Jumlah Perokok Remaja Meningkat, Pencegahannya Tanggung Jawab Bersama

Setiap pihak harus menjalankan perannya supaya perokok anak dan remaja tidak semakin bertambah

30 Mei 2023

Jumlah Perokok Remaja Meningkat, Pencegahan Tanggung Jawab Bersama
canstockphoto.com

Rokok memang sudah menjadi momok permasalahan yang tak kunjung selesai. Mirisnya, perokok aktif bukan hanya dari kalangan orang dewasa saja. Remaja hingga anak-anak pun juga ikut-ikutan jadi perokok aktif. Tidak heran jika Indonesia meraih “prestasi” peringkat tiga sebagai negara dengan perokok terbanyak di dunia.

dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) selaku Ketua Pengurus Pusat IDAI mengatakan seberapa besar dan keras pun para dokter dan tenaga kesehatan mengemukakan suara terkait bahaya merokok akan nihil. Jika tanpa bantuan dari pemerintah berupa seperangkat aturan untuk mengatur rokok.

“Apalagi produk tembakau ini berkaitan dengan bidang ekonomi agak sulit untuk diselesaikan. Namun, perlu dipertimbangkan lagi tentang seberapa besar keuntungan rokok daripada dampak kesehatan anak,” imbuh dr, Piprim.

Data UNICEF mencatat jumlah perokok usia 13-15 tahun semakin meningkat dari 2014 ke 2019. Remaja laki-laki naik dari 33,9 persen menjadi 35,5 persen. Sementara remaja perempuan mengalami peningkatan sekitar 0,4 persen.

Begini ulasan Popmama.com mengenai jumlah perokok remaja meningkat. Lantaran, ini jadi tanggung jawab dan perlunya penanganan semua pihak guna mengatasi masalah tersebut.

Penyebaran Remaja sebagai Perokok Aktif dari Sisi Ekonomi, Pendidikan dan Tempat Tinggal

Penyebaran Remaja sebagai Perokok Aktif dari Sisi Ekonomi, Pendidikan Tempat Tinggal
express.co.uk

Pada acara seminar yang dilakukan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Angga Wirahmadi, Sp.A(K) selaku Sekretaris Satgas Remaja IDAI menjelaskan sejumlah informasi tentang masalah merokok pada remaja. Salah satunya adalah penyebab yang memengaruhi anak-anak menjadi perokok aktif serta penyebarannya.

Berdasarkan aspek status dan sosial ekonomi, perokok remaja laki-laki mempunyai tingkat ekonomi rendah. Sementara perokok remaja perempuan memiliki status maupun perekonomian menengah ke atas.  

“Bagi perempuan rokok dijadikan sebagai gaya hidup sedangkan laki-laki menganggap rokok sebagai ‘penghilang stres’ sambil mengisi waktu luang,” ujar dr. Angga.

Ditinjau dari aspek tempat tinggal, perokok remaja perempuan lebih banyak ditemukan di daerah perkotaan. Perokok remaja laki-laki lebih banyak tinggal di pedesaan.

Remaja laki-laki biasanya disebabkan karena dipengaruhi atau terbawa teman sebaya yang sudah terlebih dahulu menjadi perokok. Ia pun penasaran atau ditantang temannya untuk mencoba sampai akhirnya menjadi kecanduan.

Terakhir, perokok remaja biasanya mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Dimana anak laki-laki hanya sampai Sekolah Dasar (SD) saja. Sedangkan, anak perempuan tidak mengenyam pendidikan sekolah sama sekali.

Tahapan Remaja Mulai Mengenal Rokok sampai Jadi Perokok Aktif

Tahapan Remaja Mulai Mengenal Rokok sampai Jadi Perokok Aktif
Freepik/andreycherkasov

Anak dan remaja sangat rentan terpapar asap rokok mulai dari di rumah, ruang publik, ruang tertutup, bahkan hingga sekolah sekali pun. Hal ini menyebabkan mereka cukup familiar dengan produk tembakau ini.

dr, Angga menjelaskan masa remaja merupakan masa ketika sebagai besar perokok mencoba dan memulai merokok. Alhasil tingkat kecanduan atau adiksi cukup tinggi. Masa remaja masih adalah fase dimana anak masih labil dan “berani” melakukan perilaku implusif bahkan tindakan berbahaya.

Ia mengungkapkan, “Remaja mempelajari sebuah perilaku dengan cara mengobservasi perilaku orang lain kemudian memilih perilaku mana yang menurutnya baik.”

Selama proses mengamati tersebut, ada empat tahapan seorang remaja dari mencoba sampai menjadi perokok aktif.

1. Tahap Preparation

Tahap dimana anak mendapatkan persepsi dan fungsi merokok. Misalnya melihat Papa atau anggota keluarga lainnya yang merokok sebagai aktivitas yang menyenangkan. Selain itu, paparan media sosial dan iklan juga cukup besar untuk memersuasi remaja menjadi seorang perokok aktif.

2. Tahap initiation

Fase remaja mulai mencoba merokok. Tahap ini juga disebut sebagai tahap kritis karena jika remaja mencoba dan bisa beradaptasi dengan rokok maka sangat berpotensi dia akan menjadi kecanduan rokok.

3. Tahap Becoming a Smoker

Remaja mulai merokok pada waktu-waktu tertentu secara rutin. Pada tahap ini remaja minimal menghabiskan empat batang rokok sehari. Hanya dalam kurun waktu dua tahun si Remaja menjadi perokok berat dan tidak bisa lepas dari roko. Semakin hari akan konsumsi rokoknya terus bertambah.

4. Tahap Maintenance of Smoking

Remaja sudah menganggap merokok sudah menjadi bagian dari keseharian. Ia menganggap rokok sebagai sebuah kebiasaan bahkan kebutuhan. Jika sudah ditahap ini sukar bagi remaja untuk berhenti mengisap produk tembakau ini.

Pencegahan Remaja Merokok harus Dilakukan semua pihak

Pencegahan Remaja Merokok harus Dilakukan semua pihak
Freepik

Menurut dr, Angga, pencegahan remaja supaya tidak terjerumus menjadi perokok dapat dilakukan pada tahap preparation dan initiation. Di tahap preparaption ini orangtua mengomunikasikan pengaruh buruk dari roko guna membentuk persepsi negatif tentang rokok. 

Sementara di tahap initiation dengan berusaha mencegah anak mencoba atau memulai merokok. Caranya menjauhkan anak dari lingkungan para perokok. Mama dan Papa juga bisa mengarahkan si Kecil untuk melakukan hal positif, seperti membaca buku, berolahraga, dan lain-lain.

Ajarkan pula kepada anak untuk tidak malu mengatakan bahwa dirinya tidak merokok. Tanamkan menghindari remaja dari lingkungan yang berdekatan dengan rokok.

Seperti pernyataan dari dr. Piprim bahwa masalah rokok pada anak dan remaja merupakan tanggung jawab bersama. Mulai dari orangtua, guru, orang dewasa di sekitar, dokter dan tenaga kesehatan, serta pemerintah. dr. Angga memaparkan cara-cara penanganan yang bisa dilakukan masing-masing pihak guna mengatasi anak kecanduan rokok.

1. Kemauan dari Remaja itu Sendiri

Sebagian besar remaja sebenarnya ingin mencoba berhenti merokok. Namun, i mereka tidak mengungkapkan keinginannya tersebut kepada orang lain. Sehingga mereka merasa sulit untuk berhenti merokok. Hal ini juga dipengaruhi karena angka relaps atau kambuh yang tinggi.

Berikut kiat yang dapat kamu lakukan:

  • Sampaikan keinginan berhenti merokok kepada orang-orang terdekat (keluarga dan teman) supaya mereka bisa membantu
  • Cari lingkungan pertemanan yang suportif, artinya tidak memaksa kamu untuk merokok dan mau mendukung untuk kamu berhenti merokok meskipun banyak dari mereka yang merokok
  • Mulai kurangi konsumsi rokok sedikit demi sedikit

2. Peran Orangtua

  • Memberikan contoh yang baik dengan berhenti merokok atau tidak merokok sama sekali
  • Jangan membiarkan anak merokok ketika Mama dan Papa mengetahuinya. Segera minta ia untuk berhenti.
  • Dukung dan bantu anak untuk mencari pertolongan supaya bisa berhenti merokok

3. Peran Sekolah dan Guru

  • Membuat program social influence theory, yaitu mengajarkan kemampuan untuk mengatakan tidak pada ajakan merokok, bertahan dari tekanan teman sebaya yang merokok, sekaligus menghimbau untuk menghindari lingkungan yang berpotensi mendorong dirinya menjadi perokok.
  • Melakukan program social competence, yakni guru membekali para muridnya tentang kemampuan sosial secara keseluruhan sehingga remaja mempunyai pendirian yang kuat dan tidak mudah terpengaruh.
  • Guru atau sekolah memberi kesempatan kepada anak untuk menunjukkan dan menyalurkan  minat, bakat, potensi, dan keunggulan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
  • Guru memberi dukungan dan mencari bantuan untuk remaja berhenti merokok.

4. Peran Tenaga Kesehatan

  • Melakukan edukasi tentang bahaya rokok dan alternatif solusi yang bisa remaja pilih untuk membantu proses berhenti merokok
  • Melakukan kolaborasi multidisiplin guna meningkatkan layanan anak dan remaja stop rokok
  • Memberikan dan menyarankan para perokok di bawah umur melakukan terapi yang terbukti secara ilmiah ampuh dalam mengatasi kecanduan rokok

5. Melakukan Terapi Psikososial

Terapi psikososial adalah terapi yang paling efektif sebagai cara mengatasi stop merokok. Ada juga terapi farmakologis untuk  mengobati adiksi merokok pada remaja yang umumnya menggunakan permen karet.

Namun, dr. Angga tidak menyarankan melakukan terapi farmakologis karena belum ada cukup bukti ilmiah. Terapi psikosoial ada tiga jenis, antara lain:

  • Konseling motivasi, yakni menggunakan berbagai jenis metode motivasi guna melihat tujuan dan kepercayaan diri remaja terkait merokok. Biasanya menggunakan metode 5A, yaitu Ask, Advice, Assess, Assist, Arrange.
  • Terapi perilaku kognitif, dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih yang berfokus pada masalah kebiasaan dan perilaku merokok pada remaja serta berorientasi untuk mangatasi masalah tersebut. Terapi ini dilakukan dengan menerapkan positive behavior reinforcement (pemberian hadiah atas keberhasilan berhenti merokok) dan smoking diary (penguatan alasan berhenti merokok serta metode relaksasinya).
  • Social influence, sama dengan yang dilakukan sebagai program pencegahan di sekolah.

Demikian penjelasan tentang jumlah perokok remaja meningkat serta cara pencegahannya yang harus dilakukan oleh semua pihak. Kesadaran bahaya merokok perlu dibangun sedini mungkin agar anak-anak mempunyai persepsi buruk sehingga tidak akan ada upaya si Kecil mencoba produk tembakau ini. 

Baca Juga:

The Latest