5 Jenis Kecemasan pada Anak yang Disebabkan oleh Trauma

Seringkali tak disadari, pengalaman anak di masa lalu bisa menyebabkan kecemasan

25 Agustus 2022

5 Jenis Kecemasan Anak Disebabkan oleh Trauma
Freepik/Karlyukav

Sejak kecil, seorang bisa takut pada segala hal, bahkan termasuk takut pada hal-hal yang irasional, seperti takut untuk pergi tidur sendiri, takut gelap, takut suara petir, dll. Ketika anak tidak dapat mengatasi kekhawatirannya, ia mungkin berjuang dengan kecemasan.

Dilansir dari Anxiety and Depression Association of America, satu dari delapan anak dapat menderita gangguan kecemasan. Terutama selama mengalami masa-masa ketidakpastian.

Meskipun umum bagi anak-anak untuk mengalami rasa takut, beberapa jenis kecemasan di masa kecil ini ternyata disebabkan oleh trauma. Lantas apa sajakah kecemasan yang disebabkan oleh trauma?

Berikut ini Popmama.com telah merangkum lima jenis kecemasan pada anak yang disebabkan oleh trauma. Yuk simak informasinya!

1. Kecemasan akan perpisahan

1. Kecemasan akan perpisahan
Freepik

Kecemasan perpisahan melibatkan rasa takut yang berlebihan akan terpisah dari orangtua dan pengasuh. Jenis kecemasan ini umum terjadi pada anak kecil, tetapi biasanya mulai mereda setelah anak berusia sekitar tiga atau empat tahun. 

Dilansir dari Dual Diagnosis, beberapa anak mengalami gangguan kecemasan perpisahan sebagai masalah yang luar biasa, karena mereka telah melalui trauma dan situasi tertentu yang mengganggu. Seperti pelecehan, serangan, atau kehilangan seseorang yang paling dicintai.

Gejala kecemasan perpisahan biasanya cukup mudah dikenali dan melibatkan penolakan untuk pergi ke mana pun tanpa orangtua atau pengasuh, menolak untuk tidur sendiri, atau menolak untuk pergi ke sekolah.

Sebagai orangtua, Mama mungkin sulit mengatasinya, tapi percayalah bersikap tenang saat memperlakukan dapat membuat anak merasa aman dan nyaman. 

Editors' Pick

2. Gangguan kecemasan umum

2. Gangguan kecemasan umum
Freepik

Untuk mendapatkan diagnosis gangguan kecemasan umum, seorang anak harus memiliki bukti ketakutan dan kecemasan yang berlebihan dari ketakutan yang dialaminya selama enam bulan atau lebih, dan ini dapat dipicu lebih dari satu hal, seperti cemas tentang orangtuanya, sekolah, dan teman. 

Selain itu, seorang anak dengan gangguan kecemasan umum akan mengalami kesulitan mengendalikan perasaan khawatirnya, dan akan menyebabkan perasaan tertekan.

Dilansir dari Childrens Hospital, pengalaman traumatis seperti perceraian, penyakit, kematian dalam keluarga, atau peristiwa besar di luar keluarga, juga dapat memicu timbulnya gangguan kecemasan pada anak.

Selain itu, kecemasan dapat dipengaruhi dari anggota keluarga dan orang lain yang merasa stres atau cemas di sekitar anak. Misalnya, seorang anak yang orangtuanya menunjukkan kecenderungan perfeksionis, juga bisa menjadi perfeksionis.

Anak-anak dengan gangguan kecemasan umum juga mungkin memiliki gejala somatik, seperti sakit kepala, sakit perut, dan nyeri otot.

3. Fobia spesifik

3. Fobia spesifik
sheknows.com

Selain gangguan kecemasan umum, anak-anak dapat memiliki fobia yang lebih spesifik. Mereka menjadi cemas dan khawatir, tetapi hanya berkaitan dengan pemicu yang sangat spesifik, seperti badai petir, laba-laba, ditinggalkan sendirian, atau pergi ke kolam renang. 

Dilansir dari Sunrise House Treatment Center, banyak fobia spesifik disebabkan oleh pengalaman atau trauma masa kecil. Misalnya, ketakutan terhadap anjing kemungkinan besar karena pernah dikejar atau digigit anjing saat kecil.

Selamat dari kecelakaan kendaraan di awal kehidupan juga dapat menyebabkan ketakutan yang kuat untuk berpergian sepanjang masa dewasa. Atau fobia akan ketinggian dapat berkembang jika anak pernah menyaksikan seseorang jatuh dari gedung atau dari pohon.

Ini adalah hubungan sebab-akibat antara peristiwa traumatis dan perkembangan fobia, dan terkadang dapat diselesaikan dengan terapi exposure. Namun sebagian besar anak-anak mengatasi jenis gangguan kecemasan ini.

4. Gangguan obsesif kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD)

4. Gangguan obsesif kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD)
Pexels/Pixabay

Anak-anak dengan gangguan obsesif kompulsif atau Obsessive Compulsive Disorder (OCD) seringkali memiliki pikiran mengganggu yang berulang tentang hal-hal tertentu. Ini juga sering terjadi bersamaan dengan perilaku berulang yang mereka lakukan.

Ini misalnya seperti sering mencuci tangan, memeriksa sesuatu berulang kali, atau mengulangi kata atau frasa tertentu. Hal ini dilakukan untuk diri sendiri sebagai tanggapan terhadap obsesi. 

Dilansir dari Bridges To Recovery, banyak penelitian telah memperkuat hubungan antara OCD dan trauma masa kanak-kanak.

Sebuah teori yang diajukan oleh psikolog Stanley Rachman menunjukkan bahwa orang lebih mungkin mengalami obsesi ketika mereka dihadapkan pada situasi stres. Teori ini juga menunjukkan bahwa pikiran-pikiran ini dipicu oleh isyarat eksternal.

Dan ketika menunjukkan perilaku berulang, Rachman percaya bahwa itu terjadi ketika seseorang percaya bahwa mereka memiliki tanggung jawab untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan.

Dalam kasus trauma, seseorang anak mungkin merespons dengan dorongan yang ia yakini untuk mencegah peristiwa ini.

5. Serangan panik

5. Serangan panik
Freepik/asierromero

Meskipun jarang terjadi pada anak-anak, serangan panik adalah jenis lain dari gangguan kecemasan yang menjadi lebih umum di tahun-tahun remaja berikutnya.

Dilansir dari Talkspace, Nicole Amesbury, seorang konselor kesehatan mental berlisensi (LMHC), psikoterapis, dan Kepala Pengembangan Klinis di Talkspace, mengatakan bahwa hubungan antara trauma masa kanak-kanak dan gangguan panik sangat masuk akal.

Di usia muda, anak rentan dan baru belajar tentang dunia. Beberapa ketakutan cukup umum di masa kanak-kanak, dan dapat dimulai sebagai akibat dari satu paparan traumatis.

Demikian juga, jika seorang anak mengalami trauma yang lebih besar, sangat mungkin mereka akan mengembangkan gangguan panik yang parah. Semakin membingungkan dan kompleks pengalaman, maka semakin sulit bagi anak untuk merasa aman dan aman.

Terlebih lagi jika pengalaman ini diabaikan atau tidak ditangani oleh orangtua. Sebuah pengalaman akan hal yang tidak diketahui, akan selalu menakutkan. Hingga anak bertumbuh dengan serangan kecemasan atau serangan panik.

Selain ketakutan atau ketidaknyamanan yang intens, beberapa gejala serangan panik adalah, perasaan tidak nyata, nyeri dada, menggigil, pusing, merasa tercekik, takut kehilangan kendali, merasa sesak napas, mual atau sakit perut, palpitasi atau detak jantung yang cepat, berkeringat dan gemetar.

Itulah beberapa jenis kecemasan pada anak yang disebabkan oleh trauma. Kecemasan pada anak perlu ditangani, terlebih lagi jika sudah menunjukkan perubahan perilaku yang buruk dan mengganggu.

Segera ajak anak untuk berkonsultasi pada psikolog atau psikiater yang profesional. Penanganan pertama dengan cepat, dapat membantu anak mengelola ketakutannya dengan tepat.

Baca juga:

The Latest