Anak Perempuan Belum Menstruasi saat 16 Tahun, Waspada!

Menstruasi pertama atau menarche adalah salah satu indikator penting dalam tumbuh kembang anak perempuan.
Umumnya, menarche terjadi antara usia 10 hingga 15 tahun, meski bisa lebih cepat atau lambat tergantung banyak faktor.
Kehadiran menstruasi menunjukkan bahwa sistem reproduksi si Anak mulai berfungsi dengan baik.
Namun, jika hingga usia 16 tahun si Anak belum juga mengalami menstruasi, kondisi ini tidak boleh diabaikan karena bisa menandakan adanya masalah medis atau gangguan perkembangan.
Menurut dokter obgyn Tono Djuwantono melalui video singkat yang ia unggah di akun Instagram @doktertono pada Minggu (16/9/2025), menstruasi adalah jendela kesehatan reproduksi perempuan.
Dokter tono menekankan bahwa orangtua harus lebih cermat dalam mengawasi kelancaran menstruasi anak.
Dalam beberapa kasus yang pernah ditemui sang dokter, masalah organ reproduksi pasien tidak dapat diobati lagi karena terlambat berkonsultasi dengan dokter, dan mengabaikan keterlambatan menstruasi.
Jadi, sangat penting bagi Mama untuk senantiasa mengawasi dan memastikan menstruasi anak berjalan dengan lancar, karena menstruasi adalah salah satu indikator utama kesehatan organ reproduksi.
Dengan mengenali penyebab, dampak, serta langkah penanganan yang tepat, Mama bisa memastikan si Anak tetap sehat secara fisik maupun emosional.
Berikut telah Popmama.com rangkum informasi seputar waspada jika anak perempuan belum menstruasi saat 16 tahun.
1. Menstruasi normalnya terjadi di usia berapa?

Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), menstruasi pertama biasanya dialami anak perempuan di rentang usia 10–15 tahun, dengan rata-rata pada usia 12–13 tahun.
World Health Organization (WHO) juga mencatat bahwa sebagian besar remaja perempuan mendapatkan menarche sebelum usia 15 tahun.
Jika si Anak belum juga menstruasi pada usia 15 tahun, kondisi ini disebut keterlambatan pubertas.
Namun, bila sudah berusia 16 tahun tanpa menstruasi, barulah disebut primary amenorrhea dan dianggap memerlukan evaluasi medis.
Mama juga perlu memperhatikan tanda pubertas lainnya, seperti pertumbuhan payudara dan rambut kemaluan.
Jika tanda-tanda pubertas tidak muncul sama sekali hingga usia 13 tahun, sebaiknya langsung dikonsultasikan dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.
2. Faktor genetik dan lingkungan yang memengaruhi menstruasi pertama

Genetika memiliki pengaruh besar terhadap waktu menstruasi pertama. Jika Mama atau anggota keluarga lain mengalami menarche yang terlambat, kemungkinan besar si Anak akan mengalami hal yang sama.
Namun, faktor lingkungan juga berperan. Pola makan rendah gizi, olahraga ekstrem seperti balet atau atletik, serta kondisi stres berat juga bisa menunda datangnya menstruasi.
National Institutes of Health (NIH) menyebutkan bahwa body mass index (BMI) atau indeks massa tubuh yang terlalu rendah berhubungan dengan keterlambatan pubertas.
Sebaliknya, obesitas kadang mempercepat datangnya menarche. Selain itu, paparan stres kronis dapat mengganggu keseimbangan hormon hipotalamus-hipofisis-ovarium yang berperan penting dalam siklus menstruasi.
Karena itu, menjaga gaya hidup seimbang, pola makan bergizi, serta istirahat cukup sangat penting untuk mendukung kesehatan reproduksi si Anak.
3. Kondisi medis yang menyebabkan keterlambatan

Ada beberapa kondisi medis yang dapat menjadi penyebab keterlambatan menstruasi. Salah satunya adalah sindrom ovarium polikistik atau PCOS, yang dapat mengganggu pelepasan sel telur.
Gangguan tiroid, baik hipotiroid maupun hipertiroid, juga berpengaruh pada siklus menstruasi. Selain itu, kelainan kromosom seperti Turner Syndrome dapat menyebabkan gangguan fungsi ovarium.
Dilansir dari Mayo Clinic, primary amenorrhea juga bisa disebabkan oleh kelainan anatomi pada rahim atau vagina, sehingga darah menstruasi tidak bisa keluar meski siklus hormon berjalan normal.
American Academy of Pediatrics (AAP) menekankan pentingnya pemeriksaan menyeluruh, termasuk pemeriksaan hormon, USG organ reproduksi, hingga tes kromosom bila diperlukan.
Dengan diagnosis yang tepat, dokter bisa menentukan apakah kondisi yang dialami pasien memerlukan terapi hormon, pembedahan, atau penanganan medis lainnya.
4. Dampak psikologis pada anak yang terlambat menstruasi

Keterlambatan menstruasi tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga pada kondisi psikologis si Anak.
Ketika sebagian besar teman sebayanya sudah mengalami menstruasi, si Anak bisa merasa terasing, berbeda, atau bahkan tidak normal.
Rasa cemas, rendah diri, hingga stres bisa muncul, terutama jika lingkungan sekitar sering membanding-bandingkan.
Pada tahap ini, peran Mama sangat penting. Dukungan emosional, komunikasi yang terbuka, dan penjelasan ilmiah bahwa setiap tubuh berkembang dengan kecepatan berbeda akan membantu si Anak merasa lebih nyaman.
Jika si Anak menunjukkan tanda depresi atau kecemasan berat, segeralah lakukan konsultasi dengan psikolog remaja dapat membantu menjaga kesehatan mentalnya.
5. Langkah yang perlu dilakukan Mama

Jika si Anak sudah berusia 16 tahun namun belum juga menstruasi, langkah pertama adalah berkonsultasi dengan dokter spesialis anak atau dokter kandungan remaja.
Dokter akan melakukan wawancara medis, pemeriksaan fisik, tes darah untuk mengecek hormon, serta USG organ reproduksi. Jika diperlukan, bisa dilakukan tes genetik.
Banyak dokter obgyn seperti dokter Tono yang telah menyarankan agar Mama tidak menunda konsultasi, karena penanganan dini dapat mencegah komplikasi di kemudian hari.
Selain pemeriksaan medis, Mama dapat membantu si Anak dengan memastikan asupan gizi yang seimbang, membatasi aktivitas fisik yang terlalu berat, serta membantu si Anak mengelola stres melalui aktivitas positif.
Yang tidak kalah penting adalah menjaga komunikasi yang hangat agar si Anak merasa aman dan tidak terbebani dengan kondisinya dan perubahan tubuhnya.
Itulah informasi mengenai waspada jika anak perempuan belum menstruasi saat 16 tahun. Semoga dapat meningkatkan kewaspadaan Mama, ya!



















