Penyebab Anak Mengakhiri Hidup dengan Bunuh Diri

Fenomena ini penting untuk orangtua pahami agar anak tak memilih untuk melakukannya

30 November 2023

Penyebab Anak Mengakhiri Hidup Bunuh Diri
Freepik/cookie_studio

Kehidupan anak-anak seharusnya penuh dengan keceriaan, harapan, dan mimpi-mimpi yang indah. Namun, terkadang kita dihadapkan dengan kenyataan yang memilukan bahwa beberapa anak mengakhiri hidup mereka dengan bunuh diri.

Fenomena ini mengguncang hati dan menimbulkan pertanyaan mendalam tentang apa yang mendorong anak-anak ini ke ambang keputusan yang begitu tragis. Penyebab bunuh diri pada anak-anak adalah masalah yang kompleks dan melibatkan berbagai faktor yang saling terkait. Namun, alasan yang lebih dalam dan kompleks sering kali tersembunyi di balik senyuman mereka yang tampak normal.

Bersumber dari hasil pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Pengawasan Anak Indonesia (KPAI), berikut Popmama.com jelaskan mengenai penyebab anak mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Diharap agar orangtua bisa memahami dengan baik.

1. Fenomena bunuh diri pada anak

1. Fenomena bunuh diri anak
Freepik/rawpixel.com

Bunuh diri merupakan peristiwa tragis yang dapat terjadi pada setiap kelompok usia, termasuk anak-anak. Penyebab anak mengakhiri hidup dengan bunuh diri telah menjadi perhatian serius di seluruh dunia.

Dikutip dari KPAI, menurut World Health Organization (WHO), bunuh diri merupakan penyebab kematian terbesar keempat di antara kelompok usia remaja 15-29 tahun secara global. Data dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) dan Global Burden of Disease tahun 2019 menunjukkan bahwa angka bunuh diri pada anak dan remaja usia 5-14 tahun mencapai 0,6 per 100 ribu penduduk. Sementara itu, pada kelompok usia 15-49 tahun, angka bunuh diri mencapai 11,2 per 100 ribu penduduk.

Metode bunuh diri yang sering pilihan untuk mengakhiri hidup mereka antara lain seperti gantung diri, jatuh dari gedung sekolah atau bangunan tinggi, menenggelamkan diri di sungai, dan menabrakkan diri di kereta api.

Angka-angka dan metode ini menggambarkan tingkat keputusasaan dan penderitaan yang dialami oleh anak-anak dan remaja, dan menegaskan perlunya upaya pencegahan yang lebih menyeluruh dalam mengatasi masalah ini.

2. 10 kota tertinggi bunuh diri di Indonesia

2. 10 kota tertinggi bunuh diri Indonesia
Freepik

Bunuh diri merupakan permasalahan serius di Indonesia. Menurut data yang dirilis oleh Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Kepolisian RI (POLRI), jumlah kasus bunuh diri di Indonesia dari Januari hingga 18 Oktober 2023 mencapai 971 kasus. Angka ini sudah melebihi total kasus bunuh diri sepanjang tahun 2022 yang mencapai 900 kasus.

Berdasarkan data statistik, terdapat beberapa kota yang memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Beberapa kota tersebut antara lain Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Barat, Bengkulu, dan Sulawesi Utara.

Ketika melihat lokasi pelaporannya, tercatat bahwa kasus bunuh diri paling banyak terjadi di Jawa Tengah dengan jumlah 356 kasus. Selain itu, POLRI juga mencatat bahwa sebagian besar kasus bunuh diri terjadi di perumahan atau permukiman, dengan jumlah kasus mencapai 741. Selain itu, terdapat 104 kasus yang terjadi di perkebunan dan 18 kasus di persawahan.

Data ini menggambarkan adanya masalah serius dan mendesak terkait bunuh diri di Indonesia, yang menunjukkan perlunya upaya pencegahan dan penanganan yang lebih efektif untuk melindungi anak-anak dan masyarakat secara keseluruhan.

Editors' Pick

3. Klasifikasi 8 tanda bunuh diri pada anak

3. Klasifikasi 8 tanda bunuh diri anak
Freepik

Mengenali tanda-tanda yang mungkin ditunjukkan oleh anak yang berisiko bunuh diri sangat penting untuk mengambil tindakan yang tepat. Berdasarkan penelitian, terdapat beberapa tanda yang sering muncul pada anak yang berisiko bunuh diri, antara lain:

  1. Membicarakan keinginan untuk bunuh diri - Anak mungkin secara terbuka berbicara tentang keinginannya untuk mengakhiri hidup. Mereka dapat menyampaikan perasaan putus asa, tidak berarti, atau ingin mati.

  2. Membenci dan menghujat diri sendiri - Anak yang berisiko bunuh diri sering kali memiliki pandangan yang sangat negatif terhadap diri sendiri. Mereka mungkin sering menghujat diri sendiri, merasa tidak berharga, atau merasa bersalah atas segala hal.

  3. Mencari cara mematikan untuk bunuh diri - Anak yang serius dengan keinginan bunuh diri mungkin mencari informasi tentang cara-cara untuk melukai atau membunuh diri mereka sendiri. Mereka dapat mencari di internet atau mengajukan pertanyaan terkait pada orang lain.

  4. Mengatur segala hal untuk ditinggalkan - Anak yang merencanakan bunuh diri mungkin mulai mengatur hal-hal secara mendetail seolah-olah mereka bersiap untuk meninggalkan dunia ini. Mereka dapat memberikan petunjuk secara tidak langsung atau mengurus urusan terkait seperti menyelesaikan pesan terakhir.

  5. Mengucapkan perpisahan - Anak yang berisiko bunuh diri mungkin memberikan ucapan perpisahan secara verbal atau melalui pesan teks, surat, atau media sosial. Mereka mungkin mengungkapkan perasaan terakhir kepada orang-orang terdekat seolah-olah ini adalah perpisahan terakhir mereka.

  6. Menarik diri dari orang lain - Anak yang berjuang dengan pikiran bunuh diri cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Mereka mungkin berhenti bergaul dengan teman-teman, menghindari keluarga, atau menolak terlibat dalam aktivitas yang biasanya mereka sukai.

  7. Perilaku merusak diri sendiri - Anak yang berisiko bunuh diri dapat menunjukkan perilaku merusak diri seperti memotong diri, membakar diri, atau mengonsumsi obat-obatan berlebihan. Tindakan ini seringkali merupakan cara mereka untuk mengurangi rasa sakit emosional yang mereka alami.

  8. Perubahan fisik dan mood yang drastis - Anak yang berisiko bunuh diri mungkin mengalami perubahan drastis dalam perilaku, mood, atau penampilan fisik. Mereka dapat menjadi sangat sedih, cemas, marah, atau secara tiba-tiba kehilangan minat pada hal-hal yang sebelumnya mereka sukai. Perubahan fisik seperti perubahan pola tidur, berat badan, atau energi juga bisa terjadi.

4. Pencegahan upaya bunuh diri anak

4. Pencegahan upaya bunuh diri anak
Freepik

Pencegahan bunuh diri pada anak merupakan tanggung jawab bersama. Pencegahan bunuh diri pada anak membutuhkan peran aktif dari keluarga, sekolah, dan masyarakat secara keseluruhan. Pencegahan upaya anak bunuh diri yang dapat dilakukan antara lain:

  • Pencegahan primer merupakan metode pencegahan yang ideal untuk melawan keinginan bunuh diri dan dapat melindungi masyarakat dari hal tersebut. Upaya yang bisa dilakukan seperti penguatan keluarga, edukasi anak-anak dan stakeholder.

  • Pencegahan sekunder merujuk pada deteksi dini dan memberi penanganan yang tepat pada individu yang memiliki keinginan bunuh diri. Tujuan dari pencegahan sekunder ini adalah menurunkan kemungkinan percobaan bunuh diri pada pasien dengan risiko tinggi. Upaya yang bisa dilakukan seperti perlindungan media sosial, konseling anak dan pendampingan psikologis.

  • Pencegahan tersier dilakukan untuk mengurangi konsekuensi dari percobaan bunuh diri. Intervensi yang dapat dilakukan pada tahap ini adalah menilai anggota keluarga siapa saja yang mungkin terpengaruh tindakan bunuh diri.

5. Upaya pengalihan dalam mencegah bunuh diri

5. Upaya pengalihan dalam mencegah bunuh diri
Freepik

Upaya pengalihan memiliki peran penting dalam pencegahan bunuh diri pada anak. Beberapa cara pengalihan yang efektif antara lain:

  1. Perbanyak aktivitas di luar ruangan - Mengajak anak untuk melakukan kegiatan di luar ruangan dapat membantu mengalihkan perhatiannya dari pikiran negatif dan memberikan pengalaman yang menyenangkan serta mengisi waktu luang dengan hal yang positif.

  2. Membuat aktivitas rutin dengan kegiatan olahraga - Olahraga memiliki efek positif pada kesehatan mental dan emosional. Mengikutsertakan anak dalam kegiatan olahraga rutin dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan suasana hati, dan meningkatkan rasa percaya diri.

  3. Memperbanyak interaksi dengan teman di dunia nyata - Mendorong anak untuk terlibat dalam interaksi sosial dengan teman-teman sebaya di dunia nyata dapat membantu mengurangi rasa kesepian dan meningkatkan dukungan sosial. Kegiatan ini dapat membantu mengalihkan perhatian anak dari pikiran negatif.

  4. Mengalihkan aktivitas mengembangkan bakat dan potensi anak - Membantu anak mengembangkan bakat dan minatnya dapat memberikan fokus positif dan rasa pencapaian yang meningkatkan kepercayaan diri. Mengalihkan energi anak ke kegiatan yang membangun dan memperkaya dapat membantu mengurangi risiko keinginan bunuh diri.

  5. Meminta anak untuk berkarya dan memberikan apresiasi - Mendorong anak untuk mengungkapkan diri melalui karya seni, menulis, atau kegiatan kreatif lainnya dapat membantu mereka mengekspresikan emosi dan merasa dihargai. Memberikan apresiasi dan pengakuan atas upaya dan prestasi anak dapat memperkuat rasa harga diri mereka.

  6. Dukungan dan kedekatan dengan keluarga - Mendengarkan dengan penuh perhatian, memberikan dukungan emosional, dan menunjukkan kepedulian dapat membantu anak merasa didukung dan tidak sendirian dalam menghadapi kesulitan.

  7. Pendekatan spiritual dan kegiatan keagamaan - Mengajak anak untuk terlibat dalam kegiatan keagamaan atau spiritual dapat memberikan mereka harapan, makna, dan dukungan dalam momen-momen sulit. Pendekatan ini dapat membantu mengalihkan perhatian anak ke aspek yang lebih besar daripada diri mereka sendiri.

6. Perlindungan pada kasus anak yang berisiko bunuh diri

6. Perlindungan kasus anak berisiko bunuh diri
Freepik/jcomp

Perlindungan pada kasus anak yang berisiko bunuh diri melibatkan berbagai pihak yang terlibat dalam kehidupan anak. Yang harus mendapatkan perlindungan pada kasus anak yang berisiko bunuh diri antara lain:

  • Anak yang mencoba mengakhiri hidup dan gagal
  • Anak yang melihat kejadian
  • Teman terdekat anak korban
  • Keluarga terdekat
  • Penanggung jawab di tempat kejadian kasus

7. Pemenuhan hak anak korban bunuh diri: penanganan, perlindungan, dan pemulihan

7. Pemenuhan hak anak korban bunuh diri penanganan, perlindungan, pemulihan
Freepik

Anak yang menjadi korban bunuh diri memiliki hak-hak yang harus dipenuhi. Pemenuhan hak korban merupakan kewajiban negara dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan korban. Pemenuhan hak ini mulai dari penanganan, perlindungan, dan pemulihan. Hak yang harus dipenuhi antara lain:

  • Penyediaan informasi mengenai hak dan fasilitas perlindungan
  • Penyediaan akses terhadap informasi penyelenggaraan perlindungan
  • Perlindungan dari ancaman atau kekerasan pelaku dan pihak lain serta berulangnya kekerasan
  • Perlindungan atas kerahasiaan identitas
  • Perlindungan dari sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang merendahkan korban
  • Perlindungan dari kehilangan pekerjaan, mutasi pekerjaan, pendidikan, atau akses politik
  • Perlindungan korban dan/atau pelapor dari tuntutan pidana atau gugatan perdata atas Tindak Pidana Kekerasan Seksual yang telah dilaporkan
  • Rehabilitasi medis, mental dan sosial
  • Restitusi dan/atau kompensasi
  • Pemberdayaan dan reintegrasi sosial

Itulah penjelasan mengenai penyebab anak mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Masyarakat, terlebih orangtua perlu membentuk kesadaran yang lebih tinggi tentang pentingnya mengatasi stigma terkait masalah kesehatan mental dan memberikan dukungan kepada anak-anak yang berisiko.

Dengan pemahaman yang lebih baik tentang penyebab dan faktor-faktor yang mempengaruhi, serta melalui upaya pencegahan yang komprehensif, kita sebagai orangtua atau pun orang dewasa dapat membantu melindungi anak-anak dari risiko bunuh diri dan memberikan mereka dukungan yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembang dengan baik secara fisik maupun mental.

Baca juga:

The Latest