7 Prinsip Maskulinitas Sehat yang Perlu Ditanamkan pada Anak Laki-laki

- Maskulinitas sehat bukan tentang menjadi paling kuat, tetapi tentang memiliki integritas, empati, dan kemampuan mengelola emosi.
- Anak laki-laki perlu belajar nilai dasar yang jujur, berani membela prinsip, dan tidak haus validasi.
- Kemampuan memahami dan memproses emosi adalah fondasi untuk membangun hubungan yang sehat.
Gender yang tampak dalam dikotomi maskulin-feminin dalam konstruksi sosio-kultural melekat dalam jenis kelamin yang tampak dalam kategori laki-laki dan perempuan. Laki-laki diidentifikasikan dengan maskulin dan perempuan diidentifikasikan dengan feminin.
Maskulinitas yang sehat bukan tentang menjadi yang paling kuat, paling tegas, atau paling berkuasa. Menjadi laki-laki yang baik adalah tentang memiliki integritas, memahami emosi, dan mampu membangun hubungan yang sehat dengan diri sendiri dan orang lain.
Berikut Popmama.com berikan tujuh prinsip maskulinitas sehat yang perlu ditanamkan pada anak laki-laki sejak dini agar tumbuh menjadi pria yang empatik, bertanggung jawab, dan dewasa secara emosional.
1. Jangan pernah berbohong pada orang yang kamu sayangi, terutama saat kamu takut

Lebih baik berkata jujur meskipun menyakitkan, daripada merusak kepercayaan dengan kebohongan.
Kejujuran adalah fondasi dari semua hubungan yang sehat. Anak perlu belajar bahwa menyampaikan kebenaran itu penting, bahkan ketika mereka takut dimarahi atau mengecewakan orang lain.
Pada kesahalan kecil yang anak lakukan, dorong dengan lembut anak untuk berkata jujur. Orangtua bisa berkata, "Papa lebih menghargai kejujuran daripada kesempurnaan."
2. Berani membela keyakinanmu, meskipun tidak semua orang setuju

Teguh pada pendirian adalah salah satu bentuk mencintai diri sendiri. Terlalu sering anak laki-laki ingin diterima oleh teman sehingga mereka mengorbankan prinsip. Ajarkan bahwa integritas lebih penting daripada popularitas.
Jika teman mengajak melakukan sesuatu yang salah (misalnya mengejek temannya), anak berani menolak. Ajarkan kalimat sederhana: "Aku tidak setuju, dan aku tidak mau melakukannya."
3. Nilaimu bukan berasal dari membuat orang lain terkesan

Nilaimu ada pada keputusanmu, caramu memperlakukan orang lain, dan caramu menjaga dirimu sendiri. Anak laki-laki sering merasa harus membuktikan sesuatu seperti nilai, prestasi, atau pacar. Namun harga diri yang sejati datang dari perbuatan baik dan sikap bertanggung jawab.
Libatkan anak dalam tugas rumah untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab, bukan pujian. Arahkan fokus: "Terpenting kamu lakukan yang baik, benar, dan maksimal, bukan apa kata orang."
4. Tidak ada yang salah dengan merasakan emosi

Jika ingin mampu menjalin hubungan yang sehat, belajar mengelola emosi adalah kunci. Menekan emosi justru membuat anak frustasi dan mudah meledak. Laki-laki yang bisa mengenali dan mengolah emosi adalah laki-laki yang matang dan mampu berempati.
Ajarkan kalimat mengungkapkan perasaan, "Aku sedang marah, aku butuh waktu untuk tenang." Setelah emosi mereda, bimbing anak untuk merefleksi, "Apa yang kamu rasakan? Apa yang kamu butuhkan?"
5. Fokuslah pada melakukan hal yang benar, bukan ingin menjadi yang paling benar

Banyak anak laki-laki diajarkan untuk menang berdebat. Padahal, yang lebih penting adalah tindakan yang tepat, bukan pembuktian bahwa dirinya lebih pintar.
Saat anak merasa benar, ajarkan untuk mendengarkan lebih dulu, bukan langsung menyanggah. Bangun komunikasi asertif di mana anak diajarkan untuk saling mendengar dan menghargai pendapat orang lain, "Aku mengerti pandangan kamu. Ini pandangan aku."
6. Saat berbicara dengan orang lain, lihat mata mereka dan dengarkan

Tunjukkan rasa hormat dengan perhatian, bukan asumsi. Anak laki-laki perlu belajar bahwa komunikasi yang baik bukan soal siapa yang paling banyak bicara, tetapi siapa yang paling mampu mendengarkan.
Saat ada orang bercerita, arahkan anak meletakkan gadget dan melakukan kontak mata. Ajak anak bertanya dengan kritis atau hanya sekedar mendengarkan dengan baik, "Apa yang kamu rasakan waktu itu?"
7. Pimpin dengan cinta, bukan kontrol

Jika ingin dipercaya, buat orang merasa aman berada di dekatmu. Menjadi pemimpin bukan soal mengatur orang lain, tetapi soal menciptakan lingkungan yang aman dan saling menghargai.
Saat bermain, anak tidak memaksa temannya mengikuti semua aturan, tetapi mendiskusikannya bersama. Ajarkan anak untuk mencari jalan keluar akan sesuatu, dengan nalar dan kritis berpikir, "Bagaimana kalau kita cari jalan tengah?"
Banyak dari generasi milenial tidak pernah diajarkan tujuh prinsip maskulinitas sehat yang perlu ditanamkan pada anak laki-laki sejak dini. Generasi sebelumnya mungkin tumbuh dengan pola diam, kuat, jangan menangis. Akibatnya, banyak laki-laki yang secara emosional belum dewasa karena tidak pernah diajarkan bagaimana menjadi pria yang baik, bukan sekadar pria yang kuat.
Namun, hari ini semakin banyak Papa yang memilih untuk tidak mewariskan luka yang sama. Mereka belajar memproses emosi, menyembuhkan diri, dan menjadi contoh baru untuk generasi berikutnya.



















