Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

5 Tanda Anak Mama akan Memasuki Fase Terrible Two

Anak memanjat
Freepik/bearfotos

Mama, pernah tidak merasa si Kecil yang dulu manis dan mudah diarahkan, kini mulai sering berkata, "Tidak”?

Menangis tanpa sebab atau tiba-tiba ingin melakukan semuanya sendiri? Tenang, Mama tidak sendiri. Bisa jadi, anak Mama sedang bersiap memasuki fase yang dikenal sebagai terrible two.

Masa ini adalah perkembangan usia sekitar dua tahun yang penuh gejolak emosi, eksplorasi, dan pencarian batas.

Meski namanya terdengar “menakutkan”, fase ini sebenarnya adalah bagian penting dari tumbuh kembang anak.

Di usia ini, mereka mulai belajar tentang kemandirian, keinginan pribadi, dan cara mengekspresikan emosi.

Fase ini memiliki banyak tantangan, tapi dengan pemahaman yang tepat, Mama bisa menjadikan momen ini sebagai peluang emas untuk membentuk anak yang tangguh, empatik, dan percaya diri.

Bersama Popmama.com, yuk kenali 5 tanda awal anak Mama akan memasuki fase terrible two, agar Mama bisa lebih siap mendampingi dengan cinta dan kesabaran.

1. Sering mengucapkan "Tidak"

Anak sedang menunjuk
Freepik

Mama, saat si Kecil mulai sering berkata “tidak” untuk hal-hal yang sebelumnya ia terima dengan mudah, seperti mandi, makan, atau memakai baju, itu bukan semata-mata karena ia ingin membantah.

Justru, ini bisa menjadi tanda bahwa anak Mama sedang bersiap memasuki fase terrible two, masa penting dalam perkembangan emosional dan kemandiriannya.

Pada usia sekitar 18 hingga 30 bulan, anak mulai belajar menguji batasan-batasan yang ada di lingkungannya dan menggunakan kata "tidak" sebagai cara untuk menegaskan kemampuannya memilih dan membuat keputusan meski sering kali belum tahu alasan sebenarnya.

Hal ini normal karena anak sedang berusaha memahami dunia dan ingin merasa punya kendali, meskipun kemampuan komunikasinya masih terbatas.

Menghadapi situasi ini diperlukan kesabaran dan pengertian dari Mama agar bisa memberikan dukungan sambil tetap membimbing anak dengan lembut dan memberikan alternatif pilihan supaya anak tetap merasa dihargai dan dikontrol tanpa harus bertentangan dengan aturan yang Mama tetapkan.

2. Tantrum atau ledakan emosi

Anak sedang marah
Freepik

Anak usia 1,5 hingga 3 tahun mulai menguji batas-batas dan keinginannya, tetapi keterampilan komunikasi dan motoriknya belum sempurna.

Ketidaksesuaian antara keinginan dan kemampuan ini menimbulkan rasa frustrasi yang mudah meledak menjadi tantrum.

Tantrum bukan tanda anak gagal, tapi justru bukti bahwa ia sedang belajar. Ia belum tahu cara meminta bantuan, menenangkan diri, atau menyampaikan perasaan dengan kata-kata.

Di sinilah peran Mama sangat penting, yaitu menjadi tempat aman, membantu anak menamai emosinya, dan membimbingnya melewati badai kecil itu dengan pelukan dan pengertian.

Masa terrible two ini memang menantang bagi Mama, karena selera anak yang berubah-ubah dan rentan emosional, tapi sebenarnya ini adalah tahap perkembangan yang penting untuk membentuk kemampuan anak dalam mengendalikan diri dan berinteraksi dengan lingkungan.

3. Perubahan suasana hati yang cepat

Anak menggosok mata
Freepik/rawpixel.com

Pada usia ini anak mengalami perkembangan emosi yang belum matang dan kemampuan kontrol diri yang masih terbatas.

Anak bisa berubah mood secara drastis dalam waktu singkat, misalnya dari tertawa bahagia menjadi menangis atau marah tanpa alasan yang jelas.

Hal ini terjadi karena anak sedang belajar mengenali dan mengelola perasaan mereka, tetapi belum memiliki keterampilan atau kata-kata yang cukup untuk mengekspresikannya dengan tenang.

Perubahan suasana hati yang tiba-tiba ini juga merupakan cara anak menanggapi frustrasi atau ketidakpuasan yang dirasakannya.

Fase ini bukan berarti anak tidak stabil, tapi justru menunjukkan bahwa ia sedang belajar mengenali dan mengelola perasaannya.

Ia butuh bantuan Mama untuk menamai emosi yang ia rasakan, memberi ruang untuk menenangkan diri, dan menunjukkan bahwa semua perasaan itu valid, baik senang maupun sedih.

Bagi Mama, perubahan mood cepat ini bisa terasa membingungkan dan menantang, tetapi penting untuk dipahami sebagai bagian normal dari perkembangan emosional anak.

4. Perilaku agresif

Anak belajar berjalan di tangga
Pexels.com/Tatiana Syrikova

Di masa ini, anak sedang mengalami lonjakan besar dalam perkembangan emosi, bahasa, dan kemandirian.

Perilaku agresif seperti memukul, menggigit, atau berteriak bukan karena anak “nakal”, tapi karena mereka sedang belajar mengelola dunia yang terasa besar dan membingungkan.

Ketika anak merasa frustrasi, marah, atau tidak mendapatkan apa yang diinginkannya, ia sering mengekspresikannya dengan cara fisik seperti memukul, menendang, menggigit, atau melempar barang.

Anak pada fase ini juga sedang belajar mengenal konsep kepemilikan dan batasan-batasan dalam berinteraksi dengan orang lain, sehingga ia bisa menjadi agresif saat merasa hak atau keinginannya dilanggar.

Namun, agresi ini bukan karena niat buruk, melainkan karena keterbatasan kemampuan mengelola emosi dan masih dalam tahap belajar mengendalikan impuls.

5. Keinginan kuat untuk mandiri

Anak belajar berdiri
Freepik

Pada usia ini anak mulai sadar akan keberadaan diri sebagai individu yang terpisah dan ingin melakukan segala sesuatunya sendiri.

Anak mulai menunjukkan dorongan untuk berbuat sendiri, seperti makan, berpakaian, atau memilih mainan tanpa bantuan orang tua, meskipun keterampilan motorik dan kemampuannya belum sepenuhnya matang.

Hal ini menandakan proses perkembangan kemandirian dan identitas diri anak yang alami dan penting, namun seringkali menimbulkan frustrasi karena ketidaksesuaian antara keinginan dan kemampuan.

Anak yang belum bisa mencapai hasil sesuai harapan atau belum mampu mengungkapkan kebutuhannya secara jelas dapat merasa kesal hingga memicu reaksi emosional seperti tantrum.

Selain itu, anak juga tengah berusaha menegaskan batasannya terhadap aturan orang tua dan dunia sekitarnya yang dianggap membatasi kebebasan berbuat.

Mama perlu memahami bahwa keinginan kuat untuk mandiri ini adalah bagian perkembangan normal yang menuntut kesabaran, dukungan, dan bimbingan agar anak dapat belajar mandiri dengan cara yang positif serta tetap merasa aman dan dicintai.

Itulah Ma beberapa tanda anak Mama jika akan memasuki fase terrible two. Mama harus membimbing si Kecil agar fase ini terlalui dengan baik.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Kid

See More

Seru! Rayakan Natal dan Tahun Baru yang Meriah Bersama Lippo Malls

04 Des 2025, 18:39 WIBKid