Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Edukasi Dini Bahaya Glaukoma, Si Pencuri Penglihatan

Pekan glaukoma sedunia diperingati setiap minggu kedua di bulan Maret. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian dan kewaspadaan masyarakat tentang pentingnya upaya mencegah penyakit glaukoma.

Dalam rangka memperingati pekan glaukoma sedunia 2025, JEC Eye Hospitals and Clinics mengadakan acara edukatif bertajuk "Waspada Si Pencuri Penglihatan: Mitos, Fakta, Risiko, & Deteksi Dini!".

Acara ini menghadirkan Dr. dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) selaku Konsultan Oftalmologi di JEC Eye Hospitals & Clinics, yang memberikan pemahaman mengenai bahaya glaukoma.

Kali ini Popmama.com akan membahas informasi mengenai edukasi dini bahaya glaukoma yang bisa meningkatkan pengetahuan Mama seputar penyakit mata ini. Disimak ya!

1. Apa itu glaukoma?

Glaukoma merupakan kondisi neuropati optik progresif yang disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan di dalam bola mata, hal ini dapat merusak saraf optik sehingga berdampak pada penurunan fungsi penglihatan yang bisa berujung pada kebutaan.

Kondisi ini biasanya dialami oleh seorang yang berumur 40 tahun ke atas. Namun, glaukoma juga bisa menyerang anak-anak bahkan bayi yang baru lahir.

Faktor riwayat keluarga dan penyakit tertentu, seperti diabetes juga bisa meningkatkan kemungkinan terkena glaukoma lebih awal.

Nyaris tidak memiliki gejala awal, glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi nomor dua setelah katarak, dan berpotensi memberikan dampak yang lebih fatal daripada katarak. Hal ini karena glaukoma tidak dapat direhabilitasi, namun jangan khawatir karena glaukoma bisa dicegah sebelum berdampak fatal.

Di negara berkembang, 90% kasus glaukoma tidak bisa terdeteksi. Hal ini dipengaruhi dengan fakta bahwa sekitar satu miliar orang di dunia tidak memiliki akses terhadap kesehatan mata karena distribusi sarana kesehatan yang tidak merata.

2. Bagaimana glaukoma mempengaruhi kehidupan

Salah satu dampak utama dari glaukoma adalah penurunan ketajaman visual yang terjadi secara perlahan. Bagi banyak penderita glaukoma, mereka membutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat dengan jelas.

Peningkatan kebutuhan cahaya ini dapat menjadi gangguan yang signifikan dalam aktivitas sehari-hari, baik saat membaca, bekerja, atau melakukan aktivitas lain yang melibatkan penglihatan yang tajam.

Selain itu, penderita glaukoma sering mengalami kesulitan saat membaca karena huruf-huruf yang terlihat semakin pudar atau kabur. Meskipun mereka menggunakan kacamata atau alat bantu penglihatan, huruf kecil atau detail pada teks, masih sulit dibaca dengan jelas.

Hal ini tentu dapat memengaruhi kualitas hidup seseorang, baik dalam pekerjaan yang memerlukan keterampilan membaca maupun dalam kehidupan sehari-hari, seperti membaca menu, buku, atau instruksi.

Salah satu masalah utama yang juga sering dialami penderita glaukoma adalah kesulitan dalam melihat objek di sisi atau samping. Glaukoma cenderung memengaruhi penglihatan perifer terlebih dahulu, yang berarti objek di luar bidang pandang langsung menjadi semakin sulit dilihat.

Ini menyebabkan kesulitan dalam menjalani kegiatan, seperti menyetir, berjalan di tempat umum, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain, karena penglihatan sisi atau periferal sangat penting untuk orientasi ruang.

Lebih lanjut, beberapa penderita glaukoma melaporkan bahwa sebagian area penglihatan mereka tampak lebih gelap atau bahkan hilang sama sekali.

Kehilangan area penglihatan ini dapat menyebabkan rasa kebingungan dan frustasi, karena penglihatan mereka menjadi terbatas dan tidak lagi lengkap.

Dalam banyak kasus, hal ini mempengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan pengamatan yang lebih luas dan detail.

Secara keseluruhan, glaukoma dapat secara signifikan mengubah cara seseorang menjalani hidup sehari-hari. Dampaknya terhadap penglihatan dapat menghambat aktivitas yang seharusnya sederhana, seperti membaca, bergerak di sekitar lingkungan, atau bahkan berinteraksi dengan orang lain.

Oleh karena itu, deteksi dini dan pengelolaan yang tepat sangat penting untuk mencegah penurunan kualitas hidup lebih lanjut bagi penderita glaukoma.

3. Gejala glaukoma

Dr. dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K) mengungkapkan bahwa glaukoma merupakan penyakit mata yang sering berkembang tanpa ada gejala di tahap awal, sehingga banyak penderita glaukoma baru menyadari ketika sudah mengalami gangguan penglihatan yang fatal atau permanen.

Menurut data kementerian Kesehatan RI tahun 2023, dari 39 kasus kebutaan di dunia, ada sebanyak 3,2 juta kasus yang disebabkan oleh glaukoma dan prevalensi glaukoma mencapai 0,46% atau sekitar 4 hingga 5 orang per 1.000 penduduk.

"80 persen kasus glaukoma tidak memiliki gejala, namun kebanyakan pasien terdiagnosa secara tidak sengaja saat tes kesehatan atau saat sedang skrining. Namun, jika merasa sakit kepala hebat, pandangan tiba-tiba kabur, mual, muntah, dan merasakan sakit yang hebat. Maka masyarakat harus waspada. Pasien yang menderita glaukoma akut, memiliki waktu 2x24 jam untuk segera menurunkan tekanan bola matanya. Jika terlambat, dampak buruknya bisa terjadi kebutaan permanen." ungkap Dr. dr. Iwan Soebijantoro, SpM(K)

4. Cara penyembuhan glaukoma

Ada beberapa pengobatan yang bisa mencegah glaukoma semakin memperburuk penglihatan, yaitu dengan pengobatan  khusus dari dokter ahli di bidangnya, dan melakukan check up rutin 6 bulan sekali.

Penderita glaukoma diharapkan untuk patuh minum obat yang sudah diberikan menurut resep dokter. JEC Eye Hospitals & Clinics sebagai rumah sakit mata yang mengedepankan inovasi, telah mengadopsi teknologi terbaru dalam screening dan penanganan glukoma.

  • Optical Coherence Tomography (OCT): teknologi pencitraan non-invasif yang memnungkinkan dokter melihat ketebalan saraf optik untuk mendeteksi tanda-tanda awal glaukoma.
  • Visual Field Test (Perimetri): Pemeriksaan ini untuk menganalisis kehilangan penglihatan periferal yang merupakan gejala khas glaukoma.
  • Tonometri Non-Kontak (Air Puff Test) & Goldmann Applanation Tonometry: Teknik yang modern untuk mengukur tekanan bola mata dengan lebih akurat.
  • Gonioskopi: Pemeriksaan untuk menilai sudut drainase mata dan menentukan jenis glaukoma yang diderita pasien.

5. Deteksi dini glaukoma pada anak

Glaukoma pada anak-anak (terutama pada bayi atau balita) cenderung jarang, tetapi dapat terjadi. Glaukoma kongenital adalah kondisi yang sudah ada sejak lahir, dan penting untuk segera mendeteksi gejala-gejalanya.

Berikut beberapa deteksi dini yang bisa dilakukan orangtua:

  • Perhatikan gejala fisik: Pada bayi atau anak kecil, glaukoma bisa menyebabkan mata terlihat lebih besar dari ukuran normal (bulging eyes atau buphthalmos), mata yang berair berlebihan, atau mata merah yang persisten.
  • Gejala mengintip atau melihat secara aneh: Anak-anak yang lebih besar mungkin mengeluhkan penglihatan kabur atau sulit melihat benda di sekitar mereka.
  • Pemeriksaan mata rutin: Jika ada riwayat keluarga dengan glaukoma, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin sejak lahir hingga usia sekolah. Ini termasuk pengukuran tekanan intraokular (TIO) untuk memastikan tidak ada peningkatan tekanan pada mata.
  • Pemeriksaan oleh dokter spesialis mata anak: Jika ada tanda-tanda mencurigakan atau keluhan penglihatan, segera konsultasikan dengan dokter spesialis mata anak. Deteksi dini sangat penting untuk mencegah kerusakan permanen pada saraf optik.

6. Deteksi dini glaukoma pada orang dewasa

Pada orang dewasa, terutama mereka yang berusia lebih dari 40 tahun, glaukoma lebih umum terjadi. Glaukoma dapat berkembang secara perlahan tanpa gejala awal yang jelas, jadi deteksi rutin sangat penting. Berikut tips deteksi dini pada orang dewasa:

  • Pemeriksaan mata rutin setelah usia 40 tahun: Setelah usia 40, disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin setidaknya setiap dua tahun sekali. Ini termasuk pemeriksaan tekanan intraokular, pemeriksaan saraf optik, dan pemeriksaan lapang pandang.
  • Kenali faktor risiko: Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena glaukoma, seperti:
    • Riwayat keluarga glaukoma.
    • Keturunan ras tertentu (misalnya, orang dengan keturunan Afrika, Asia, atau Hispanik lebih berisiko).
    • Penyakit diabetes, hipertensi, atau gangguan mata lainnya.
    • Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti steroid.
  • Amati gejala penglihatan: Pada glaukoma sudut terbuka, kehilangan penglihatan bisa sangat perlahan. Namun, pada glaukoma sudut tertutup, gejalanya bisa lebih tiba-tiba, seperti:
    • Penglihatan kabur atau berbayang.
    • Rasa sakit pada mata atau kepala.
    • Melihat halo di sekitar cahaya.
    • Mual atau muntah.
  • Pentingnya tes lapang pandang: Tes lapang pandang (perimeter) dapat mendeteksi kehilangan penglihatan perifer, yang sering terjadi pada glaukoma. Ini membantu mendeteksi masalah sebelum penglihatan pusat terganggu.

Nah, itulah informasi mengenai edukasi dini bahaya glaukoma yang diharapkan bisa mengedukasi masyarakat untuk lebih  memperhatikan kesehatan mata agar terhindar dari bahaya glaukoma, si pencuri penglihatan. Semoga bermanfaat!

Share
Topics
Editorial Team
Irma ediarti mardiyah
EditorIrma ediarti mardiyah
Follow Us

Latest in Life

See More

Review INNISFREE Green Tea Ceramide Milk Essence, Lembap dalam 3 Detik

05 Des 2025, 15:07 WIBLife