Motif Anak SD Bunuh Ibunya di Medan: Sering Disiksa dan Game Dihapus

Polrestabes Medan memastikan bahwa perempuan berinisial FS (42), seorang ibu rumah tangga yang tinggal di kawasan Medan Sunggal, meninggal dunia akibat tindak pembunuhan. Dari hasil pemeriksaan, ditemukan puluhan luka tusukan di tubuh ibu dua anak tersebut.
Polisi mengungkap hingga saat ini dugaan pelaku pembunuhan itu yakni anak bungsunya sendiri, anak perempuan berusia 12 tahun yang masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar berinisial A.
Dalam kasus Anak Berkonflik dengan Hukum (ABH) ini, motif sakit hati dan kemarahan menjadi sorotan utama. Dikutip dari IDN Times, Kapolrestabes Medan Kombes Pol Jean Calvijn Simanjuntak menjelaskan bahwa pelaku diduga kerap mengalami kekerasan dan ancaman dari sang ibu, yang juga dirasakan anggota keluarga lainnya.
Rangkaian perlakuan tersebut memicu emosi hingga berujung pada peristiwa tragis yang terjadi saat korban tengah tertidur. Saat ini, pelaku telah diamankan dan akan diproses sesuai ketentuan hukum anak dengan tetap mengedepankan pendampingan serta pemenuhan hak-hak dasarnya.
Berikut Popmama.com rangkum informasi mengenai motif anak SD bunuh ibunya di Medan, sering disiksa dan game dihapus.
1. Motif anak SD bunuh ibunya di Medan dipicu keluarga tak harmonis

Dalam keterangannya, Calvijn Simanjuntak melihat ada ketidakharmonisan di keluarga korban. Keluarga ini disebut Calvijn ke mana-mana pergi menggunakan ojek online, begitu pula dengan kedua anak yang diantar bersekolah.
Namun yang pasti, sejak tanggal 8 Desember 2025, korban tidak ada keluar dari rumahnya. Dari keterangan guru terduga pelaku anak adalah berprestasi, pendiam, tertutup, dan tenang di sekolah. Ia juga aktif di kegiatan pramuka, dan sering menjuarai perlombaan-perlombaan yang ada.
2. Terduga pelaku anak sering disiksa korban, begitupun dengan kakaknya

Selanjutnya, polisi mengungkap motif sang anak bungsu menikam ibunya saat tengah tidur itu. A (12) diduga sering disiksa oleh sang Mama. Ia juga geram melihat kakaknya kerap disiksa di rumah.
"Melihat kekerasan yang dilakukan korban terhadap kakak, adik dan ayahnya yang diancam menggunakan pisau. Melihat kakaknya yang dipukuli korban menggunakan sapu dan tali pinggang," jelas Calvijn dalam keterangannya, Senin (29/12/2025) dikutip dari IDN Times.
Dugaan tindak penyiksaan itu mengakibatkan memar pada bagian kaki kakak yang difoto tanggal 23 November 2025 oleh temannya saat berada di sekolah.
"Kemudian, pada saat terjadi pembunuhan, adik tiba-tiba terbangun, dan memandangi ibunya yang tidur di sampingnya, semakin menimbulkan rasa marah. Adik mengambil pisau, membuka bajunya, dan melukai korban," terang Calvijn.
3. Korban sakit hati karena game onlinenya di hapus.

Motif selanjutnya adalah kemarahan korban karena game online miliknya dihapus. Calvijn mengatakan terduga pelaku anak sakit hati karena hal itu kepada ibunya.
"Ya, si adik sakit hati karena game online-nya dihapus," tutur Calvijn.
4. Pelaku membunuh diduga terinspirasi game online dan anime

Polisi menuturkan obsesi terduga pelaku anak A untuk membunuh juga dipicu usai ia menonton serial anime DC episode 271. Dalam serial itu juga terdapat adegan pembunuhan menggunakan pisau.
"Bagaimana obsesi si adik dalam hal melakukan tindak pidananya? Dia melihat game Murder Mystery pada Season Kills Others menggunakan pisau. Makanya, si adik pada saat itu menggunakan pisau dalam melakukan (dugaan pembunuhan)," rinci Calvijn.
5. Kasusnya masih dalam proses, terduga pelaku anak tetap diberi haknya

Polisi lalu menggali sekali lagi menggunakan unsur-unsur yang ada pada scientific investigation dan mempertimbangkan faktor lainnya untuk mengetahui fakta-fakta, motivasi, dan transparan mengapa melakukan tindak pidana tersebut. Ketika ini adalah kasus ABH (Anak Berhadapan Dengan Hukum) maka hak dari terduga pelaku A yang masih 12 tahun tetap dikedepankan.
"Namun yang paling mendasar adalah kami bersama dengan pendamping, memberikan hak-hak mendasar terhadap si adik, baik hak untuk beribadah, hak untuk bermain, hak untuk bersilaturahmi, berkomunikasi, memperoleh pendidikan, dan hak-hak lainnya," pungkasnya.
Itulah tadi informasi mengenai motif anak SD bunuh ibunya di Medan. Kasus ini masih terus didalami dengan mengedepankan pendekatan hukum yang berfokus pada perlindungan anak dan pengungkapan fakta secara menyeluruh.


















