Plasenta Akreta: Jenis, Faktor Risiko, dan Penanganannya

Waspadai plasenta akreta, ketika ari-ari melekat pada dinding rahim

30 Maret 2023

Plasenta Akreta Jenis, Faktor Risiko, Penanganannya
Pexels/MartProduction

Plasenta akreta merupakan kondisi di mana plasenta (ari-ari bayi) melekat terlalu dalam menembus dinding rahim.

Sementara pada kehamilan normal, plasenta akan terlepas dengan mudah dari dinding rahim ketika bayi lahir. 

Kondisi ini memiliki beberapa jenis dan disebabkan oleh sejumlah faktor risiko yang cukup spesifik. Penanganan secara medis pun dibutuhkan. 

Untuk itu, kali ini Popmama.com merangkum informasi seputar plasenta akreta, mulai dari jenis, faktor risiko, hingga penanganannya. Langsung saja disimak, yuk, Ma!

Jenis-jenis Plasenta Akreta

Jenis-jenis Plasenta Akreta
Pinterest.com/Maria

Terdapat 3 jenis Plasenta Akreta yang dibagi berdasarkan tingkat pelekatannya pada dinding rahim.

  • Plasenta akreta

Plasenta melekat dengan kuat di bagian dinding rahim, namun tidak sampai menembus dan mengenai otot rahim. Jenis ini merupakan yang paling umum terjadi.

  • Plasenta inkreta

Plasenta tertanam di dinding rahim. Tidak sampai menembus, namun menempel dengan kuat. Plasenta inkreta terjadi sebanyak kurang lebih 15 persen kasus. 

  • Plasenta perkreta

Jenis ini merupakan yang paling jarang terjadi, dengan tingkatan hanya 5 persen. Plasenta perkreta terjadi ketika plasenta menembus dinding rahim dan berdampak pada organ lainnya, seperti usus.

Editors' Pick

Faktor Risiko Plasenta Akreta

Faktor Risiko Plasenta Akreta
Freepik.com

Seorang ibu hamil berisiko lebih tinggi terhadap plasenta akreta apabila memiliki faktor-faktor berikut:

  • Pernah melahirkan caesar lebih dari sekali
  • Posisi plasenta yang tidak normal di rahim
  • Pernah dioperasi di bagian rahim
  • Pernah hamil lebih dari sekali
  • Hamil dengan bayi tabung atau IVF (In-vitro Feltilization)

Plasenta akreta juga bisa disebabkan oleh Plasenta Previa, yaitu kondisi di mana plasenta menutupi bagian serviks. 

Ibu hamil dengan plasenta previa dan riwayat melahirkan caesar memiliki tingkat risiko plasenta akreta yang lebih tinggi. 

Diagnosis Plasenta Akreta

Diagnosis Plasenta Akreta
Pexels/MartProduction

Plasenta akreta tak memiliki gejala yang dapat didiagnosis sendiri, dan hanya bisa diantisipasi jika Mama mengalami perdarahan atau nyeri panggul di minggu 28-40 kehamilan. 

Secara medis, plasenta akreta dapat didiagnosis dengan ultrasound, khususnya MRI (Magnetic Resonancr Imaging), untuk melihat tingkat kedalaman pelekatannya.

Pada beberapa kasus, plasenta akreta baru diketahui saat persalinan, ketika plasenta tak juga terlepas selama lebih dari 30 menit setelah bayi lahir. 

Dampak Plasenta Akreta pada Ibu dan Bayi

Dampak Plasenta Akreta Ibu Bayi
Pexels/Rene Asmussen

Plasenta akreta berisiko menyebabkan kelahiran prematur yang dapat berdampak pada masalah pernapasan dan rendahnya berat badan bayi. 

Sementara itu, ada beberapa dampak dari plasenta akreta pada ibu hamil sebagai berikut:

  • Kerusakan pada rahim dan organ di sekelilingnya
  • Kehilangan kesuburan karena histerektomi (pengangkatan rahim)
  • Perdarahan hebat sehingga membutuhkan transfusi darah
  • Terjadinya pembekuan darah
  • Kagagalan ginjal atau paru-paru
  • Kematian (pada beberapa kasus)

Penanganan Plasenta Akreta

Penanganan Plasenta Akreta
Pexels/RODNAE Productions

Penanganan plasenta akreta berbeda-beda antara satu kasus dan lainnya. Jika kondisi ini terdiagnosis sebelum persalinan, ibu hamil akan mendapat pengawasan medis secara ketat. 

Pengawasan medis termasuk rawat inap dimaksudkan mencegah kelahiran prematur. Nantinya, dokter akan menjadwalkan persalinan caesar pada minggu ke-34 dan 37. 

Pada sejumlah kasus ketika Plasenta Akreta membahayakan organ tubuh lainnya, proses histerektomi (pengangkatan rahim) diperlukan.

Proses ini disebut dengan caesar histerektomi, di mana bayi, plasenta dan rahim dikeluarkan sekaligus dalam sekali operasi caesar. Hal ini meminimalisir terjadinya perdarahan akut.

Itu tadi penjelasan mengenai plasenta akreta, mulai dari jenis, faktor risiko, hingga penanganannya. Semoga informasi ini menambah wawasan, ya, Ma!

Baca juga:

The Latest