4 Fakta Dysgraphia, Penyebab Anak Sulit Mengeja dan Menulis

Sudah diajari, tapi kok anak masih saja sulit mengeja dan menulis ya?

7 September 2019

4 Fakta Dysgraphia, Penyebab Anak Sulit Mengeja Menulis
Freepik

Anak-anak dilahirkan dengan kemampuan belajar yang berbeda-beda. Ada anak yang dapat dengan cepat menangkap pelajaran yang diberikan, ada pula yang kesulitan menerima, memproses, menganalisis dan menyimpan informasi yang diterimanya. Kondisi ini disebut gangguan belajar atau learning disorder

Selama ini masyarakat menghubungkan kesulitan anak dalam memroses kata-kata dengan disleksia. Disleksia adalah ketidakmampuan seseorang memahami kata-kata tertulis. Selain disleksia, ternyata ada juga gangguan belajar yang berkaitan dengan hal tulis-menulis, yaitu dysgraphia

Apa itu dysgraphia? Bagaimana gejalanya? Berikut Popmama.com merangkum informasinya untuk Anda:

1. Dysgraphia, kelainan koneksi otak

1. Dysgraphia, kelainan koneksi otak
Pxhere/CC0 Public Domain

Dysgraphia adalah gangguan belajar yang membuat seseorang kesulitan untuk menuliskan atau mengekspresikan pikiran dan perasaannya dalam bentuk tulisan. Kondisi ini terlepas dari kemampuan membaca.

Anak yang mengalami dysgraphia seringkali mengalami kesulitan belajar mengeja kata-kata tertulis dan juga membutuhkan lebih banyak waktu saat menulis. 

Seringkali anak dicap malas, padahal tidak demikian. Kesulitan menulis terkadang diikuti dengan gejala disleksia, tetapi tidak semua anak dengan dysgraphia memiliki masalah dalam membaca atau berbicara. Sebagian besar dari mereka memiliki kemampuan normal dalam bidang lain, termasuk dalam berkomunikasi. 

Dysgraphia terjadi karena masalah di koneksi otak. Karena hal ini, anak mengalami kesulitan saat ingin menuangkan pikirannya ke dalam tulisan karena otak tidak bisa meminta anggota tubuh berkoordinasi untuk menulis.

Editors' Pick

2. Gejala dysgraphia biasa terlihat saat anak masuk SD

2. Gejala dysgraphia biasa terlihat saat anak masuk SD
Freepik

Dilansir dari psychologytoday.com, anak yang mengalami dysgraphia dapat dikenali dengan tanda-tanda seperti berikut ini:

  • Kesulitan memahami struktur atau tata bahasa.
  • Lambat dalam menulis.
  • Jika menulis dalam kalimat panjang, banyak kata yang hilang.
  • Kesulitan menuangkan ide dalam kertas dengan cepat.
  • Seringkali melewatkan tanda baca dan kapitalisasi.
  • Bisa menyebutkan ejaan dengan benar, tapi salah saat ditulis.
  • Menghindari kegiatan tulis-menulis.
  • Kesulitan memegang pensil dengan benar atau menulis dalam posisi kertas yang aneh.

3. Penyebab dysgraphia bisa karena benturan di kepala

3. Penyebab dysgraphia bisa karena benturan kepala
write-your-right.com

Dysgraphia disebabkan karena masalah coding ortografi atau proses penyimpanan dan pengolahan huruf serta kata secara tertulis. Masalah ini terjadi di otak bagian kiri depan, yang mengontrol kemampuan motorik halus yaitu menulis.

Anak dengan dysgraphia tidak dapat menyusun huruf atau kata dan mengkoordinasikan motorik halus (tangan) dengan baik, sehingga tidak mampu mengekspresikannya dalam tulisan.

Anak dengan dysgraphia sulit mengordinasikan gerakan jarinya secara berurutan untuk aktivitas untuk menulis, menggunting, menjiplak, mengetik, mengikat tali sepatu atau pun mengetik. 

Dysgraphia tidak selalu berkaitan dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau disleksia. Namun, anak perempuan dengan ADHD berisiko dysgraphia lebih tinggi ketimbang dengan anak laki-laki.

Peneliti, menurut webmd, adalah karena cedera kepala seperti misalnya mengalami benturan yang menyebabkan otak cedera.

4. Anak dengan dysgraphia perlu bimbingan khusus

4. Anak dysgraphia perlu bimbingan khusus
Pixabay/StockSnap

Anak-anak dengan dysgraphia membutuhkan pendampingan khusus, terutama untuk ketrampilan bahasa tertulis. Terapis akan melatih kekuatan otot tangan, serta membantu mengembangkan sistem motorik demi meningkatkan kecepatan menulis. 

Mama bisa membantunya latihan di rumah melalui metode menjiplak bentuk huruf dan angka. Kemudian meningkatkannya ke tahapan belajar menulis huruf balok yang lebih menggambarkan bentuk secara jelas. Barulah tahapan selanjutnya adalah menulis huruf sambung melalui metode menelusuri garis. 

Penting diingat, anak dengan dysgraphia bukanlah anak bodoh atau malas. Semangat dan dukungan orangtua sangat pentig untuk meningkatkan rasa percaya dirinya. Jangan lupa beri pujian atas setiap usaha yang dilakukannya. 

Baca Juga:

The Latest