5 Dampak Buruk Komunikasi Satu Arah dalam Pernikahan
Komunikasi satu arah bisa memperuncing konflik dalam rumah tangga
21 Mei 2024
![5 Dampak Buruk Komunikasi Satu Arah dalam Pernikahan](https://image.popmama.com/content-images/post/20220130/untitled-design-1e1e05e12d7910f781b14e20cef71d28.jpg?width=40&height=auto)
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tidak dapat dipungkiri bahwa tidak ada pernikahan yang berjalan sempurna atau tanpa adanya masalah. Dalam pernikahan, pasangan harus saling mengenal satu sama lain untuk mengurangi risiko terjadinya konflik.
Konflik dalam suatu pernikahan hanya bisa diselesaikan melalui komunikasi. Maka tak heran apabila semua orang meyakini bahwa komunikasi menjadi fondasi utama dalam sebuah pernikahan. Namun, tidak semua komunikasi bisa berjalan mulus. Ada beberapa pasangan suami istri yang menerapkan prinsip komunikasi satu arah.
Padahal, komunikasi seharusnya berjalan dua orang yang melibatkan dua orang atau lebih. Komunikasi satu arah hanya melibatkan satu pihak saja, sedangkan pihak lainnya hanya berstatus penerima. Komunikasi jenis ini nyatanya tidak cocok untuk diterapkan dalam hubungan rumah tangga.
Komunikasi satu arah bisa memperuncing konflik dan menyebabkan pertengkaran antara pasangan suami istri. Untuk memberikan pemahaman lebih detail, Popmama.com telah merangkum beberapa dampak buruk dari komunikasi satu arah dalam pernikahan.
1. Timbul kesalahpahaman
Komunikasi satu arah menyebabkan komunikasi pasangan suami istri tidak berjalan efektif. Komunikasi jenis ini justru bisa menimbulkan kesalahpahaman dan memunculkan konflik baru.
Pasalnya, salah satu pihak terus menyampaikan pendapat, sedangkan pihak lainnya hanya menerima pendapat tanpa bisa mengutarakan pendapatnya sendiri.
Apabila komunikasi satu arah terus dilakukan, bukan tidak mungkin hal tersebut bisa menjadi bom waktu yang membahayakan kelanjutan hubungan rumah tangga.
Editors' Pick
2. Merendahkan pasangan
Komunikasi satu arah secara tidak langsung merendahkan salah satu pihak yang ditempatkan sebagai penerima pesan. Akibatnya, pihak yang menyampaikan pesan tidak mau menerima kritik dari orang lain dan selalu ingin dihargai.
Salah satu pihak yang merendahkan pasangannya akan selalu merasa superior dan lebih baik daripada pasangan. Hal ini tentu merusak harga diri pasangan dan membuatnya merasa tidak percaya diri.