Apa yang Dilakukan Setelah Membentak Anak?

Anak belajar cara menghadapi konflik dari bagaimana Mama menyelesaikan konflik dengannya

26 September 2021

Apa Dilakukan Setelah Membentak Anak
Pexels/Elina Fairytale

Kebanyakan orangtua pasti pernah kehilangan ketenangan saat melihat anak berbuat salah dan membentaknya. Itu merupakan hal yang wajar karena anak-anak belum mengerti banyak hal, sedangkan orangtua juga manusia yang punya batas kesabaran.

Namun, begitu orangtua meluapkan emosi, selanjutnya yang terjadi pada mereka adalah merasa bersalah. Mereka tahu bahwa mereka baru saja melakukan kesalahan pada anak, lalu merasa tidak enak karenanya. Apakah Mama pernah mengalaminya?

Rasa bersalah yang muncul setelah membentak anak menunjukkan moralitas Mama sendiri. Ini merupakan tanda bahwa Mama mengakui telah melakukan kesalahan dan mengambil keputusan yang buruk.

Di sisi lain, anak yang melihat Mama emosi bisa terluka. Apalagi jika Mama sudah marah duluan sebelum ia selesai menjelaskan.

Jika situasi ini didiamkan saja, hubungan Mama dengannya bisa menjadi tidak baik. Perasaan negatif yang muncul juga akan terus tersimpan pada Mama dan dirinya.

Belum lagi dampak jangka panjang yang bisa terjadi pada anak, yaitu belajar mengenai “aturan” dalam konflik. Di masa depan, ia bisa saja menghadapi konflik dengan emosi dan berlarut-larut. Bisa juga ia menjadi anak yang kurang percaya diri.

Mama pasti tidak mau hal-hal tersebut sampai terjadi, bukan?

Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk berdamai dengan anak setelah kelepasan membentaknya. Namun, bagaimana caranya?

Yuk, simak hal-hal yang perlu dilakukan setelah membentak anak yang telah Popmama.com rangkum yang dilansir dari laman mother.ly di bawah ini, Ma.

1. Beri waktu untuk menenangkan diri

1. Beri waktu menenangkan diri
Freepik/our-team

Jika Mama masih diliputi emosi, Mama akan kesulitan untuk membuat keputusan yang bijak dan rasional. Jadi, tenangkan diri Mama terlebih dulu begitu sadar bahwa Mama sedang emosi.

Sebaiknya jangan melakukan atau berkata apa pun dulu ya, Ma. Beri waktu bagi Mama untuk menenangkan diri. Bahkan Mama boleh jujur pada anak kalau Mama perlu istirahat di ruangan lain untuk menenangkan diri.

Dengan begitu, anak juga bisa memiliki waktu untuk memahami apa yang dirasakannya dan menenangkan dirinya sendiri, Ma. Jika Mama sudah tenang, tapi anak mama belum, Mama bisa memberinya waktu lagi atau membantunya menemukan cara untuk menenangkan diri.

Untuk anak SD awal, ia mungkin masih membutuhkan bantuan Mama untuk melabeli perasaan mereka. Latihan fisik juga berguna untuk membantu ia tenang.

Bagaimana pun caranya, Mama dan anak mama harus tenang dulu ya sebelum melanjutkan percakapan.

2. Undang anak untuk berbicara

2. Undang anak berbicara
Pexels/Yan Krukov

Jika sudah tenang, cobalah undang anak mama untuk berbicara. Ingat ya Ma, “mengundang” berarti ia boleh menolak undangan Mama.

Jika ia menolak, tidak apa-apa Ma. Hargai keputusannya untuk menolak undangan Mama.

Bisa saja ia masih kesal dengan Mama dan belum siap untuk berbaikan. Bisa juga ia sedang sibuk melakukan sesuatu ketika Mama mengundangnya.

Ambil saja kesempatan ini untuk menunjukkan bahwa Mama menghormati perasaan dan keputusannya.

Editors' Pick

3. Tunjukkan kasih sayang

3. Tunjukkan kasih sayang
Pexels/Ivan Samkov

Kasih sayang yang tulus dapat mencairkan perasaan negatif dengan cepat. Mama bisa menunjukkan kasih sayang seperti yang biasa Mama lakukan dengan anak mama. Misalnya, berpelukan dengannya.

Dengan kasih sayang, Mama bisa melanjutkan percakapan yang sempat tertunda dengan cinta, alih-alih dengan amarah atau rasa bersalah.

Walaupun Mama tetap tidak setuju dengan anak mama, tapi kali ini Mama bisa menyampaikannya dengan penuh kasih sayang. Anak pun jadi bisa lebih menerima alasan Mama tidak setuju dengannya. Kadang, anak lebih mudah mendengarkan jika Mama berbicara dengan lembut.

4. Meminta maaf

4. Meminta maaf
Pexels/Vie Studio

Pertengkaran antara orangtua dan anak akan membentuk pengalaman anak menghadapi konflik di masa mendatang. Bagaimana anak harus menghadapi konflik? Apa yang harus anak lakukan jika ia salah?

Tunjukkanlah perilaku yang Mama ingin anak pelajari untuk hal-hal tersebut, Ma. Mama ingin anak menghadapi konflik dengan tenang? Lakukanlah demikian ketika Mama bertengkar dengannya.

Mama ingin anak meminta maaf untuk kesalahan yang dilakukannya? Minta maaflah padanya jika Mama kehilangan kendali dan membentaknya. Bagaimanapun, Mama sudah membuatnya ketakutan, terlepas dari siapa dulu yang memulai.

Hati-hati, jangan tambahkan, “… tapi kamu seharusnya …,” ketika Mama meminta maaf, ya. Dengan fokus pada tanggung jawab untuk meminta maaf atas kesalahan yang Mama lakukan, anak akan belajar untuk melakukan hal yang sama ketika ia membuat pilihan yang salah di masa mendatang.

5. Dengarkan apa yang disampaikan anak dengan tenang

5. Dengarkan apa disampaikan anak tenang
Pexels/Yan Krukov

Cobalah ajak ia berbicara pelan-pelan, Ma. Coba lanjutkan percakapan yang sempat tertunda. Mama bisa mengatakan seperti berikut.

“Tadi Mama marah, jadi nggak dengar sepenuhnya apa yang mau kamu sampaikan ke Mama. Tadi kamu mau bilang apa? Coba jelaskan ke Mama sekarang. Mama akan dengarkan sampai selesai.”

Tanyai dan dengarkan juga apa yang ia rasakan ya, Ma. Beri ia kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

Terimalah apa pun emosi yang ia ungkapkan. Jangan sampai Mama menyangkal atau bersikap defensif saat anak sedang menceritakan apa yang ia rasakan. Anak bisa merasa perasaannya tidak valid dan tidak diterima jika begitu.

Ambil napas dalam-dalam, dengarkan, dan komunikasikan bahwa perasaannya dapat dimengerti. Bantulah anak mama untuk kembali merasa baik-baik saja.

6. Bicarakan alasan Mama sempat marah

6. Bicarakan alasan Mama sempat marah
Freepik/karlyukav

Jika ia sudah selesai mengatakan semua yang ingin ia katakan dan merasa lebih baik, Mama bisa mulai membicarakan alasan Mama sempat marah.

Katakan apa yang Mama tidak suka dan apa yang Mama ingin ia lakukan di kemudian hari. Mama juga bisa memberinya solusi agar ia tidak melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang.

Misalnya, anak meninggalkan jaketnya di ruang kelas. Mama bisa mengatakan, “Oke, Mama sekarang mengerti, ini baru pertama kalinya kamu lupa bawa pulang jaketmu. Ke depannya, Mama akan senang kalau kamu lebih perhatikan barang-barangmu sebelum pulang. Kalau kamu takut kelupaan, kamu bisa lipat dan simpan jaketmu di tas begitu kamu lepas, jadi nggak akan ketinggalan lagi.”

7. Maafkan diri sendiri dan bangun lagi kedekatan dengan anak

7. Maafkan diri sendiri bangun lagi kedekatan anak
Pexels/Liza Summer

Hilang kendali saat anak melakukan kesalahan itu hal yang wajar terjadi. Bagaimanapun, anak-anak masih belum mengerti banyak hal dan Mama punya batas kesabaran. Kadang Mama lelah atau tertekan dengan sesuatu sehingga sulit menahan emosi.

Tidak apa-apa Ma, semua orang pasti pernah membuat kesalahan. Lagipula, ini baru pertama kalinya Mama menjadi orangtua. Yang terpenting, Mama sudah berusaha untuk memperbaiki kesalahan Mama sekaligus memperbaiki diri. Anak juga belajar sesuatu lho, dari kejadian ini.

Sekarang Mama perlu memaafkan diri Mama sendiri, ambil pelajaran dari kejadian ini, dan move on. Teruslah berusaha dekat dengan anak ya, Ma. Mama bisa memulainya dengan berdialog atau berbicara dari hati ke hati dengannya. Dengan begitu, Mama dapat mencegah situasi yang sama terjadi lagi.

Itulah hal-hal yang perlu dilakukan setelah membentak anak, Ma. Tak dapat dipungkiri, sulit bagi orangtua untuk selalu menahan emosi.

Kadang, situasi membuat kita lelah atau tertekan sehingga sulit menahan emosi lagi ketika melihat anak melakukan kesalahan. Jika hal itu terjadi pada Mama, tenang saja ya, Ma.

Mama masih bisa memperbaikinya dengan mencari kembali ketenangan Mama dan komunikasikan lagi dengan anak secara baik-baik. Semangat, Ma!

Baca juga:

The Latest