Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Orang Bisa Serakah Meski Punya Segalanya? Parenting Masa Kecil Jadi Pemicu

DPR RI
Dok. Istimewa
Intinya sih...
  • Sifat serakah muncul karena pola asuh orangtua
  • Pentingnya menumbuhkan empati anak sejak kecil lewat kegiatan sederhana
  • Anak belajar dari teladan orangtua
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sifat serakah pada banyak pejabat di Indonesia nyatanya tidak muncul begitu saja. Ada banyak faktor yang memengaruhi terbentuknya karakter ini, salah satunya adalah pola asuh atau parenting di masa kecil.

Cara orangtua mendidik, memberi perhatian, hingga memperkenalkan nilai-nilai sejak dini, dapat meninggalkan jejak yang kuat dalam diri anak hingga dewasa. Pola asuh yang kurang tepat bisa membuat seseorang tumbuh dengan rasa tidak pernah puas meski telah memiliki segalanya. 

Mereka selalu ingin hal lebih dan bahkan sulit dalam menghargai apa yang telah dimiliki. Lantas, kenapa orang bisa serakah?

Simak pembahasan selengkapnya telah Popmama.com siapkan melansir dari akun Instagram Psikolog @audreytsusanto.

1. Sifat serakah muncul karena pola asuh orangtua

Sifat serakah tidak muncul begitu saja, melainkan bisa terbentuk sejak kecil melalui pola asuh yang diterapkan di rumah. Lingkungan keluarga adalah tempat pertama anak belajar tentang bagaimana cara memandang dunia, menghargai sesuatu, dan memahami konsep cukup.

“Ternyata ada beberapa hal dari perilaku parenting yang bisa bikin anak tumbuh jadi individu yang serakah. Kebiasaan itu bisa bermula di rumah, gimana orangtua mendidik dan lingkungan yang membentuknya,” jelas Audrey Susanto, M.Psi.,MSc.,Psi, SEP selaku Psikolog Klinis dan Keluarga. 

Jika sejak kecil anak sering merasa tidak pernah mendapatkan sesuatu yang cukup, mereka bisa tumbuh dengan perasaan selalu kekurangan meski sebenarnya berkecukupan.

Kondisi ini bisa terjadi ketika anak tidak diajarkan untuk puas dengan apa yang ada atau selalu dibandingkan dengan orang lain. Rasa takut tidak mendapatkan bagian juga bisa memicu mereka untuk terus mengambil lebih dari yang seharusnya.

Lama-kelamaan, hal ini dapat menjadi pola pikir yang terbawa hingga dewasa. Selain itu, ketika anak tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya lebih penting dibandingkan orang lain, mereka bisa terbiasa mengabaikan kebutuhan sekitar. 

Dari sinilah sifat serakah berakar, bukan hanya karena materi, tetapi karena pola pikir yang dibentuk sejak kecil melalui perilaku orangtua dan lingkungan terdekat.

“Serakah bisa lahir ketika seseorang merasa: Tidak pernah cukup, selalu takut kekurangan, merasa hanya dirinya yang penting. Dan pola bisa terbentuk sejak kecil,” lanjutnya. 

2. Pentingnya menumbuhkan empati anak sejak kecil lewat kegiatan sederhana

Ilustrasi memancing empati anak(pexels.com/Keira Burton)
pexels/Keira Burton

Anak-anak yang tidak diajarkan empati berpotensi besar tumbuh menjadi pribadi yang serakah. Sebab, sifat empati membantu anak memahami bahwa bukan hanya dirinya yang penting, tetapi orang lain juga punya kebutuhan dan perasaan yang harus dihargai. 

Tanpa empati, seseorang akan kesulitan merasakan arti ‘cukup’ karena hanya fokus pada dirinya sendiri. Latihan sederhana pada anak bisa membantu menumbuhkan empati si Kecil.

Misalnya dengan pertanyaan, “Kalau kamu jadi adik, gimana rasanya gak kebagian?” atau “Kalau kamu pinjam mainan, apa kamu mau menggunakannya dengan hati-hati?”

Pertanyaan seperti ini melatih otak anak untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Dari situlah mereka belajar bahwa berbagi bukan berarti kehilangan, melainkan bentuk peduli.

“Anak yang merasa aman dengan batas dirinya. Anak yang belajar melihat kebutuhan orang lain cenderung tumbuh jadi pribadi yang tidak serakah. Bukan karena takut dihukum orangtua, tapi karena ia paham arti ‘CUKUP’,” jelas Audrey Susanto, M.Psi.,MSc.,Psi, SEP. 

3. Anak belajar dari teladan orangtua

pexels/August de Richelieu
pexels/August de Richelieu

Sifat serakah bukan sesuatu yang otomatis ada pada anak, melainkan hasil dari apa yang mereka lihat dan alami sehari-hari. Anak belajar tentang hidup bukan hanya dari perkataan, tetapi juga dari tindakan orangtua. 

Jika orangtua terbiasa menghargai batas, mengajarkan empati, dan memberi teladan tentang arti cukup, anak akan lebih mudah meniru hal yang sama.

Sebaliknya, jika anak melihat orangtua selalu ingin lebih, mudah iri, atau tidak pernah merasa puas, mereka pun bisa menyerap pola tersebut. Ingat konsep bahwa nak-anak adalah peniru ulung. 

Apa yang mereka lihat sehari-hari akan lebih kuat membentuk kepribadian mereka dibandingkan nasihat yang hanya diucapkan tanpa contoh nyata.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk benar-benar menjadi role model yang baik. Menunjukkan sikap menghargai, menerima, dan merasa cukup dalam kehidupan sehari-hari adalah cara terbaik untuk mencegah anak tumbuh dengan sifat serakah.

4. Evaluasi diri orangtua dalam mendidik anak

ilustrasi cara hindari tiger parenting pada anak(pexels.com/Elina Fairytale)
pexels/Elina Fairytale

Sebelum menilai anak memiliki sifat serakah, ada baiknya orangtua melakukan refleksi diri. Tanyakan pada diri sendiri: “Apakah aku sudah memberi anak ruang untuk mengenal batasan yang sehat?” atau “Apakah aku sudah melatih anak untuk melihat dari sudut pandang orang lain?” 

Pertanyaan seperti itu membantu orangtua menyadari sejauh mana pola asuh yang diberikan selama ini. Selain itu, orangtua juga perlu bertanya, “Apakah aku sendiri memberi contoh hidup dengan rasa ‘cukup’?”

Anak tidak hanya belajar dari aturan, tetapi juga dari perilaku sehari-hari yang mereka lihat. Jika orangtua terbiasa mengelola keinginan dengan bijak dan menunjukkan rasa syukur, anak akan lebih mudah mengikuti pola yang sama.

Mendidik anak agar tidak serakah bukan sekadar tentang melarang atau membatasi, tetapi tentang mengajarkan makna cukup melalui empati, teladan, dan pengalaman nyata. Dengan begitu, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih sadar, peduli, dan tahu bagaimana menghargai sekaligus bersyukur dengan apa yang dimiliki.

Nah, itu dia penjelasan mengenai kenapa orang bisa serakah yang berkaitan dengan parenting di masa kecil. Dengan memahami bahwa sifat serakah bisa berakar dari pola asuh sejak kecil, orangtua punya peran besar dalam membentuk anak menjadi pribadi yang tahu arti cukup. 

Lewat empati, teladan, dan pembiasaan sederhana di rumah, anak bisa tumbuh lebih peduli dan tidak mudah terjebak dalam rasa ingin memiliki segalanya. Semoga informasinya dapat menjadi ilmu baru ya, Ma!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Meresahkan! Video 18+ Berbentuk Kartun Beredar di Media Sosial

12 Des 2025, 17:04 WIBBig Kid