7 Dampak Globalisasi di Ranah Pendidikan, Negatif atau Positif?

Sebagai generasi yang menempuh pendidikan sebelum teknologi sudah secanggih sekarang, Mama tentu merasakan perbedaan yang amat signifikan. Metode belajar yang Mama pakai sewaktu kecil, belum tentu efektif dan cocok dengan metode belajar si Kecil.
Globalisasi, membuat perubahan itu terjadi begitu cepat. Mudahnya manusia dari belahan dunia satu ke belahan dunia lain bertemu dan terkoneksi, membuat transfer pengetahuan juga semakin instan.
Akankah ini justru membuat dampak buruk, atau justru dampak baik? Ataukah keduanya?
Simak artikel 7 dampak globalisasi di ranah pendidikan yang ditulis Popmama.com ini yuk, Ma! Kita cari tahu bersama-sama jawabannya.
1. Desentralisasi pendidikan

Globalisasi mendorong daerah untuk menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebutuhan lokal dan potensi spesifik masing-masing wilayah.
Akses ke teknologi global dan sumber daya informasi juga memungkinkan daerah untuk lebih mandiri dalam mengelola pendidikan, sehingga kekuatan pengambilan keputusan lebih tersebar daripada hanya terpusat di tingkat nasional atau kota besar.
Meskipun demikian, tetap ada tantangan yang perlu diatasi, seperti kesenjangan dalam akses dan kualitas pendidikan.
2. Komersialisasi pendidikan

Globalisasi melanggengkan kapitalisme, dan di dunia kapitalisme, segala hal diuangkan. Globalisasi mendorong pendidikan untuk beradaptasi dengan tuntutan pasar global.
Pendidikan semakin dipandang sebagai komoditas yang dapat diperjualbelikan, dengan lembaga pendidikan berlomba-lomba untuk menawarkan program yang menarik bagi siswa lokal atau bahkan internasional.
Akibat dari hal ini sering kali mengarah pada privatisasi pendidikan, neoliberalisme pendidikan, peningkatan biaya, dan fokus yang beralih pada keterampilan yang relevan dengan pasar kerja global, alih-alih hanya berfokus pada unsur akademik saja.
3. Mempromosikan keragaman budaya

Globalisasi memberikan dampak positif dengan mempromosikan keragaman budaya melalui pendidikan. Sistem pendidikan menjadi alat yang kuat untuk memperkenalkan siswa pada berbagai budaya, nilai, dan perspektif global.
Dengan kurikulum yang inklusif dan program pertukaran pelajar internasional yang melibatkan komunikasi antarbudaya, siswa dapat belajar menghargai perbedaan dan membangun sebuah harmoni global.
Selain itu, pendidikan juga berperan dalam meningkatkan kesadaran akan isu-isu lingkungan dan mendorong masa depan yang berkelanjutan.
Dengan cara ini, globalisasi tidak hanya memperkaya wawasan budaya tetapi juga mempersiapkan generasi mendatang untuk menghadapi tantangan global.
4. Di sisi lain, mengurangi motivasi melanjutkan pendidikan tinggi di bidang ilmu murni

Banyak remaja memilih untuk langsung bekerja di bidang yang tidak membutuhkan jenjang pendidikan lebih tinggi, karena mereka melihat peluang untuk memperoleh penghasilan dengan cara yang lebih cepat sebagai pilihan yang lebih menarik dibandingkan melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.
Akibatnya, globalisasi justru menjadi bumerang karena dapat mengurangi motivasi untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
Komersialisasi pendidikan yang menciptakan tarif pendidikan tinggi yang mahal juga menjadi kendala bagi mereka yang berasal dari latar belakang ekonomi yang kurang mampu.
5. Semua mendapat akses lebih mudah, tetapi kesenjangannya masih ada
-gYaGixEXIZTVUPfUrc8QEyFizF6qh3K6.png)
Globalisasi mempermudah akses informasi, termasuk di dalamnya materi pendidikan, untuk menjangkau setiap lapis masyarakat.
Pengetahuan yang pada awalnya terbatas pada suatu negara saja, bisa diakses oleh negara lainnya dalam kurun waktu detik. Sumber lebih banyak diakses melalui internet dan buku-buku yang dapat diakses secara daring.
Namun, kesenjangan tetap ada, terutama antara masyarakat urban dan rural. Kalangan urban lebih banyak menikmati akses ke pendidikan tinggi dan peluang kerja yang lebih baik, sementara masyarakat di daerah rural sering kali menghadapi keterbatasan infrastruktur dan sumber daya.
Masalah pemerataan lagi-lagi muncul, karena tidak semua daerah dapat mengakses internet, maupun sumber lain dengan sama rata.
6. Kurikulum yang semakin berperspektif global

Kurikulum pendidikan terus berkembang untuk memenuhi tuntutan global. Bahkan, adanya perankingan perguruan tinggi menyebabkan institusi-institusi itu mengusahakan peningkatan kemampuan akademiknya agar dapat bertaraf global.
Bahasa asing menjadi bagian penting dalam pembelajaran, memperluas peluang siswa untuk berkomunikasi di tingkat internasional. Keterampilan yang relevan dengan pasar kerja global, seperti teknologi dan kewirausahaan, juga semakin diutamakan dalam kurikulum.
Selain itu, materi yang mendorong pemahaman budaya global semakin diperkenalkan untuk membangun kesadaran akan keberagaman dan harmoni antarbudaya.
7. Ketergantungan pada teknologi

Mama pasti pernah merasakan, karena sumber pelajaran semua ada di internet, kadangkala ini justru membuat anak jadi malas belajar.
Ini tentu dapat mengurangi motivasi mereka untuk belajar secara aktif dan mendalam.
Selain itu, penggunaan teknologi yang berlebihan juga dapat mengurangi kemampuan berpikir kritis dan kemandirian, karena anak-anak cenderung mengandalkan jawaban instan dari internet daripada mencari solusi sendiri.
Bagaimanapun, apabila disikapi dengan baik, anak-anak justru dapat menyikapi teknologi sebagai alat pembantunya belajar. Untuk mengatasi hal ini, orang tua dan pendidik perlu mengelola penggunaan teknologi secara bijak agar tetap mendukung proses belajar anak.
Faktor-faktor itulah yang Popmama.com rangkum, menjelaskan 7 dampak globalisasi di ranah pendidikan. Sudahkah Mama merenungkan hal ini?



















