- Anak memiliki tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
- Terjadi akibat kekurangan gizi kronis sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun atau dikenal sebagai periode 1000 HPK.
- Infeksi yang terjadi berulang juga bisa memperburuk kondisi dan memicu stunting.
- Dampaknya bersifat jangka panjang, seperti hambatan pertumbuhan fisik, penurunan kemampuan kognitif, hingga risiko penyakit kronis di masa dewasa.
Wasting, Sinyal Malnutrisi pada Anak, Mama Papa Wajib Kenali Tandanya!

- Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak jauh lebih rendah dibandingkan tinggi badannya.
- Wasting disebabkan oleh kekurangan gizi akut dalam waktu singkat.
- Dampak wasting pada anak adalah gangguan tumbuh kembang fisik, gangguan perkembangan otak, risiko penyakit tidak menular saat usia dewasa, dan risiko kematian yang tinggi.
Apakah Mama dan Papa pernah mendengar kondisi malnutri seperti stunting, wasting, dan underweight?
Ketiganya tidak hanya berdampak pada pertumbuhan fisik, tetapi juga dapat memengaruhi kualitas hidup anak secara keseluruhan, termasuk perkembangan kognitif, sosial, dan emosional.
Wasting adalah kondisi ketika berat badan anak jauh lebih rendah dibandingkan tinggi badannya. Ini biasanya terjadi karena kekurangan nutrisi dalam waktu singkat atau karena anak sering sakit.
Pada artikel kali ini, Popmama.com akan membahas tentang wasting, sinyal malnutrisi pada anak, Mama Papa wajib kenali tandanya!
1. Apa itu Wasting?

Wasting adalah kondisi ketika tubuh anak terlihat sangat kurus jika dibandingkan dengan tinggi badannya.
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa wasting termasuk bentuk malnutrisi yang paling berbahaya. Kondisi ini memiliki faktor risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan stunting maupun underweight.
Menurut WHO, wasting berkaitan langsung dengan penurunan berat badan yang cepat dan drastis, sehingga meningkatkan risiko kematian dalam waktu singkat.
Anak-anak yang mengalami wasting juga cenderung mengalami lebih banyak kesulitan dalam merawat diri. Sekitar 13,33% dari mereka dilaporkan tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri dan mengalami rasa cemas atau depresi yang berat.
Temuan ini menunjukkan bahwa wasting bukan hanya mengancam keselamatan anak dalam jangka pendek, tetapi juga berdampak besar pada kemampuan fisik dan kesejahteraan emosionalnya.
Wasting tidak boleh diabaikan! Diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini melalui pemantauan pertumbuhan rutin di posyandu dan secara mandiri di rumah.
2. Beda Stunting dan Wasting

Perbedaan utama antara stunting dan wasting ada pada cara keduanya diukur, Ma, Pa!
Stunting terjadi ketika anak mengalami kekurangan gizi jangka panjang sehingga tinggi badannya menjadi lebih rendah dari standar usianya (TB/U). Sementara wasting adalah kekurangan gizi akut yang membuat berat badan anak sangat rendah jika dibandingkan dengan tinggi badannya (BB/TB).
Untuk lebih jelasnya, berikut perbandingannya:
1. Stunting (Kerdil)
2. Wasting (Gizi Buruk Akut)
- Berat badan anak sangat rendah untuk tinggi badannya, sehingga tubuhnya tampak sangat kurus.
- Disebabkan oleh kekurangan gizi akut dalam waktu singkat, misalnya karena asupan makanan yang kurang memadai atau anak sering sakit.
- Dapat terjadi pada anak usia berapa pun.
- Anak tampak kurus atau sangat kurus sebagai tanda utama.
- Wasting termasuk bentuk malnutrisi yang paling berisiko tinggi menyebabkan kematian jika tidak segera ditangani.
3. Dampak wasting pada anak

Merujuk pada UNICEF Indonesia, berikut adalah dampak wasting bagi pertumbuhan anak:
1. Kekebalan sistem imunitas tubuh yang rendah
Anak yang mengalami wasting, terutama yang sudah masuk kategori gizi buruk, memiliki daya tahan tubuh yang sangat rendah. Akibatnya, mereka lebih mudah terserang infeksi seperti diare, batuk pilek, hingga pneumonia.
Jika terkena penyakit, kondisinya biasanya lebih berat dan proses penyembuhannya lebih lama dibandingkan anak dengan status gizi baik.
2. Gangguan pertumbuhan fisik
Wasting membuat anak kekurangan zat gizi penting yang dibutuhkan untuk tumbuh, termasuk untuk menambah tinggi badan. Bila kondisi ini berlangsung lama, anak berisiko mengalami stunting, yaitu tinggi badan yang jauh lebih pendek dibandingkan anak seusianya.
3. Gangguan perkembangan otak
Zat gizi adalah kunci penting dalam mendukung otak balita berkembang. Sama seperti stunting, asupan gizi pada anak yang mengalami wasting juga terganggu, sehingga berisiko bagi perkembangan otak yang optimal, kemampuan belajar, serta produktivitas kerja di masa depan.
4. Berisiko terkena penyakit tidak menular saat usia dewasa
Sama halnya dengan stunting, anak yang mengalami wasting memiliki risiko lebih tinggi untuk menderita penyakit tidak menular, seperti diabetes dan penyakit jantung, saat usia dewasa.
5. Kematian
Di antara semua bentuk masalah gizi, wasting dengan derajat gizi buruk, memiliki risiko kematian paling tinggi, yaitu hampir 12 kali lebih besar dibandingkan anak dengan gizi baik.
Hal ini terjadi karena lemahnya sistem kekebalan tubuh, sehingga infeksi yang dialami bisa berkembang menjadi lebih berat, sulit sembuh, dan berujung fatal.
4. Gejala wasting

Gejala wasting bisa muncul dengan cara yang berbeda-beda tergantung seberapa berat kondisinya. Namun, beberapa tanda yang paling sering terlihat antara lain:
- Berat badan turun drastis dalam waktu singkat, sementara tinggi badan tidak bertambah sesuai usia.
- Otot mengecil pada bagian-bagian tubuh seperti lengan, paha, dan bokong, sehingga anak tampak sangat kurus.
- Tubuh terlihat sangat ramping dengan hampir tidak ada lemak di bawah kulit.
- Wajah tampak tirus, tulang pipi lebih menonjol, dan mata terlihat lebih besar karena bantalan lemak berkurang.
- Kulit menjadi kering, kusam, dan mudah teriritasi, yang sering muncul pada berbagai bentuk malnutrisi.
- Anak tampak cepat lelah, kurang bertenaga, dan aktivitas fisiknya menurun akibat kekurangan energi dan protein.
- Daya tahan tubuh melemah, sehingga anak lebih mudah terserang infeksi seperti diare berulang atau infeksi saluran pernapasan.
- Pertumbuhan dan perkembangan melambat, misalnya tubuh anak tampak lebih kecil atau tidak sebanding dengan anak seusianya.
5. Mengatasi malnutrisi wasting

Mengatasi wasting harus dimulai dengan dukungan nutrisi yang tepat. Upaya perbaikan gizi, pemberian ASI, MPASI yang sesuai, serta penanganan faktor lingkungan seperti sanitasi dan akses kesehatan sangat penting untuk memulihkan kondisi anak dan mencegah wasting terjadi kembali.
Berikut hal-hal yang dapat diupayakan:
1. Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Perbaikan Pola Makan
Untuk wasting ringan hingga sedang, anak dapat dibantu melalui makanan tambahan bergizi tinggi yang berasal dari bahan lokal. Makanan rumah juga bisa dimodifikasi agar lebih padat energi dan kaya nutrisi, sesuai arahan ahli gizi.
2. Terapi Nutrisi Intensif (RUTF) untuk Kasus Berat
Pada kondisi wasting berat, anak memerlukan Ready-to-Use Therapeutic Food (RUTF)sebagai makanan khusus dengan kandungan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang sangat tinggi.
- Tanpa komplikasi: perawatan dapat dilakukan di rumah.
- Dengan komplikasi: perlu dirawat di fasilitas kesehatan agar mendapat pemantauan ketat.
3. Pengobatan infeksi yang menyertai
Karena imunitas anak wasting sangat lemah, infeksi seperti diare atau pneumonia harus segera ditangani. Dokter akan memberikan antibiotik atau terapi lain berdasarkan penyebab penyakit.
4. Suplementasi vitamin dan Mineral
Agar proses pemulihan lebih cepat, anak membutuhkan tambahan mikronutrien penting seperti zinc, vitamin A, zat besi, hingga asam folat. Nutrisi ini membantu perbaikan jaringan tubuh dan meningkatkan daya tahan.
5. Pemantauan pertumbuhan secara rutin
Selama periode pemulihan, tenaga kesehatan perlu mengevaluasi berat badan, tinggi badan, serta lingkar lengan atas (LILA) secara berkala untuk memastikan intervensi berjalan efektif.
6. Edukasi keluarga
Orang tua harus memahami cara memberi makan yang sesuai usia, prinsip gizi seimbang, serta pentingnya kebersihan lingkungan. Edukasi ini penting agar wasting tidak terulang dan infeksi dapat dicegah.
6. Mencegah wasting sejak dini

Pencegahan wasting dilakukan dengan memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup sekaligus mengurangi faktor risiko yang menyebabkannya.
Beberapa langkah penting meliputi:
- Memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan.
- Menyajikan makanan pendamping ASI yang bergizi dan tepat waktu setelah anak berusia enam bulan.
- Meningkatkan akses anak ke makanan sehat dan layanan kesehatan.
- Menjaga kebersihan dan sanitasi lingkungan.
- Memberikan edukasi gizi bagi keluarga dan masyarakat agar kesadaran dan praktik makan sehat bisa diterapkan.
Itulah beberapa hal penting tentang wasting, sinyal malnutrisi pada anak, Mama Papa wajib kenali tandanya!



















