنَّكَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – ، وَهَذَا آخِرُ ثَلاَثِ مَرَّاتٍ أَنَّكَ تَزْعُمُ لاَ تَعُودُ ثُمَّ تَعُودُ . قَالَ دَعْنِى أُعَلِّمْكَ كَلِمَاتٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهَا . قُلْتُ مَا هُوَ قَالَ إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) حَتَّى تَخْتِمَ الآيَةَ ، فَإِنَّكَ لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَنَّكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ . فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ فَأَصْبَحْتُ ، فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « مَا فَعَلَ أَسِيرُكَ الْبَارِحَةَ » . قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ زَعَمَ أَنَّهُ يُعَلِّمُنِى كَلِمَاتٍ ، يَنْفَعُنِى اللَّهُ بِهَا ، فَخَلَّيْتُ سَبِيلَهُ . قَالَ « مَا هِىَ » . قُلْتُ قَالَ لِى إِذَا أَوَيْتَ إِلَى فِرَاشِكَ فَاقْرَأْ آيَةَ الْكُرْسِىِّ مِنْ أَوَّلِهَا حَتَّى تَخْتِمَ ( اللَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَىُّ الْقَيُّومُ ) وَقَالَ لِى لَنْ يَزَالَ عَلَيْكَ مِنَ اللَّهِ حَافِظٌ وَلاَ يَقْرَبَكَ شَيْطَانٌ حَتَّى تُصْبِحَ ، وَكَانُوا أَحْرَصَ شَىْءٍ عَلَى الْخَيْرِ . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « أَمَا إِنَّهُ قَدْ صَدَقَكَ وَهُوَ كَذُوبٌ ، تَعْلَمُ مَنْ تُخَاطِبُ مُنْذُ ثَلاَثِ لَيَالٍ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ » . قَالَ لاَ . قَالَ « ذَاكَ شَيْطَانٌ »
Pada hari ketiga, aku terus mengawasinya, ia pun datang dan menumpahkan makanan lalu mengambilnya.
Aku pun mengatakan, “Aku benar-benar akan mengadukanmu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini sudah kali ketiga, engkau katakan tidak akan kembali namun ternyata masih kembali. Ia pun berkata, “Biarkan aku. Aku akan mengajari suatu kalimat yang akan bermanfaat untukmu.”
Abu Hurairah bertanya, “Apa itu?” Ia pun menjawab, “Jika engkau hendak tidur di ranjangmu, bacalah ayat kursi ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum …‘ hingga engkau menyelesaikan ayat tersebut.
Faedahnya, Allah akan senantiasa menjagamu dan setan tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.” Abu Hurairah berkata, “Aku pun melepaskan dirinya dan ketika pagi hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya padaku, “Apa yang dilakukan oleh tawananmu semalam?”
Abu Hurairah menjawab, “Wahai Rasulullah, ia mengaku bahwa ia mengajarkan suatu kalimat yang Allah beri manfaat padaku jika membacanya.
Sehingga aku pun melepaskan dirinya.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa kalimat tersebut?”
Abu Hurairah menjawab, “Ia mengatakan padaku, jika aku hendak pergi tidur di ranjang, hendaklah membaca ayat kursi hingga selesai yaitu bacaan ‘Allahu laa ilaha illa huwal hayyul qoyyum’.
Lalu ia mengatakan padaku bahwa Allah akan senantiasa menjagaku dan setan pun tidak akan mendekatimu hingga pagi hari.
Dan para sahabat lebih semangat dalam melakukan kebaikan.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Adapun dia kala itu berkata benar, namun asalnya dia pendusta. Engkau tahu siapa yang bercakap denganmu sampai tiga malam itu, wahai Abu Hurairah?” “Tidak”, jawab Abu Hurairah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Dia adalah setan.” (HR. Bukhari no. 2311).
Makna Hadis HR Bukhari No. 2311

Hadis riwayat Bukhari No. 2311 yang menceritakan pertemuan Abu Hurairah dengan setan menyimpan pelajaran penting mengenai keutamaan membaca Ayat Kursi.
Menurut penjelasan dalam riwayat Abu Mutawakkil yang dinukil oleh Ibnu Hajar, bacaan yang diajarkan oleh setan itu benar-benar membawa manfaat, yakni, jika Ayat Kursi dibaca, maka setan laki-laki maupun perempuan tidak akan mendekat.
Dalam riwayat tersebut juga disebutkan bahwa Ayat Kursi dibaca pada waktu pagi dan petang, sedangkan dalam hadis riwayat Bukhari, amalan ini dianjurkan sebelum tidur.
Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari (jilid 6, hlm. 487–490) menjelaskan bahwa kadang-kadang orang fasik, seperti setan, pun dapat menyampaikan kebenaran atau manfaat di waktu tertentu, meskipun tidak selalu.
Ini juga mengajarkan kita bahwa seseorang bisa saja mengetahui suatu ilmu, tetapi tidak mengamalkannya. Dari sini, kita bisa mengambil pelajaran berharga bahwa kebenaran tetaplah kebenaran, meski datang dari sumber yang tidak biasa.
Yang terpenting adalah bagaimana kita memanfaatkannya dengan bijak dan mengamalkannya dengan penuh kesadaran.
Keutamaan Membaca Ayat Kursi

Ayat Kursi memiliki banyak keutamaan yang luar biasa bagi siapa saja yang rutin mengamalkannya. Salah satu manfaat utamanya adalah perlindungan dari gangguan jin dan setan.
Rasulullah ﷺ bersabda bahwa siapa pun yang membaca Ayat Kursi sebelum tidur akan dijaga oleh malaikat hingga pagi hari. Selain itu, membaca Ayat Kursi setelah salat fardu juga menjadi bentuk perlindungan langsung dari Allah SWT.
Tak hanya sebagai pelindung, Ayat Kursi juga dipercaya dapat membuka pintu rezeki. Dengan membacanya secara ikhlas dan penuh keyakinan, seorang hamba bisa memohon kemudahan rezeki dari Allah. Di saat hati sedang gelisah atau pikiran kalut, Ayat Kursi juga bisa menjadi penenang karena mengingatkan kita bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Tak hanya itu, Rasulullah ﷺ juga bersabda bahwa siapa yang membaca Ayat Kursi saat pulang ke rumah, maka Allah akan menghilangkan segala bentuk kefakiran darinya. Bahkan, membaca Ayat Kursi sebanyak 12 kali pada pagi hari di hari Jumat, lalu berwudu dan melaksanakan salat sunah dua rakaat, dipercaya mampu memberikan perlindungan dari kejahatan setan.
Dengan berbagai keutamaannya, Ayat Kursi menjadi salah satu bacaan yang sangat dianjurkan untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Faedah Ayat Kursi

Ayat Kursi mengandung banyak faedah dan nilai tauhid yang sangat dalam. Ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah SWT yang berhak disembah, karena Dialah Al-Hayyu (Yang Maha Hidup) dan Al-Qayyum (Yang Maha Berdiri Sendiri dan Mengurus seluruh makhluk-Nya). Allah tidak pernah mengantuk apalagi tidur, yang menandakan kesempurnaan-Nya dalam menjaga dan mengatur seluruh alam semesta tanpa kekurangan sedikit pun.
Segala sesuatu di langit dan di bumi berada dalam kekuasaan-Nya. Tidak ada satu makhluk pun yang dapat memberi syafaat kecuali dengan izin-Nya, dan ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Manusia hanya mampu mengetahui apa yang Allah kehendaki untuk mereka ketahui. Disebutkan pula bahwa "Kursi"-Nya meliputi langit dan bumi, menunjukkan keluasan dan keagungan kekuasaan-Nya. Meski begitu, pemeliharaan-Nya atas seluruh ciptaan sama sekali tidak memberatkan-Nya.
Ayat ini ditutup dengan penegasan tentang ketinggian dan kebesaran Allah: Dia Maha Tinggi lagi Maha Agung. Dengan memahami isi Ayat Kursi, seorang Muslim akan semakin kuat dalam keyakinannya kepada Allah dan lebih sadar akan keesaan serta kemahakuasaan-Nya.
Nah, Ma, itulah hadis keutamaan ayat kursi disertai dengan penjelasan mengenai keutamaan dan amalannya. Apakah ini menambah pengetahuan Mama tentang Ayat Kursi?