Begini 7 Perasaan Anak yang Orangtuanya Bercerai, Mudah Rapuh!

Tanpa disadari perceraian memberikan dampak yang cukup besar dalam perkembangan mental anak

30 Oktober 2021

Begini 7 Perasaan Anak Orangtua Bercerai, Mudah Rapuh
Freepik/gpointstudio

Dunia anak sangat bergantung dengan orangtua, terutama bagi anak yang masih berusia 7 sampai 13 tahun. Adanya perceraian orangtua tentu akan berdampak pada psikologi anak. Ia pun akan merasakan adanya perbedaan yang terjadi ketika orangtuanya berpisah.

Orangtua sering kali beranggapan bahwa anak akan baik-baik saja asalkan dapat mengatur pertemuan dengan Papa dan Mama secara baik. Padahal, hal tersebut memberikan dampak yang besar bagi psikologis anak.

Terdapat reaksi jangka pendek yang terjadi pada anak saat orangtua bercerai, bersama siapa ia akan tinggal? siapa yang akan menjaganya kelak? dan pertanyaan-pertanyaan lainnya yang muncul di benak sang anak. Ia pun akhirnya merasakan ketakutan apabila kehilangan kasih sayang dari kedua orangtuanya.

Dampak dari perceraian memiliki pengaruh besar bagi anak, bahkan hingga kurun waktu yang cukup panjang. Tidak jarang dampak ini pun juga terbawa pada anak ketika ia tumbuh dewasa.

Berikut Popmama.com sudah merangkum informasi lengkap mengenai perasaan yang dirasakan oleh anak ketika orangtuanya bercerai.

1. Mudah marah dan gampang tersulut emosi

1. Mudah marah gampang tersulut emosi
Freepik/karlyukav

Rasa marah pada anak akan muncul bersamaan dengan rasa kecewanya terhadap perceraian orangtua. Anak akan mengalami tingkat emosional yang tidak stabil dan merasa tidak adil karena adanya perceraian tersebut.

Pada masa pasca perceraian biasanya anak-anak akan kesulitan dalam menjalani hidupnya, ia pun mungkin akan mengalami krisis transisi.

Perasaan marah yang diberikan anak pun bermacam-macam, ada yang akan memilih mengeluarkan semua amarah dan kekecewaannya namun ada pula yang memilih marah dalam diam.

Apabila anak marah dalam diam, maka sebaiknya orangtua harus mampu mengajaknya berbicara untuk mengeluarkan isi hati yang ia rasakan agar tidak memendam terlalu lama.

2. Menjadi lebih sensitif

2. Menjadi lebih sensitif
Pexels/Pixabay

Selain memiliki rasa mudah marah, anak biasanya juga memiliki sifat yang lebih sensitif dari biasanya, terutama apabila ada yang menyinggungnya mengenai masalah keluarga yang sedang ia hadapi. Hal ini terjadi karena ia sering melihat adanya pertengkaran dan mendengar kekerasan di dalam rumah.

Hal inilah yang akhirnya membuat anak menjadi lebih sensitif. Namun, biasanya anak akan menutupi perasaannya tersebut dan berpura-pura menjadi anak yang kuat di depan orang lain.

Adanya perasaan sedih, marah, mudah tersinggung terhadap sesuatu hal merupakan sebuah tanda bahwa mental anak tidak stabil. Beberapa anak bahkan juga ada yang lebih peka terhadap keadaan sekitarnya. Ia akan lebih paham terhadap orang-orang yang berada di posisi sama seperti dirinya.

Editors' Pick

3. Sering merasa kesepian

3. Sering merasa kesepian
Pexels/Pixabay

Selalu merasa kesepian merupakan perasaan yang muncul pasca terjadinya perceraian orangtua sang anak. Biasanya ia akan merasakan rumah menjadi lebih ramai walaupun hanya diisi beberapa orang, namun setelah perceraian akan merasa sebaliknya karena orangtua yang sudah berpisah.

Akibat dari hal ini pula terkadang membuat anak menjadi lebih tertutup. Mereka lebih memilih untuk menghindari berbagai keramaian dan lebih memilih untuk menyendiri.

Selain itu, anak-anak bahkan ada yang menyalahkan dirinya sendiri karena menjadi penyebab terjadinya perceraian orangtuanya. Tidak jarang anak yang mengalami kesunyian seperti ini akan mudah memicu terjadinya stres dan juga depresi.

Tidak hanya itu, anak-anak terkadang juga akan memilih untuk lari dari rumah dan mencari kebebasannya sendiri dibandingkan harus berada di dalam rumah.

4. Memiliki perasaan yang rapuh

4. Memiliki perasaan rapuh
Pexels/cottonbro

Anak akan merasa hancur dan kecewa secara mendalam apabila mengetahui kedua orangtuanya bercerai. Terkadang kejadian seperti ini pun dapat menjadi titik terendah bagi kehidupan sang anak.

Salah satu ekspresi rapuh dari yang dialami oleh anak adalah tangisannya. Anak broken home yang merupakan korban dari perceraian orangtua juga akan merasa sakit dan juga terluka. Mereka merasa kepercayaan mereka terhadap orangtuanya merupakan hal yang sia-sia.

Hal inilah yang membuat anak-anak seperti mereka dapat lebih mudah menaruh perhatian dan menyayangi orang lain. Hal ini mereka lakukan karena mereka tahu bagaimana rasanya tidak mendapatkan perhatian dari orang lain.

Anak-anak seperti ini memiliki rasa empati terhadap orang lain, hal ini karena mereka memiliki perasaan yang mudah rapuh akibat dari apa yang mereka rasakan sebelumnya.

5. Sulit dalam meluapkan emosi

5. Sulit dalam meluapkan emosi
Pexels/Monstera

Akibat dari perceraian banyak yang membuat anak menjadi lebih memendam emosinya. Hal ini terjadi karena ia merasa takut apabila mengungkapkannya. Mereka cenderung lebih memilih untuk berdiam dan bersikap tenang daripada mengekspresikan emosi mereka,

Biasanya mereka memiliki pemikiran bahwa setiap hal yang mereka lakukan adalah kesalahan, sehingga mereka pun tidak mau menampilkan rasa emosional yang mereka miliki.

Tindakan seperti ini sebenarnya tidak baik, hal ini karena dapat menyebabkan anak menjadi timbulnya penyakit mental yang dapat menganggu aktivitasnya, seperti gangguan kecemasan dan serangan panik.

6. Tidak percaya diri dan suka menghindari masalah

6. Tidak percaya diri suka menghindari masalah
Pexels/cottonbro

Dampak lainnya akibat dari perceraian orangtua membuat anak menjadi tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya. Adanya perceraian ini membuat dapat menjadi beban mental bagi anak. Sehingga anak pun memilih untuk menutup diri, menghindar bahkan lari dari masalah.

Selain itu, mereka biasanya juga memilih melakukan berbagai macam hal di luar rumah dibandingan harus kembali ke rumah karena akan mengingatkan mereka dengan kejadian itu lagi.

Adanya perasaan ingin menghindari suatu masalah biasanya tertanam pada anak hingga ia bertambah dewasa. Ia merasa bahwa hal tersebut tidak terlalu penting atau beranggapan tidak mau semakin menambah masalah.

Padahal sifat seperti ini tidak baik dan dapat membuat anak menjadi mencari pelarian ke hal-hal yang negatif.

7. Hidup namun seperti tidak benar-benar hidup

7. Hidup namun seperti tidak benar-benar hidup
Freepik/jcomp

Anak biasanya memiliki tujuan sendiri untuk kehidupannya. Namun, apabila berada di situasi orangtua yang mengalami perceraian dapat membuat anak jadi mendapatkan luka besarnya. Hal inilah yang terkadang membuat tujuan hidup anak menjadi mati.

Terkadang saat berada di situasi seperti ini, ia pun akan lebih pasrah dan menjalani seluruh kehidupannya dengan penuh kepaksaan. Tidak jarang mereka juga menjalani hidupnya dengan sesuka hati.

Hal seperti itu tentu dapat membawa kekhawatiran karena ditakutkan anak dapat menjadi terpengaruh terhadap hal-hal yang negatif.

Dalam kesehariannya, mungkin sang anak masih dapat bermain bersama teman sebayanya dengan penuh canda tawa seolah tidak terjadi sesuatu yang buruk.

Namun, berbeda saat anak sedang sendiri. Ia biasanya akan memikirkan hal-hal yang terjadi di hidupnya sehingga membuatnya menangis dan menyalahkan dirinya sepanjang malam.

Nah, itulah berbagai informasi lengkap mengenai perasaan yang dirasakan oleh anak ketika orangtuanya bercerai. Dalam hal ini harusnya orangtua menyadari bahwa terdapat dampak yang buruk pada anak ketika orangtua bercerai, terutama dalam kesehatan mentalnya.

Baca juga:

The Latest