- Membangun komunikasi dan edukasi
- Membangun kekuatan mental, termasuk kepercayaan diri
- Memperkuat hubungan sosial, terutama sesama pasien
- Menumbuhkan kesadaran pengetahuan
4 Hal Ini Harus Dipahami Pasien Pengidap Gagal Ginjal Kronik

Ginjal memiliki fungsi yang penting dalam tubuh manusia. Apabila ginjal yang memiliki peran penting bagi manusia itu mengalami penurunan fungsi atau bahkan disfungsi ginjal, akan menjadi sulit bagi manusia untuk menjalani kehidupan sebagaimana mestinya.
Salah satu penyakit ginjal yang paling sering ditemui pada orang-orang adalah gagal ginjal kronik. Sering kali, orang tidak menyadari bahwa ia sebenarnya mengidap penyakit ginjal. Ketika ginjal mulai mengalami penurunan fungsi di awal, tidak ada gejala yang bisa dilihat. Keluhan baru akan muncul apabila menurunnya fungsi ginjal sudah berada di tahap atau stadium akhir.
Lalu, bagaimana jika sudah terlanjur menderita gagal ginjal kronik, ya? Sebagai edukasi dan literasi untuk Mama, berikut Popmama.com rangkum beberapa hal yang wajib diketahui pasien sekaligus keluarga pengidap gagal ginjal kronik.
Mari simak informasinya ya, Ma!
Penyebab Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Kebanyakan penderita penyakit gagal ginjal kronik di Indonesia adalah dari kalangan usia 45 tahun ke atas. Namun, pernah ada kasus anak-anak umur 5 tahun yang terserang gagal ginjal kronik. Ini menjadi bukti bahwa penyakit ginjal, bisa menyerang siapapun tanpa memandang usia.
Setiap tahun, prevalensi masyarakat Indonesia yang menderita penyakit gagal ginjal kronik terus meningkat. Faktor risiko atau yang menjadi penyebab utamanya adalah karena penyakit hipertensi dan diabetes. Selain itu, ketidaktahuan masyarakat terkait gangguan ginjal juga menjadi salah satu akibatnya.
Meski demikian, ada beberapa faktor risiko penyebab penyakit ginjal kronis yang dapat dihindari atau diubah, di antaranya adalah kebiasaan merokok, mengonsumsi obat pereda nyeri dan narkoba, psikotropika, dan zat adiktif, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak sehat.
Dengan mengurangi atau mengubah pola hidup menjadi lebih sehat, akan menurunkan risiko gagal ginjal.
Metode Terapi Pengganti Ginjal

Sebagai upaya pengobatan, terapi pengganti ginjal memiliki 3 metode. Pertama, hemodialisis atau yang sering dikenal dengan istilah cuci darah. Kedua, continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) atau kata lain dari dialysis melalui perut. Ketiga, metode transplantasi ginjal, yakni suatu kondisi ketika penderita ginjal akan mendapatkan ginjal baru dari orang lain.
Dari ketiga bentuk terapi pengganti ginjal itu, metode transplantasi ginjal menjadi metode paling efisien. Selain biayanya yang murah, transplantasi ginjal juga memiliki hasil yang jauh lebih baik dari kedua metode lainnya.
Sayangnya, di Indonesia sendiri, jumlah pendonor ginjal masih terbatas. Hemodialisis pun menjadi cara yang paling banyak ditempuh di Indonesia, sementara metode CAPD hanya dipilih oleh 1% dari keseluruhan penderita gagal ginjal kronik di Indonesia.
CAPD sebenarnya memiliki beberapa kelebihan, salah satunya adalah bisa dilakukan di manapun, termasuk di rumah. Jadi, metode ini cenderung tidak menyita lebih banyak waktu pasien dan bisa menjangkau daerah yang belum memiliki fasilitas kesehatan yang memadai.
Namun, metode ini menjadi paling sedikit dilakukan karena sumber daya manusia untuk metode ini yang masih terbatas dan unitnya pun belum merata. Selain itu, kurangnya pengetahuan tenaga kesehatan terkait CAPD juga menjadi penyebabnya metode ini tidak banyak dipilih.
Peran Keluarga dan Upaya Mandiri Pasien

Penyakit gagal ginjal kronik memberikan dampak yang cukup besar bagi kehidupan manusia. Hal yang mengalami perubahan di antaranya adalah aktivitas sosial, keuangan, gaya hidup, dan pola makan dan minum yang menjadi sangat terbatas.
Maka dari itu, penting bagi keluarga untuk ikut berperan terutama dalam memberikan dukungan pada pasien penderita gagal ginjal kronik. Selain itu, tidak kalah pentingnya bagi pasien, berupaya secara mandiri agar bisa sembuh dari penyakitnya.
Adapun hal-hal yang bisa dilakukan oleh kedua pihak tersebut, di antaranya sebagai berikut:
Utamanya, baik keluarga maupun pasien, penting untuk memberikan dukungan yang positif pada pasien dan/atau diri sendiri. Lebih baik lagi, apabila dukungan itu datang dari sesama pasien yang lebih bisa memahami kondisi dan perasaan satu sama lain sebagai pengidap.
Pentingnya Literasi dan Edukasi

Jika dilihat dalam rentang waktu 5 tahun ke belakang, gagal ginjal kronik menjadi penyebab dari kematian tertinggi di Indonesia. Peningkatannya dalam 5 tahun ini pun mencapai hampir dua kali lipat. Maka dari itu, penting untuk membekali diri dengan edukasi terhadap kesehatan ginjal demi pola hidup yang lebih meningkat dari segi kualitasnya.
Siapapun yang menderita penyakit ginjal, memiliki kemungkinan untuk mencapai komplikasi, di mana itu bisa memperburuk kondisi tubuh. Sebagai pasien, penting untuk bersiap diri akan banyak kemungkinan yang bisa terjadi. Dengan melakukan literasi berarti berupaya dalam hal itu.
Literasi yang baik tentu tidak hanya melibatkan satu-dua pihak. Baik pemerintah, platform sosial ekonomi, masyarakat dan lembaga resmi, serta industri, memiliki mandat untuk bisa menciptakan sinergi kerja sama dalam hal memberikan informasi dan edukasi tentang kesehatan ginjal.
Nah, itu dia hal-hal yang wajib diketahui oleh keluarga dan juga pasien penderita gagal ginjal kronik. Tingkatkan literasi dan pengetahuan tentang kesehatan ginjal sebagai edukasi ya, Ma!



















