Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Ini 7 Alasan Mengapa Anak Remaja Tak Mau Curhat dengan Mama

Freepik/Wavebreakmedia-micro
Freepik/Wavebreakmedia-micro

Anak kecil dan balita sering berbicara dan berbagi banyak hal pada Mama, terutama ketima mereka melakukan yang terbaik. Tetapi seiring bertambahnya usia anak-anak, semua itu bisa berubah.

Tiba-tiba, anak yang awalnya sangat cerewet, menjadi anak berusia 12 tahun yang pendiam. Mengapa fenomena komunikasi ini terjadi pada banyak anak seiring bertambahnya usia?

Nyatanya, banyak dari perilaku-perilaku orangtua yang menganggap anak-anak mereka masih kecil yang suka banyak berbagi pikiran dan informasi acak. 

Mungkin Mama bertanya-tanya, apa saja perilaku yang membuat anak remaja tak mau lagi bercerita dengan Mama?

Berikut ini Popmama.com telah merangkum tujuh alasan mengapa remaja tak lagi mau banyak bercerita dengan orangtuanya.

1. Mama mencoba memperbaiki segalanya

Freepik/Wavebreakmedia-micro
Freepik/Wavebreakmedia-micro

Kesalahan besar yang dilakukan orangtuasebagai tindakan cinta adalah menyambar di tengah percakapan untuk membantu anak memperbaiki masalahnya. Walaupun memiliki lebih banyak kebijaksanaan dan pengalaman, tetapi ini tidak dapat digunakan saat anak sedang bercerita.

Pahami bahwa yang terpenting adalah anak sedang mengarungi masalahnya dan menemukan kata serta emosi yang tepat untuk dibagikan.

Ketika Mama menawarkan solusi dengan cepat, pesan yang tersampaikan pada anak adalah mereka tidak cukup pintar untuk menemukan solusi yang baik sendiri. Hal ini juga dapat menghambat anak dalam mengembangkan keterampilan untuk berpikir kritis dan memecahkan masalah sendiri.

2. Mama tidak sepenuhnya hadir

Freepik/Alf061
Freepik/Alf061

Salah satu hal yang mungkin dilakukan berulang kali ketika dalam percakapan dengan anak adalah, tidak memberikan perhatian penuh padanya.

Misalnya seperti ketika anak mencoba untuk berbicara dengan Mama, namun Mama masih sibuk dengan pekerjaan di ponsel, dan hanya menanggapi anak melalui percakapan dengan mengatakan “hmmm, terus?” dan hanya sesekali melihat mata anak.

Ini memberi tahu anak bahwa Mama tidak benar-benar mendengarkan. Komunikasi tatap mata paling baik dilakukan tanpa adanya gangguan darimana pun, baik suara tv atau suara ponsel.

Yup, mungkin percakapan anak-anak tidak selalu menjadi yang paling menarik bagi orangtua, tetapi setiap percakapan meletakkan dasar untuk komunikasi yang lebih bermakna di masa mendatang.

3. Mama terlalu menilai perasaan anak

Freepik/Demanna
Freepik/Demanna

Saat anak berbagi perasaan jujurnya tentang suatu situasi atau bahkan seseorang, orangtua terkadang mengatakan sesuatu seperti, "Nah, itu bukan cara yang baik untuk memikirkannya." atau "begitukah cara Mama mengajarimu berbicara dengan seorang teman?"

Jika anak sedang berbagi perasaan secara jujur, tindakan terbaik yang perlu dilakukan adalah mendengarkan, mendengarkan, dan terus mendengarkan. Seberapa besar keinginan Mama untuk menilai anak, pada saat ini, adalah dilarang.

Pikirkan bagaimana perasaan ketika anak curhat pada orangtuanya atau pada temannya mengenai masalah pada perasaan, namun hal terakhir yang ia dapatkan adalah merasa dihakimi atas perasaannya sendiri. Yang ia butuhkan hanyalah telinga untuk mendengarkan.

Setelah anak selesai berbicara, coba ajukan pertanyaan seperti, "menurutmu bagaimana cara yang tepat menangani situasi ini?" atau "apakah kamu akan melakukan sesuatu secara berbeda jika bisa?"

Ini adalah pertanyaan yang tidak menghakimi dan memungkinkan anak untuk berpikir dan bernalar sendiri. Garis pertanyaan ini membantu anak belajar bagaimana memecahkan masalah dan memperbaiki sendiri perilakunya.

Plus, pertanyaan ini menjaga percakapan tetap berjalan dan membangun lebih banyak kepercayaan!

4. Mama mencoba mengubah perasaan anak

Freepik/Pressmaster
Freepik/Pressmaster

Bayangkan ketika Mama sedang bercakap-cakap dengan seorang teman dan Mama sangat kesal dengan suatu situasi, namun mereka menanggapinya seperti ini:

  • “Aku pikir kamu mungkin bereaksi berlebihan sedikit…”
  • “Aku pikir kamu harus…”
  • “Ini bisa menjadi lebih baik untukmu jika kamu hanya…”
  • "Kamu tidak perlu menangis tentang itu ..."

Setiap orang memiliki emosi, dan semua orang mungkin pernah merasa bersalah karena terlalu sering menggunakannya. Satu-satunya hal yang dibutuhkan anak saat ia mengalami perasaan yang kuat adalah dukungan dan empati.

5. Mama melupakan janji untuk mendengarkan anak

Freepik/Wavebreakmedia
Freepik/Wavebreakmedia

Membuat emosi anak semakin meningkat, tak hanya bisa dilakukan saat pembicaraan berlangsung. Bahkan ini bisa terjadi sebelum memulai pembicaraan. Bagaimana itu bisa terjadi?

Katakanlah Mama mungkin sedang bekerja, lalu anak mama masuk ke kamar dan mulai berbagi sesuatu yang luar biasa di sekolah. Namun Mama berkata, “nanti ceritanya dilanjutkan ya, biarkan Mama menyelesaikan ini dulu”, dan kemudian melupakan anak setelah selesai bekerja.

Anak-anak adalah manusia yang tidak dapat dibaca kapan akan meledak. Jika benar-benar tidak dapat berbicara dengan anak pada saat itu, orangtua harus terampil menepati janji saat tersedia. Itu berarti bangun dan pergi ke kamar anak, meminta maaf, dan berikan perhatian sepenuhnya.

Mengapa harus meminta maaf? Meminta maaf bukan untuk mengakui ada yang salah, tetapi sebagai cara untuk mengakui betapa menyesalnya Mama karena tidak tersedia saat anak membutuhkan. Dan jika Mama bisa menghentikan apa yang dilakukan pada saat itu, lakukanlah.

6. Mama membuat semua cerita tentang diri sendiri

Freepik/Wavebreakmedia-micro
Freepik/Wavebreakmedia-micro

Ketika anak berbagi dengan Mama, hindari menanggapi percakapan anak berulang kali dengan pernyataan seperti ini:

  • “Ketika ini terjadi pada Mama sebagai seorang anak, Mama akan melakukannya dengan…”
  • "Yang akan Mama lakukan adalah ..."
  • “Aku tahu aku tidak membesarkanmu seperti itu…”

Tanpa disadari hal ini dapat membuat anak merasa tidak nyaman di mata Mama. Ini dapat menabur benih perbandingan dan persaingan. Seringkali komunikasi yang mementingkan diri sendiri bermula dari keinginan untuk memperbaiki situasi sehingga pada akhirnya satu pihak akan terlihat baik.

Mama perlu menjaga motif diri sendiri dari percakapan anak, dan menggantinya dengan mendukung dan membantu anak. Alih-alih menceritakan diri sendiri, cobalah bertanya, "apa yang bisa Mama bantu?"

Jika jawabannya tidak ada atau tidak sekarang, biarkan saja dan jangan memaksakan diri. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mendoakan anak dan biarkan Tuhan yang mengerjakannya.

7. Mama menunjukkan kepanikan

Freepik/Zinkevych
Freepik/Zinkevych

Terkejut adalah bagian sehari-hari dalam kehidupan sebagai orangtua. Ketika anak cukup mempercayai Mama untuk memberi tahu bahwa ada seorang anak laki-laki memukulnya di sekolah hari ini, mungkin Mama akan segera lepas kendali.

Mama mengirimkan sinyal bahwa akan panik setiap kali mendengar berita tersebut. Namun sebaiknya, Mama perlu menenangkan diri.

Hitung sampai sepuluh, bernapas perlahan, atau apapun harus dilakukan dengan tetap tenang dan dengarkan.

Nah itulah beberapa alasan mengapa anak tidak mau bercerita lagi dengan Mama. Menjadi orangtua tidaklah mudah. Tapi salah satu kebahagiaan terbesar yang bisa dialami seorang Mama adalah kepercayaan dan hubungan penuh kasih dengan anaknya.

Ini membutuhkan kerja keras, namun yakinilah diri sendiri bahwa Mama bisa melakukannya demi kebahagiaan anak dan diri sendiri. Bagaimana cara Mama untuk terhubung dan menjaga komunikasi tetap mengalir di rumah?

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Bukan Indonesia, Kota dengan Area Hutan Terluas per Kapita

15 Des 2025, 11:32 WIBBig Kid