Brainrot, Short Attention Span, Ini 5 Tanda Anak Terdampak Tiktok Brain!

TikTok saat ini menjadi salah satu platform media sosial paling populer di dunia, dan anak-anak maupun remaja menghabiskan lebih banyak waktu dari sebelumnya untuk menggulir konten di aplikasi ini.
Namun, semakin banyak penelitian dari para ahli yang menunjukkan bahwa kebiasaan ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan otak seseorang, terutama di usia anak-anak, dan mengganggu kemampuan mereka untuk fokus pada aktivitas lain.
“Meskipun kita belum memiliki penelitian jangka panjang, tidak diragukan lagi bahwa TikTok memengaruhi otak, dan otak anak-anak masih berkembang hingga usia awal hingga pertengahan 20-an,” ujar Jessica Griffin, PsyD, profesor psikiatri dan pediatri di University of Massachusetts Medical School, dalam wawancaranya dengan Verywell.
Apa saja tanda-tanda yang menunjukkan bahwa anak terdampak fenomena “TikTok Brain”? Simak tulisan Popmama.com berikut ini mengenai 5 tanda Tiktok brain pada anak.
1. Anak tidak cukup tidur

Anak-anak usia 6 tahun ke atas umumnya membutuhkan antara 9–12 jam tidur per hari. Namun, kebiasaan begadang akibat terlalu lama bermain media sosial, terutama TikTok, dapat mengganggu kualitas tidur mereka.
Blue light dari layar gadget menghambat produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur, sehingga otak anak tetap "terjaga" walau sudah waktunya tidur. Hal ini bisa menyebabkan kelelahan di siang hari dan suasana hati yang buruk. Untuk mengatasinya, batasi penggunaan layar setidaknya satu jam sebelum waktu tidur agar anak bisa lebih rileks.
2. Mudah marah dan tidak sabar

Anak yang terlalu banyak terpapar TikTok bisa menjadi lebih mudah tersinggung, frustrasi terhadap hal kecil, dan mudah mengalami ledakan emosi atau tantrum.
Chris Meaden, seorang hipnoterapis dari The Meaden Clinic, menjelaskan bahwa paparan layar berlebihan bisa membuat anak sulit mengatur emosi dan menjadi lebih impulsif.
“Jika seorang anak terlalu sering menggunakan media sosial, mereka akan menjadi lebih mudah tersinggung, frustrasi karena hal-hal kecil, tidak sabaran, dan mungkin mengalami kemarahan hingga ledakan emosi,” kata Chris.
Claire Law, seorang konselor dan psikoterapis dari Inggris juga menambahkan bahwa "paparan sosial media yang terus-menerus dapat menyusun ulang sistem saraf otak anak, membuatnya sulit fokus dan mengendalikan emosi."
3. Meniru konten viral tanpa henti

Apakah anak mama sering tiba-tiba menyanyikan "tung tung sahur" dan anomali Tiktok lainnya, menirukan gerakan tren, dan senantiasa ingin mengikuti konten viral terbaru? Ini bisa jadi tanda bahwa mereka mengalami FOMO (Fear of Missing Out) atau kondisi takut ketinggalan tren yang sedang ramai.
Kebiasaan ini bisa menandakan bahwa anak lebih terpengaruh oleh algoritma dan tekanan sosial dibandingkan refleksi dan penilaiannya sendiri yang seharusnya dibentuk dari lingkungan sekitar.
4. Sulit fokus lebih dari 15 detik

Konten TikTok yang singkat namun intens bekerja seperti sebuah permen untuk otak, membuat ketagihan. Hal ini dijelaskan secara mendalam oleh Dr. Jessica Griffin:
“Video pendek, bekerja seperti permen, memberikan semburan dopamin. Ini adalah zat kimia yang membuat kita merasa senang dan dilepaskan di pusat kesenangan otak kita,” ujar Griffin
.
“Semburan itu membuat kita jadi ingin lagi dan lagi, seperti anak-anak di toko permen.”
Studi tahun 2021 terhadap aplikasi Douyin (versi TikTok di Tiongkok) menemukan bahwa video yang dipersonalisasi oleh algoritma lebih banyak mengaktifkan pusat penghargaan di otak dibanding video acak.
Pemindaian otak dari partisipan penelitian itu menunjukkan reaksi mirip kecanduan, dan beberapa bahkan tidak mampu menghentikan diri untuk terus menonton.
Griffin menegaskan:
“Jika anak menonton TikTok dalam waktu yang lama, hal ini bisa menimbulkan masalah dengan perhatian mereka, konsentrasi, dan daya ingat jangka pendek.”
5. Tantrum saat tidak diberi gadget

Banyak orangtua mulai menyadari bahwa anak mereka menjadi sangat bergantung pada gadget untuk tenang atau merasa senang. Ketika gadget diambil, mereka langsung tantrum. Hal ini menandakan bahwa perangkat digital mulai menjadi “alat pengatur emosi”.
Anak belum memiliki kemampuan untuk mengontrol penggunaan gadget secara mandiri, maka peran orangtua menjadi sangat penting dalam mengatur waktu layar dan membimbing anak untuk mengenali serta mengelola emosinya secara sehat.
Meski TikTok bisa memberi hiburan dan bahkan edukasi, namun penggunaan yang berlebihan dan tanpa pengawasan dapat berdampak serius pada perkembangan otak anak.
Orangtua perlu proaktif dalam menetapkan batasan waktu layar, terlibat dalam aktivitas digital anak, dan memberikan alternatif kegiatan yang lebih sehat bagi perkembangan emosional dan kognitif mereka.
“Otak anak-anak masih dalam tahap pertumbuhan dan belum mampu mengambil keputusan yang sehat mengenai screentime. Di sinilah kita sebagai orangtua harus hadir,” lanjut Chris
Nah, Ma, itu dia 5 tanda Tiktok brain pada anak. Jika Mama melihat tanda itu pada anak, mulai batasi durasi screen time-nya yuk!