Mengenal Arca Paling Sempurna dari Kerajaan Singasari, Prajnaparamita. Tersimpan di Museum Nasional

Setelah mempelajari tentang Kerajaan Hindu-Buddha dalam sejarah Indonesia, si Kecil pasti akan semakin antusias jika diajak mengunjungi museum.
Tahukah Mama, bahwa mengajak anak ke museum bisa menjadi cara yang efektif untuk mengenalkan sejarah dan peradaban? Dengan melihat langsung peninggalan sejarah seperti arca atau prasasti, anak akan lebih mudah memvisualisasikan apa yang sebelumnya hanya dibaca dari buku.
Di Indonesia sendiri, sudah banyak arca dari masa Hindu-Buddha yang dipamerkan di berbagai museum. Salah satu yang paling terkenal karena keindahan dan kesempurnaannya adalah Arca Prajnaparamita. Pernahkah Mama mendengarnya?
Nah, dalam artikel ini, Popmama.com akan mengenalkan lebih dekat mengenai Arca Prajnaparamita, salah satu artefak bersejarah paling ikonik dari Kerajaan Singasari yang kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Yuk, baca sampai selesai ya, Ma!
Berasal dari Kerajaan Singasari

Arca Prajnaparamita berasal dari masa kejayaan Kerajaan Singasari yang berdiri pada abad ke-13 di Jawa Timur. Kerajaan ini dikenal sebagai salah satu kerajaan besar bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Arca ini ditemukan di kawasan Cungkup Putri, dekat Candi Singasari di Kabupaten Malang, yang merupakan pusat pemerintahan kerajaan saat itu. Pembuatan arca ini diperkirakan terjadi pada masa pemerintahan Raja Kertanegara, raja terakhir Singasari, yang dikenal sebagai penganut Buddha Tantrayana.
Arca ini ditemukan oleh Asisten Residen Malang D. Monnereau sekitar tahun 1818–1819. Namun, arca ini justru diduga bukan ditemukan di bangunan utama Candi Singasari, melainkan di candi ‘cabang’ yang jaraknya sekitar 500 meter di barat daya candi utama. Candi itu bernama Candi Wayang.
“Monnereau kemudian menghadiahkannya kepada Raja Willem I melalui (Caspar Georg Carl) Reinwardt, kepala Natuurkundige Commissie di Batavia pada 1819,” jelas Marieke Bloembergen dan Martijn Eickhoff dalam buku The Politics of Heritage in Indonesia: A Cultural History.
Wujud Dewi Prajnaparamita atau Gayatri?

Arca ini menggambarkan Dewi Prajnaparamita, personifikasi kebijaksanaan tertinggi dalam ajaran Buddha Mahayana. Namun, beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa arca ini juga bisa menjadi perwujudan Gayatri Rajapatni, istri Raden Wijaya (pendiri Majapahit) yang menjadi biksuni di masa tuanya. Pandangan ini muncul karena adanya tradisi di masa itu untuk memahat arca tokoh kerajaan dalam rupa dewa-dewi setelah wafat sebagai bentuk pemuliaan.
Arca Paling Sempurna, Paling Utuh, Paling Detail

Arca Prajnaparamita dikenal sebagai arca paling ‘sempurna’ dari masa klasik Indonesia karena bentuknya yang utuh, tanpa ada satu bagian pun yang rusak.
Ukiran detail pada mahkota, perhiasan, serta gestur tubuhnya menunjukkan kehalusan dan keterampilan tinggi seniman pada masa Singasari.
Simetri tubuh, ekspresi wajah yang tenang, serta keakuratan anatomi menjadikan arca ini sering disebut sebagai puncak estetika seni Jawa kuno.
Berpose Vajrasana, Tunjukkan Kedamaian

Dalam deskripsi di Museum Nasional disebutkan bahwa Dewi Prajnaparamita melambangkan pengetahuan dan kebijaksanaan tertinggi dalam Buddha Mahayana.
Posisinya sedang duduk di atas padma dengan sikap vajraparyanka, dengan tangan membentuk mudra dharmacakra, simbol dari ajaran dan kebijaksanaan. Posisi ini melambangkan pencerahan, kedamaian, dan kesempurnaan batin.
Sedangkan, Prajnaparamita Sutra yang ditopang padma menghiasi di sisi kiri arca. Wajahnya yang tenang, mata yang setengah tertutup, serta senyum samar di bibir menggambarkan ketenangan spiritual yang dalam.
Dikembalikan oleh Belanda Tahun 1978

Setelah ditemukan pada awal abad ke-19 oleh D. Monnereau, arca ini dibawa ke Belanda dan menjadi koleksi di Rijksmuseum voor Volkenkunde di Leiden selama lebih dari 150 tahun. Pada 1903, arca Prajnaparamita bersama arca-arca itu ditaruh di Museum Volkenkunde, Leiden (kini bagian dari Nationaal Museum van Wereldculturen).
Pada tahun 1968, sebagai bagian dari upaya pengembalian warisan budaya, Pemerintah Belanda secara resmi mengembalikan Arca Prajnaparamita ke Indonesia. Bersama beberapa benda bersejarah asal Indonesia yang lain, termasuk naskah Nagarakrtagama, arca Prajnaparamita masuk dalam daftar benda yang diminta untuk dikembalikan oleh sebuah komite Direktorat Kebudayaan RI yang diketuai Prof. Ida Bagus Mantra yang resmi dimulai pada 1968. Putusan ini pun baru disetujui oleh pada 1972 meski baru pada 1975 tiba di tanah air.
“Komite tahun 1975 yang diketuai Prof. Ida Bagus Mantra itu kan bisa mengembalikan (arca) Prajnaparamita, (lalu) tahun 1978 mahkota Lombok, dan beberapa milik Pangeran Diponegoro,” tutur I Gusti Agung Wesaka Puja, dubes RI untuk Belanda periode 2015-2020, dalam program “Dialog Sejarah: Ada yang Mau Pulang” di kanal Youtube Historia.id, 28 Juli 2023.
Sekarang Tersimpan di Museum Nasional

Setelah dipulangkan dari Belanda, arca ini kini tersimpan dan dipamerkan secara permanen di Museum Nasional Indonesia (Museum Gajah), Jakarta. Letaknya di lantai atas gedung arca, dan menjadi salah satu koleksi paling ikonik dan paling banyak menarik perhatian pengunjung.
Museum memberikan pencahayaan khusus dan penataan yang mendukung agar pengunjung bisa menikmati keindahan dan detail arca dengan maksimal.
Populer di Sosial Media, Menjadi Daya Tarik Tersendiri

Dalam beberapa tahun terakhir, Arca Prajnaparamita menjadi viral di media sosial karena keindahannya yang menakjubkan dan ekspresi wajah yang dianggap menyerupai karakter anime atau figur modern. Banyak warganet memuji ekspresi wajah yang anggun, tenang, dan detailnya yang utuh membuatnya nyaris “hidup”.
Diskusi mengenai keindahan arca ini bersirkulasi di Instagram, X, Tiktok, dan berbagai media sosial lain. Fenomena ini membuat banyak orang, termasuk generasi muda, menjadi tertarik untuk mengunjungi Museum Nasional dan mempelajari lebih lanjut tentang warisan budaya Indonesia.
Nah, Ma, itu dia informasi sekilas mengenai Arca Prajnaparamita. Apa Mama tertarik untuk mengajak si Kecil melihatnya?