“Sebagian besar pasien datang dalam kondisi stadium lanjut. Padahal, jika dideteksi lebih awal, kanker serviks sangat bisa dicegah atau diobati,” jelas dr. Widyorini.
Cegah Kanker Serviks Sejak Dini di Tengah Momentum Hari Kartini

Hari Kartini selalu jadi momen penting bagi perempuan Indonesia, bukan hanya sebagai perayaan belaka, tetapi juga perjuangan untuk melindungi diri, termasuk dari ancaman penyakit kanker serviks.
Guna memperingati Hari Kartini, Kementerian Kesehatan RI bersama Rumah Sakit Kanker Dharmais dan BD (Becton Dickinson) menggelar Talk Show dan Skrining Kanker Serviks Berbasis Populasi di RPTRA Jatipulo, Jakarta Barat.
Dalam artikel ini, Popmama.com akan menjelaskan isu genting yang dibahas dalam acara tersebut, serta pentingnya mencegah kanker serviks sejak dini di tengah momentum Hari Kartini. Yuk, simak baik-baik, Ma!
1. Penyakit paling berbahaya masih mengintai perempuan Indonesia

Berdasarkan data Global Cancer Observatory, kanker serviks merupakan kanker terbanyak kedua di Indonesia setelah kanker payudara. Sayangnya, masih banyak perempuan yang belum menyadari pentingnya skrining secara dini.
dr. Widyorini Lestari Hanafi Sp.OG (K) Onk, dokter peneliti dari RSK Dharmais, mengungkapkan bahwa keterlambatan diagnosis menjadi penyebab utama tingginya angka kematian.
Merespons tantangan tersebut, RSK Dharmais berkolaborasi dengan Becton Dickinson, perusahaan penyedia teknologi medis terkemuka, hadirkan teknologi yang memungkinkan perempuan menjalani pemeriksaan dengan lebih fleksibel dan nyaman.
Metode ini telah diterapkan di sejumlah negara, seperti Belanda, Denmark, dan Swedia. Hasilnya, terbukti membantu negara-negara tersebut mencapai goals skrining yang ditetapkan World Health Organization (WHO).
2. Komitmen negara untuk menuntaskan penyakit kanker serviks

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan RI menetapkan target nasional berskala besar, yakni meminimalisasi atau mencegah penyakit kanker serviks di Indonesia pada tahun 2030.
“Kami menargetkan 75% perempuan Indonesia yang berusia di atas 30 tahun sudah melakukan skrining kanker serviks sebelum 2030,” ujar dr. Triya Novita Dinihari, Ketua Tim Kerja Penyakit Kanker, Direktorat Penyakit Tidak Menular Kemenkes RI.
Tidak hanya itu, upaya pesan akan pentingnya skrining sejak dini juga akan dilaksanakan hampir di setiap daerah Indonesia, mulai dari Lebak hingga Papua.
3. Berani skrining sejak dini adalah bentuk mencintai diri sendiri

Dalam acara tersebut, dr. Triya Novita Dinihari menyampaikan pesan, skrining kanker serviks seharusnya dipahami sebagai hak, bukan sekadar pilihan.
Ia menekankan bahwa, penting bagi setiap perempuan Indonesia harus memprioritaskan kesehatan diri sendiri dan tidak menunda pemeriksaan karena rasa takut.
Hal senada juga disampaikan oleh dr. Erizon Safari, MKK. Ia menegaskan, melakukan tes sejak dini lebih baik daripada terus bertanya-tanya, apakah kita mempunyai penyakit tersebut atau tidak.
Ia menambahkan, keberanian untuk screening adalah bentuk cinta dan kasih terhadap diri sendiri dan orang-orang tersayang.
Dengan demikian, perempuan yang berdaya adalah mereka yang berani mengetahui kondisi tubuhnya, dan itu dimulai dari melakukan screening kanker serviks sejak dini. Maka itu, jangan biarkan rasa takut menguasai diri kita, Ma.



















