Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Ajarkan Anak Lebih Selektif, 7 Cara Memilih Teman saat Baru Masuk SMP

Anak bertepuk tangan
Pexels/Iqwan Alif

Peralihan dari SD ke SMP bisa menjadi fase yang mendebarkan bagi anak. Di usia adolesen ini, mereka mulai memasuki masa pencarian jati diri. Fase saat mereka mencari tidak hanya soal siapa mereka, tapi juga dengan siapa mereka ingin dekat.

Sebelumnnya, mungkin anak cenderung santai dalam berteman, tapi kini mereka mulai lebih selektif dan sensitif. Namun tidak dapat dipungkiri, dengan lingkungan yang semakin bebas, memang berteman selektif itu perlu.

Pada masa ini pula, anak lebih rentan merasa FOMO (Fear of Missing Out), lebih mudah terpengaruh, dan belum sepenuhnya mampu membedakan mana hubungan sosial yang sehat dan mana yang merugikan. Padahal, teman di usia ini bisa sangat membentuk arah pertumbuhan emosi dan karakter anak ke depannya.

Karena itu, penting bagi orangtua untuk membekali anak dengan pemahaman tentang bagaimana memilih teman yang tepat. Teman yang baik akan membantu anak tetap fokus pada nilai, tujuan, dan impiannya. Sebaliknya, pertemanan yang salah bisa membuat anak kehilangan arah, membuatnya lelah secara mental dan emosional.

Nah, agar anak siap menghadapi dunia baru di SMP, Popmama.com telah merangkum 7 cara memilih teman saat baru masuk SMP yang bisa Mama ajarkan sedari awal. Yuk, simak sampai habis, Ma!

1. Amati lingkungan sekolah

Anak melingkar
Pexels/Chu Chup Hinh

Observasi sekitar anak. Lihat perilaku orang-orang di sekitarnya. Apakah obrolannya sesuai dengan pemikiran anak. Apakah tingkah lakunya menunjukkan hal-hal mencurigakan? Mama perlu ingat bahwa lingkungan inilah yang akan membentuk anak ke depannya. 

Oleh karenanya, penting bagi anak untuk meng-cut off pertemanan yang menjerumuskannya ke arah yang tidak baik. Dengan memperhatikan sekitar, anak bisa mengenali mana lingkungan pertemanan yang sehat, mana yang tidak.

2. Pilih teman dengan nilai positif

Tiga anak memandang keluar
Pexels/MAG Photography

Teman yang baik adalah mereka yang mendorong anak untuk jadi diri sendiri dan senantiasa memberikan dukungan emosional. Mereka hadir bukan hanya saat senang, tapi juga saat anak sedang kesulitan, tidak menghakimi dan menjauh. 

Teman seperti ini akan membantu anak merasa diterima, bukannya justru memaksa diri mereka berubah agar cocok dengan lingkungan baru.

3. Cari teman dengan minat yang sama

Anak main sepak bola
Pexels/Kampus Production

Bergabung dalam kegiatan ekstrakurikuler adalah cara termudah untuk menemukan teman yang punya ketertarikan serupa. Entah itu di klub seni, olahraga, sains, maupun yang lainnya, kesamaan minat membuka peluang komunikasi yang lebih mudah. Rebecca Tenzer, seorang terapis klinis menegaskan ini,

“Bisa dari klub drama, tim olahraga, atau klub catur, apa pun itu, semuanya memberi peluang untuk terhubung dengan orang-orang yang punya passion yang sama,” ujarnya.

Dengan berbagi minat, anak-anak jadi punya banyak topik untuk dibicarakan, memiliki tujuan dan ambisi sama yang ingin dikejar. Itu pulalah yang akan membuat anak lebih cepat merasa nyaman.

4. Ajak kenalan teman yang terlihat sendirian

Anak menyendiri
Pexels/Mikhail Nilov

Jangan ragu menyapa anak lain yang tampak sendirian. Mereka mungkin merasa canggung atau malu, tetapi tidak ada yang tahu bahwa mereka bisa saja memiliki kesamaan.

“Kadang, yang dibutuhkan hanya perkenalan yang ramah. Jangan ragu mendekati seseorang yang tampak mudah diajak bicara, dan mulai percakapan,” lanjut Rebecca.

Percakapan ini bisa dimulai dengan hal-hal sederhana, seperti saling berkenalan nama dan tempat asal, atau bahkan hobi dan pelajaran kesukaan. Terkadang, dari obrolan seperti inilah chemistry mudah terbangun.

5. Jangan memaksa diri

Anak SMP sedang bercanda
Flickr.com/AppuruPan

Anak tidak perlu memaksakan diri cocok dengan semua orang. Ajarkan bahwa tidak apa-apa jika tidak cocok dengan satu kelompok. Tidak apa-apa apabila dia tidak menyukai satu atau beberapa orang. 

Bukan berarti dia harus memaksakan diri untuk fit in dalam lingkaran tersebut. Yang penting, anak tetap menjadi dirinya sendiri dan merasa nyaman dalam pertemanan yang dijalani.

6. Jangan terpengaruh teman yang salah

Anak menaikkan kaki
Pexels/Kaboompics.com

Teman yang sehat tidak akan mendorong anak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan nilai yang diajarkan di rumah. 

Jika ada tekanan untuk berubah demi diterima, itu tanda bahwa anak perlu menjaga jarak. Teman sejati akan menghargai batas dan nilai yang anak pegang.

7. Jadilah teman yang baik terlebih dahulu

Anak SMP berkumpul di depan laptop
Pexels/Agung Pandit Wiguna

Sebelum berharap orang lain jadi teman yang baik, anak perlu belajar untuk bersikap baik lebih dulu. Ada peraturan give-and-take, artinya anak akan mendapat sesuatu apabila dia memberikan sesuatu. Jika ia ingin didengarkan, ia juga harus mampu mendengarkan. 

Saling mendukung, menghargai, dan tidak egois adalah dasar pertemanan yang sehat. Hubungan pertemanan harus ada keseimbangan antara memberi dan menerima.

Memiliki banyak teman itu menyenangkan, tapi punya teman yang tepat jauh lebih penting. Orangtua bisa membimbing anak mengenali ciri-ciri teman yang positif dan menghindari tekanan sosial yang tidak sehat. Dengan begitu, anak akan lebih siap menjalani masa SMP dengan percaya diri dan dukungan yang tepat dari lingkungan sekitarnya.

Itulah dia 7 cara memilih teman saat baru masuk SMP. Sebagai orangtua, memang rasanya sulit melepaskan anak begitu saja. Tetapi, Mama juga perlu memahami bahwa terkadang mereka pun membutuhkan ruangnya sendiri.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us