5 Kesalahan Asuh Sering Dilakukan Terhadap Anak ADHD

Perhatikan kesalahan-kesalahan ini agar tidak terulang lagi ya!

23 Desember 2019

5 Kesalahan Asuh Sering Dilakukan Terhadap Anak ADHD
Unsplash/Annie Spratt

Pasti sudah tidak asing lagi dengan istilah ADHD (Attention Deficit Hyperactivy Disorder) ya.

ADHD bisa dikatakan sebagai gangguan perilaku, umumnya si Anak akan terlihat sangat hiperaktif, impulsif, kurang fokus, tidak ceroboh hingga sangat sulit diatur.

Banyak orangtua dari anak-anak dengan ADHD merasa frustrasi bahkan kurang mengerti bagaimana cara mengasuh anaknya sendiri. Ketidaktahuan ini akan semakin membuat orangtua semakin salah paham dalam pola pengasuhan.

Jika ini dibiarkan terus-menerus secara tidak langsung akan berpengaruh buruk terhadap perkembangan si Anak sendiri.

Sebelum semakin terlambat, berikut rangkuman dari Popmama.com mengenai beberapa kesalahan yang dilakukan orangtua dalam mengasuh anak-anak dengan ADHD.

1. Marah terlalu berlebihan

1. Marah terlalu berlebihan
Unsplash/Hunter Johnson

Jika sudah sangat lelah dengan rutinitas sehari-hari seperti bekerja hingga menghadapi kemacetan, orangtua seringkali sulit mengendalikan emosinya saat berada di dalam rumah. Apalagi ketika si Anak berbuat kesalahan atau mungkin sedang sulit diatur. Orangtua sering menjadikan si Anak pelampiasan segala kelelahan dan amarah yang terpendam seharian.

Seharusnya sebagai orang dewasa perlu sekali memiliki kemampuan dalam menenangkan segala emosi yang dialami secara intens. Sementara untuk anak-anak dengan ADHD, membutuhkan bantuan ekstra untuk melakukan hal ini.

Untuk mengatasi hal ini, perlu sekali berlatih mengendalikan diri. Salah satu yang efektif yaitu dengan mengelola perasaan sendiri terlebih dahulu. Jangan selalu melampiaskan amarah dengan memarahi, membentak dan melakukan hukuman fisik ke si Anak.

Boleh saja mengeluarkan perasaan atau emosi negatif, namun perlu dengan cara yang tepat ya. Cobalah untuk mengambil napas dalam-dalam dan beri jeda sejenak kemudian baru dikeluarkan. Cara seperti ini cukup efektif untuk menenangkan diri.

Terapkan cara ini juga ke si Anak agar dirinya bisa membantunya lebih tenang saat sedang merasa sangat emosi.

Editors' Pick

2. Lebih fokus terhadap hasil bukan proses

2. Lebih fokus terhadap hasil bukan proses
Unsplash/Janko Ferlič

Hasil memang menentukan segalanya, namun orangtua juga perlu mengingat untuk selalu melihat setiap upaya atau usaha yang telah si Anak lakukan. Perjuangan mencapai hasil perlu sekali dinilai karena dari sinilah si Anak akan semakin mengerti mengenai cara berproses.

Beberapa orangtua yang memiliki anak-anak dengan ADHD justru melupakan hal ini. Padahal meremehkan apa yang si Anak lakukan hanya akan memicu dirinya kehilangan movitasi diri.

Untuk menghindari anak-anak ADHD menjadi sosok yang kurang percaya diri dan merasa dirinya tidak berharga. Ada baiknya untuk mulai mengakui hasil dan proses yang dilakukan si Anak. Acungkan jempol dan berikan pujian padanya, sebuah pelukan juga akan membuat si Anak merasa senang dan merasa dihargai segala usahanya.

Kalau ini dilakukan secara konsisten, si Anak dengan ADHD akan menjadi sosok yang lebih berhasil secara berpikir karena termotivasi setelah dipuji, membangun kedekatan dengan orangtua hingga menumbuhkan semangat untuk sukses di kemudian hari.

3. Kurang menerapkan aturan dan konsekuensi

3. Kurang menerapkan aturan konsekuensi
Unsplash/Bridget Yu

Setiap anak-anak di dalam keluarga memang seharusnya diberikan peraturan yang jelas, termasuk untuk anak pengidap ADHD. Orangtua harus lebih memperhatikan dalam penerapan aturan hingga konsekuensi yang diterima si Anak jika berbuat salah.

Bentuk aturan ini bisa bervariasi, bisa secara verbal ataupun tertulis. Jika si Anak sudah bisa diajak berdiskusi dan mengerti tentang aturan, orangtua bisa menempelkan daftar tanggung jawab selama seharian dan berbagai aturan di dalam rumah.

Untuk memotivasi si Anak, setiap tugas dan aturan yang ada bisa diberikan poin. Kalau si Anak berhasil melakukan banyak hal berarti poin akan terus bertambah, sehingga bisa ditukarkan rewards. Selain menekankan ke si Anak mengenai peraturan yang harus ditaati, perlu juga menjelaskan konsekuensi secara jelas.

Dalam penerapan aturan ini, berusahalah untuk tidak mendidik si Anak dengan emosi apalagi jika dirinya melanggar. Sangat disarankan untuk bersikap tegas ke si Anak, tanpa bentakan atau hukuman secara fisik.

Anak-anak pengidap ADHD mungkin lebih tidak konsisten dibandingkan dengan anak normal lainnya, untuk itu perlu tetap melakukan pendampingan. Kalau aturan main ini cukup jelas dan dilakukan secara tegas akan membuat si Anak menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya.

4. Tidak bisa bekerja sama dengan anak

4. Tidak bisa bekerja sama anak
Unsplash/Vance Osterhout

Beberapa orangtua yang terlalu sibuk dengan aktivitasnya membuat anak-anak pengidap ADHD merasa sendirian. Bahkan ada anak yang kurang bisa menghadapi tantangan secara sosial, akademik atau secara emosi.

Sebelum si Anak benar-benar kehilangan figur orangtuanya dan merasa stres, ada baiknya untuk kembali memahami kondisi mereka.  

Mulailah untuk berkolaborasi dalam berbagai hal. Kolaborasi ini berarti bekerja sama dengan si Anak dalam menemukan solusi untuk segala tantangan sehari-hari. Secara tidak langsung, ini akan membantu orangtua lebih mengetahui dan memahami kondisi si Anak.

Beberapa orangtua yang terlalu sibuk dengan aktivitasnya membuat anak-anak pengidap ADHD merasa sendirian. Bahkan ada anak yang kurang bisa menghadapi tantangan secara sosial, akademik atau secara emosi.

Sebelum si Anak benar-benar kehilangan figur orangtuanya dan merasa stres, ada baiknya untuk kembali memahami kondisi mereka.  

5. Kurang menemukan minat atau bakat anak  

5. Kurang menemukan minat atau bakat anak  
Unsplash/frank mckenna

Seringkali anak-anak dengan ADHD dianggap berbeda, sehingga dirinya merasa dikucilkan. Padahal setiap anak itu pasti memiliki kelebihan masing-masing yang membuat dirinya unik dan berbeda.

Kondisi kurang memahami kelebihan anak akan membuat dirinya menjadi pribadi yang kurang kepercayaan diri. Jika hal ini terlalu lama terjadi, si Anak akan kehilangan semangat bahkan bisa merasa depresi.

Dalam situasi seperti ini perlu adanya peran dari orangtua untuk membangkitkan kembali semangat si Anak. Jika anak-anak dengan ADHD sudah menaruh minat terhadap suatu hal, sebagai orangtua perlu sekali memberi dorongan agar dirinya berusaha mengasah minat itu.

Bukan hal yang tidak mungkin, jika anak-anak dengan ADHD memiliki kemampuan dalam mengasah setiap kelebihan si Anak.

Baca juga:

The Latest