Keutamaaan Puasa Arafah, Benarkah Menghapus Dosa 2 Tahun?

Menjelang Idul Adha, umat Muslim berlomba-lomba menjalankan berbagai amalan sunah. Salah satunya adalah Puasa Arafah. Apa itu Puasa Arafah? Puasa Arafah adalah puasa sunah yang dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yaitu sehari sebelum Idul Adha.
Puasa ini memiliki keutamaan yang luar biasa, khususnya bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji. Bagi mereka yang sedang berhaji dan sedang melaksanakan wukuf di Arafah, puasa ini tidak dianjurkan karena bisa menambah beban fisik.
Tahun ini, Puasa Arafah jatuh pada hari Kamis, 5 Juni 2025. Yuk, persiapkan diri dengan baik dan jangan sampai pasang alarm untuk sahur besok, Ma!
Dalam artikel ini, Popmama.com akan membahas lebih lanjut mengenai keutamaan Puasa Arafah. Benarkah puasa ini bisa menghapus dosa selama dua tahun? Simak penjelasannya sampai tuntas, ya, Ma!
Dapat Menghapus Dosa 2 Tahun

Rasulullah ﷺ bersabda:
صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِيْ قَبْلَهُ
Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim) Menurut mayoritas ulama, dosa-dosa yang dihapus sebab puasa Arafah adalah dosa kecil (An-Nawawi, Syarah Muslim, juz 3, h. 113).
Yang dimaksud dengan “menghapus dosa” dalam hadis ini adalah pengampunan dosa-dosa kecil (shaghā’ir), sebagaimana dijelaskan oleh Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim. Beliau mengatakan bahwa:
“Yang dihapus adalah dosa-dosa kecil. Adapun dosa besar, maka harus disertai dengan taubat yang tulus.”
Jadi, puasa Arafah menjadi sarana pembersih jiwa dari dosa-dosa kecil yang seringkali dilakukan tanpa sadar.
Puasa Arafah disebut bisa menghapus dosa setahun sebelumnya dan dosa setahun yang akan datang. Ini merupakan bentuk karunia dan kemurahan luar biasa dari Allah.
Para ulama menjelaskan bahwa penghapusan dosa “yang akan datang” tidak berarti menghapus dosa yang belum terjadi secara otomatis, tetapi bahwa Allah akan memberikan penjagaan, taufik, dan peluang taubat, sehingga orang tersebut bisa terhindar dari dosa atau diberi kemudahan untuk bertaubat dengan cepat jika terjatuh ke dalamnya.
Ini didukung dengan pernyataan Imam asy-Syaukani (w. 1255/1839), dalam Nailul-Authar ketika menerangkan puasa Arafah akan menghapus dosa yang akan datang, bahwa dosa itu akan diampuni apabila seandainya terjadi, atau bisa juga berarti bahwa orang itu, karena puasa Arafahnya, akan terbimbing sehingga terhindar dan tidak akan melakukan dosa (Nailul-Authar, 2000 : 875).
Keutamaan ini berlaku bagi kaum Muslimin yang tidak sedang menunaikan haji. Sebab, jamaah haji yang sedang wukuf di Arafah tidak dianjurkan untuk berpuasa agar mereka kuat menjalani puncak ibadah haji. Maka, keutamaan puasa ini lebih ditujukan bagi umat Islam lainnya yang berada di luar tanah suci.
Hadis Keutamaan Puasa Arafah

Rasulullah ﷺ bersabda:
مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هٰذِهِ الأَيَّامِ. يَعْنِيْ أَيَّامَ الْعَشْرِ. قَالُوا يَا رَسُولَ اللهِ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ قَالَ وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللّٰهِ إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ
Artinya: “Tidak ada hari di mana amal saleh padanya lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yakni 10 hari pertama Dzulhijjah. Para sahabat bertanya: ‘Tidak juga dari jihad fi sabilillah?’ Beliau menjawab: ‘Jihad fi sabilillah juga tidak, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan satu pun dari keduanya.” (HR. Abu Dawud no. 2438 dan HR. Bukhari no. 969 dengan lafaz yang sedikit berbeda.)
Hadis di atas menegaskan betapa istimewanya sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah dalam pandangan Islam. Rasulullah ﷺ menyatakan bahwa tidak ada hari-hari lain di mana amal saleh lebih dicintai Allah dibandingkan hari-hari tersebut.
Frasa "الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَا أَحَبُّ إِلَى اللهِ" ("amal saleh padanya lebih dicintai oleh Allah") menunjukkan bahwa seluruh bentuk ibadah, baik itu berupa shalat, puasa, sedekah, dzikir, maupun amal kebajikan lainnya, memiliki nilai yang sangat tinggi di sisi Allah saat dilakukan dalam rentang waktu sepuluh hari itu.
Ketika para sahabat bertanya, “Bahkan tidak juga jihad di jalan Allah?”, itu menunjukkan betapa besarnya nilai jihad dalam Islam. Namun Rasulullah ﷺ menjawab bahwa amalan-amalan di 10 hari pertama Dzulhijjah tetap lebih utama, kecuali dalam satu kondisi ekstrem: seseorang yang berjihad dengan seluruh jiwa dan hartanya, dan tidak kembali sama sekali, atau artinya ia mati syahid dan hartanya habis untuk jihad.
Ini menggambarkan bahwa keutamaan amal di 10 hari Dzulhijjah begitu besar, sampai-sampai dapat mengungguli jihad sekalipun (kecuali jihad yang mencapai tingkat pengorbanan tertinggi)
Ajarkan Anak Amalan Sunah

Dalam fiqih, sunah merujuk pada amalan yang dianjurkan tetapi tidak wajib. Jika dilakukan, seseorang mendapat pahala, tetapi jika ditinggalkan, tidak berdosa.
Mengajarkan amalan sunah, seperti melakukan puasa sunah, shalat sunah atau membaca Al-Qur’an, membantu anak-anak memahami bahwa ibadah bukan hanya tentang kewajiban, tetapi juga tentang mendekatkan diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan.
Mungkin akan terbersit di pikiran anak bahwa, “Untuk apa sih dilakukan? Kan nggak wajib.”
Nah, Ma, inilah momen yang tepat bagi orang tua untuk menanamkan nilai keikhlasan dan cinta kepada Allah.
Kita bisa menjelaskan bahwa amalan sunah adalah bentuk cinta ekstra kita kepada Sang Pencipta.
Seperti halnya ketika kita ingin menyenangkan orang yang kita cintai, kita tidak hanya melakukan hal yang wajib, tapi juga berusaha melakukan lebih.
Begitu pula dengan ibadah sunah, meski tidak diwajibkan, melakukannya menunjukkan kesungguhan dan kecintaan kita kepada Allah.
Dengan pendekatan ini, anak akan lebih mudah memahami bahwa ibadah adalah bentuk hubungan pribadi yang tulus dengan Tuhan, bukan sekadar kewajiban yang harus ditunaikan.
Ma, itulah dia keutamaan Puasa Arafah beserta hadis-hadis yang mendukungnya. Nah, sekarang siap-siap cari menu makanan untuk sahur besok, yuk, Ma!



















