“Jika seseorang sampai kehilangan pegangan pada bayi, refleks ini bisa membantu bayi bertahan dan memberi pengasuh beberapa detik tambahan untuk menangkapnya kembali,” jelas De Ann Davies.
6 Hal Aneh yang Dilakukan Bayi Beserta Alasannya

Terkadang, bayi menunjukkan perilaku yang membuat orangtua kebingungan. Dari gerakan kecil yang tidak biasa, ekspresi wajah yang lucu, hingga kebiasaan yang terlihat aneh, semua itu sering menimbulkan rasa penasaran. Meski terlihat tak masuk akal, setiap tingkah bayi sebenarnya punya alasan yang erat kaitannya dengan proses tumbuh kembangnya.
Di balik perilaku unik tersebut, bayi sedang melalui proses alami untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Mereka juga tengah melatih kemampuan tubuh sekaligus mencoba mengekspresikan emosi dengan caranya sendiri. Dengan memahami makna di balik setiap tingkah itu, Mama bisa lebih tenang dalam mendampingi si Kecil di setiap fase pertumbuhannya.
Berikut Popmama.com telah rangkum hal aneh yang dilakukan bayi beserta alasannya. Yuk, simak selengkapnya, Ma!
1. Menggerakkan lengan saat terkejut

Bayi menghabiskan banyak waktunya dalam pelukan orangtua, dan jatuh dari gendongan tentu bisa berbahaya. Oleh karena itu, bayi beradaptasi dengan membentuk mekanisme pertahanan alami yang dikenal dengan refleks Moro. Dikutip dari Parents, refleks ini dianggap sebagai perilaku otomatis yang membantu bayi bertahan agar tidak terjatuh.
Menurut De Ann Davies, mantan direktur program perkembangan anak di Phoenix Children's Hospital, ketika merasa kaget atau seperti sedang jatuh, bayi sering kali merentangkan tangannya ke samping seakan sedang mencoba terbang.
Menurut Peter Vishton, PhD, profesor madya ilmu psikologi di College of William & Mary, Virginia, refleks Moro memang sering membuat orangtua terkejut, tetapi sebenarnya menjadi tanda bahwa sistem saraf bayi berkembang dengan baik. Meski begitu, refleks ini dapat membuat si Kecil terlihat tertekan.
“Ini cukup membuat bayi stres. Pernapasan dan detak jantung mereka akan meningkat sementara,” jelasnya.
Mama tak perlu khawatir, refleks ini umumnya akan hilang dengan sendirinya ketika bayi berusia sekitar 3 bulan.
2. Gemetar dan menggigil

Kadang bayi terlihat tenang, namun beberapa saat kemudian tubuhnya mulai gemetar. Hal ini biasanya membuat orangtua bertanya-tanya. Menurut De Ann Davies, kondisi tersebut wajar terjadi karena sistem saraf bayi masih dalam tahap perkembangan.
“Secara neurologis, bayi belum terlalu mahir mengatur gerakannya di awal, sehingga sering terlihat kaku atau tersentak,” jelasnya.
Itulah mengapa normal jika bayi baru lahir gemetar saat menangis atau mengalami gerakan kecil ketika tidur. Meski begitu, ada baiknya Mama memeriksa kondisi tangan si Kecil, apakah terasa dingin atau tidak.
Bayi lebih mudah kehilangan panas tubuh dibanding orang dewasa, bahkan sekitar empat kali lebih cepat. Bayi prematur juga lebih rentan terhadap rasa dingin.
Di sinilah menggigil berfungsi, karena otot yang menegang dan rileks secara cepat akan menghasilkan panas. Namun, jika si Kecil terlalu sering gemetar, sebaiknya Mama segera konsultasikan ke dokter.
3. Pura-pura batuk

Bayi tiba-tiba suka membuat orangtua panik dengan suara batuk yang terdengar keras. Secara refleks, orangtua pasti langsung panik dan mengecek apa yang salah. Namun ternyata, tidak ada masalah apa pun. Bahkan, anak bisa saja tersenyum jahil lalu kembali melakukan batuk pura-pura dengan gaya yang dibuat-buat.
“Sekitar usia enam bulan, ketika batuk pura-pura mulai muncul, bayi benar-benar mulai memahami bagaimana dunia bekerja,” jelas Dr. Vishton.
Kebiasaan ini sebenarnya tanda bahwa bayi mulai memiliki kesadaran sosial. Bayi menyadari bahwa ketika seseorang batuk, orang di sekitarnya akan memberi perhatian. Karena itu, mereka menirunya untuk mendapatkan perhatian Mama.
4. Menyentuh alat kelamin

Saat mengganti popok, Mama mungkin pernah melihat si Kecil tidak hanya berbaring diam, melainkan juga meraih dan memegang bagian alat kelaminnya. Menurut De Ann Davies, hal ini umum terjadi pada bayi usia sekitar 5 hingga 7 bulan. Rasa ingin tahu yang besar mendorong bayi untuk menyentuh tubuhnya sendiri.
“Bagi bayi, artinya sangat berbeda dibanding yang dipikirkan orang dewasa, saya jamin. Di usia tersebut mereka sangat suka belajar dan mengeksplorasi apa pun yang bisa diraih,” jelasnya.
Dr. Vishton menambahkan, sebenarnya bayi juga sering bermain dengan tangan dan kakinya, hanya saja ketika menyentuh area genital, hal tersebut lebih menarik perhatian Mama. Rasa ingin tahu ini tentu termasuk mengeksplorasi bagian tubuh mereka sendiri.
Penting bagi Mama untuk mengingat bahwa area genital hanyalah bagian tubuh seperti yang lain, jadi hindari reaksi berlebihan yang bisa membuat si Kecil merasa malu. Lebih baik bersikap netral, misalnya memberikan mainan saat mengganti popok agar perhatiannya teralihkan.
5. Berdiri dan diam

Sekitar usia 10 bulan bayi biasanya mencapai tonggak perkembangan baru yang seru dengan mulai berpegangan pada furnitur lalu menarik tubuhnya hingga bisa berdiri. Namun momen menyenangkan ini sering diiringi tantangan karena si Kecil bisa saja kebingungan bagaimana cara duduk kembali.
Menurunkan tubuh butuh latihan dan koordinasi sehingga Mama mungkin akan terbangun di malam hari karena si Kecil menangis sambil berdiri di dalam tempat tidurnya tanpa tahu bagaimana kembali duduk. Mama boleh saja memberikan bantuan, tapi jangan terlalu cepat menggendongnya.
“Duduk adalah keterampilan yang perlu mereka pelajari sendiri,” jelas Dr. Vishton.
Risiko cedera pun relatif kecil karena tubuh bayi memiliki bantalan alami dan juga terlindungi oleh popok. Untuk mendukung perkembangannya, Mama bisa menempatkan si Kecil di dekat furnitur kokoh, seperti sofa, dengan tambahan bantal di sekitarnya. Dengan latihan ini, si Kecil akan semakin percaya diri bergerak naik turun dengan sendirinya.
6. Melupakan kemampuan barunya

Ada kalanya bayi sudah berhasil menunjukkan keterampilan baru, seperti menggenggam mainan atau berguling, namun kemudian tampak tidak mengulanginya lagi. Hal ini sering membuat orangtua bertanya-tanya, apakah bayi bisa lupa dengan kemampuan barunya. Menurut Dr. Vishton, hal ini wajar terjadi.
“Kadang, meskipun kita sudah berhasil melakukan sesuatu beberapa kali, memori kita tentang bagaimana melakukannya belum sepenuhnya lengkap,” jelasnya.
Seiring waktu, kemampuan dasar ini akan berkembang menjadi keterampilan alami bagi si Kecil. Lingkungan baru juga bisa membuatnya seakan lupa. Misalnya, saat berada di rumah nenek atau ketika pikirannya sedang fokus pada hal lain. Namun, anak dengan keterlambatan perkembangan mungkin membutuhkan bantuan ekstra untuk mencapainya.
Nah, itu dia rangkuman mengenai hal aneh yang dilakukan bayi beserta alasannya. Semoga informasinya dapat membantu memahami perilaku si Kecil.



















