Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Kisah di Balik Pertempuran 10 November 1945 yang Bikin Bangga!

Teatrikal Pertempuran 10 November di Surabaya
Instagram.com/Surabaya
Intinya sih...
  • Pertempuran 10 November 1945 adalah perlawanan rakyat Surabaya terhadap pasukan Sekutu Inggris, Belanda, dan Jepang
  • Kedatangan pasukan Sekutu memicu ketegangan dan pertempuran di Surabaya
  • Rakyat Surabaya menolak ultimatum pasukan Sekutu dan bertempur dengan penuh semangat membara
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap tanggal 10 November, kita memperingati Hari Pahlawan Nasional. Tapi tahukah kamu, kenapa tanggal itu dipilih? Jawabannya karena pada hari itu, tahun 1945, terjadi pertempuran besar antara rakyat Surabaya dan pasukan Sekutu.

Pertempuran itu berlangsung sangat dahsyat, dan menjadi salah satu perang terbesar dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia serta menjadi bukti nyata perlawanan Indonesia terhadap kolonialisme.

Yuk, kita pelajari bersama mengapa terjadi perempuran 10 November 1945 di Surabaya yang akan Popmama.com bagikan selengkapnya!

1. Bermula saat Indonesia baru saja merdeka

Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indoensia
Dok. Sejarah Proklamasi Kemerdekaan Indoensia

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya setelah ratusan tahun dijajah. Rakyat masih bersemangat menjaga kemerdekaan yang baru diperoleh, tapi suasana saat itu belum benar-benar tenang.

Pertempuran Surabaya merupakan pertempuran paling menegangkan yang menunjukkan semangat patriotisme tinggi masyarakat Indonesia dalam membela bangsa.

Pada saat itu, di berbagai daerah, termasuk Surabaya, masih ada tentara Jepang yang belum sepenuhnya meninggalkan Indonesia.

Sementara itu, pasukan sekutu (Belanda dan Inggris) datang ke Indonesia untuk melucuti senjata tentara Jepang. Tujuan lain kedatangan sekutu adalah untuk mengamankan tawanan perang serta menciptakan ketertiban setelah mengumandangkan kemerdekaan tersebut.

Namun, sekutu pasukan sekutu menyebar selebaran yang memiliki maksud agar masyarakat setempat menyerahkan senjata yang Surabaya miliki ke pihak mereka.

Dari sinilah mulai muncul kecurigaan dan ketegangan. Masyarakat setempat marah dan menolak serta melakukan penyerangan untuk mengusir pasukan sekutu.

2. Kedatangan pasukan sekutu ke Surabaya

Teatrikal Pertempuran 10 November di Surabaya
Diskominfo Surabaya

Beberapa minggu kemudian, tepatnya 25 Oktober 1945, pasukan Sekutu tiba di Surabaya dipimpin oleh Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby atas izin pihak Indonesia.

Awalnya mereka datang dengan alasan damai, yaitu untuk melucuti senjata tentara Jepang. Sebelumnya, di Jakarta, Pihak Indonesia dan Pihak Inggris telah membuat kesepakatan atas penguasaan di beberapa objek. Namun, rakyat Surabaya mulai resah karena dalam pasukan Sekutu juga ada orang-orang Belanda dari NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yang terang-terangan ingin menguasai kembali Indonesia.

Akibatnya, suasana kota yang semula tenang berubah menjadi tegang. Rakyat mulai berjaga-jaga dan membentuk barisan pertahanan. Pasalnya, pada tanggal 27 Oktober 1945 melalui pesawat Dakota dari Jakarta, selebaran tersebar di berbagai wilayah Indonesia yang berisikan ultimatum bagi para pasukan Indonesia untuk menyerah kepada pihak sekutu dalam waktu 48 jam atau menghadapi konsekuensi ditembak.

Dari sini muncul seruan di radio untuk mengusir pihak Inggris di wilayah tersebut. Berbagai pertempuran pun terjadi hingga 29 Oktober 1945. Seluruh masyarakat berbagai kalangan antara TKR, polisi, dan badan perjuangan mengadakan serangan serentak ke pihak Inggris di kota Surabaya yang dipimpin Komando Jenderal Mayor Yonosewoyo.

3. Aksi heroik perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato

Teatrikal perobekan bendera belanda di Hotel Yamato
Instagram.com/Surabaya

Insiden bermula ketika sekelompok orang Belanda yang dipimpin oleh Mr. Ploegman mengibarkan bendera merah-putih-biru di Hotel Yamato, Surabaya, tanpa izin pemerintah Indonesia. Tindakan itu membuat warga marah.

Residen Soedirman datang untuk meminta agar bendera diturunkan, namun Ploegman menolak. Perdebatan berubah menjadi keributan setelah Ploegman mengeluarkan pistol. Ia tewas dalam insiden itu, begitu pula pengawal Soedirman bernama Sidik.

Soedirman berserta pengawalnya yang lain berhasil menghindari insiden tersebut dan segera keluar dari Hotel Yamato untuk mengamankan situasi yang ada.

Melihat itu, para pemuda Surabaya marah karena merasa Belanda ingin menjajah lagi. Pemuda bernama Hariyono dan Koesno Wibowo bersama massa beramai-ramai mendatangi hotel itu, memanjat ke atap, dan merobek bagian biru bendera Belanda, hingga tersisa Merah Putih.

Peristiwa ini menjadi simbol perlawanan dan kebanggaan rakyat Surabaya. Sejak saat itu, semangat rakyat untuk mempertahankan kemerdekaan semakin berkobar.

4. Tewasnya Brigadir Jenderal Mallaby

arek-arek Surabaya melawan
negarakesatuanri.blogspot.com

Perang yang terjadi antara arek-arek Surabaya dan pasukan sekutu Inggris dari 27 Oktober hingga 30 Oktober 1945 berlangsung tanpa henti.Hal ini membuat Jenderal D.C. Hawthorn meminta bantuan dari Soekatno untuk meredakan situasi pada saat itu.

Namun, dalam kekacauan itu, Brigadir Jenderal Mallaby, pemimpin pasukan Inggris di Surabaya, tewas.

Kematian Mallaby membuat pihak Sekutu marah besar. Mereka menuduh rakyat Surabaya sebagai penyebab kematiannya, walaupun hingga kini tidak jelas siapa sebenarnya yang menembak Mallaby.

Peristiwa ini menjadi titik balik karena setelah itu, sekutu mulai menyiapkan serangan besar-besaran.

5. Ultimatum dari pasukan sekutu

Dokumentasi sejarah pertempuran Surabaya
negarakesatuanri.blogspot.com

Pada 9 November 1945, pasukan sekutu yang dipimpin Jenderal Robert Mansergh sebagai pengganti Mallaby memberikan ultimatum atau peringatan keras.

Ultimatum tersebut berisikan:

  1. Pemimpin Indonesia yang ada di Surabaya harus melaporkan diri
  2. Selutuh senjata yang dimiliki oleh pihak Indoensia yanga da di Surabaya harus diserahkan kepada pihak Inggris
  3. Pemimpin Indonesia yang ada di Surabaya harus menandatangani sebuah pernyataan bahwa mereka menyerah tanpa adanya syarat.

Rakyat Surabaya menolak keras ultimatum itu. Mereka merasa tidak ada alasan untuk menyerah, karena mereka hanya mempertahankan kemerdekaan yang sah.

6. Rakyat Surabaya menolak menyerah dan pertempuran pun meletus

Bung Tomo dengan semangat membara
Kompas.id

Pagi hari tanggal 10 November 1945, pasukan sekutu benar-benar menyerang Surabaya.

Pesawat-pesawat menjatuhkan bom, kapal perang menembaki pelabuhan, dan tank-tank memasuki kota. Namun rakyat Surabaya tidak tinggal diam.

Pada pertempuran ini, terdapat setidaknya 20.000 tentara serta 100.000 sukarelawan di pihak Indonesia, sementara pada pihak Inggris terdapat setidaknya 30000 tentara yang juga dibantu dengan berbagai peralatan perang mereka, yaitu tank, kapal perang, serta pesawat tempur.

Di bawah semangat Bung Tomo, mereka berjuang sekuat tenaga dengan senjata seadanya, dari bambu runcing, granat buatan sendiri, hingga senjata hasil rampasan selama tiga minggu berturut-turut.

Bung Tomo menyemangati rakyat lewat siaran radio dengan kata-kata yang terkenal:

“Selama banteng-banteng Indonesia masih mempunyai darah merah yang dapat membuat secarik kain putih menjadi merah dan putih, maka selama itu tidak akan kita mau menyerah kepada siapapun juga! Merdeka atau Mati!”

Dalam pertempuran, banyak pejuang yang gugur, tetapi semangat mereka membuat dunia menghargai keberanian bangsa Indonesia. Dari sinilah tanggal 10 November dikenang sebagai Hari Pahlawan, untuk menghormati perjuangan dan pengorbanan rakyat Surabaya.

Kisah di balik pertempuran 10 November 1945 yang bikin bangga ini merenggut ribuan nyawa, tetapi semangat kemerdekaan dan perjuangannya selalu menginspirasi kaum muda selamanya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Akibat Roblox, Anak 9 Tahun di Malaysia Tikam Adiknya Pakai Pisau

13 Nov 2025, 13:53 WIBBig Kid