7 Ciri Hubungan Pertemanan yang Buruk dan Harus Anak Hindari

Teman hadir untuk mendukung bukan untuk menjatuhkan

19 Agustus 2021

7 Ciri Hubungan Pertemanan Buruk Harus Anak Hindari
Freepik

Memiliki anak berusia remaja, Mama mungkin akan melihat anak yang memperluas sosialisasinya. Memiliki banyak teman, berkumpul bersama, saling bertukar cerita, dan lain-lain. Hubungan pertemanan adalah hal baik yang perlu dimiliki oleh setiap remaja.

Namun apakah anak memiliki hubungan yang sehat dengan temannya? Ini bisa membingungkan dan sulit disadari oleh remaja bagaimana karakteristik atau deskripsi hubungan pertemanan yang buruk dan harus dihindari.

Pertemanan yang buruk juga dapat menimbulkan bahaya, ketika anak sudah tak peduli seberapa toxic hubungannya yang merusak dirinya sendiri.

Untuk membantu anak membangun pertemanan yang sehat dan baik secara mental, kali ini Popmama.com akan membahas 7 hubungan pertemanan yang buruk dan harus dihindari.

1. Teman memberikan pengaruh yang toxic dalam hidup anak

1. Teman memberikan pengaruh toxic dalam hidup anak
Unsplash/Rawpixel.com

Dalam setiap hubungan tentu ada pasang surut, ini pun bisa terjadi dalam hubungan pertemanan remaja. Meskipun normal bagi teman merasa marah selama pertengkaran, ini sudah menjadi racun jika tingkat kemarahan temannya terjadi lebih sering, membentak anak, atau mengeluarkan kata-kata kasar.

Contoh seperti itu dapat terjadi dalam hubungan pertemanan yang sangat beracun. Bagaimana Mama bisa tahu jika anak termasuk di dalam hubungan ini?

Mungkin Mama sering mendapati diri anak menangis, marah, terluka, dan lelah saat bertemu dengan temannya atau berbicara di telepon. Tak hanya itu, anak mungkin kehilangan kepercayaan diri karena menjadi korban emosional dari teman yang merendahkannya.

2. Teman yang terlalu mengontrol

2. Teman terlalu mengontrol
Freepik/Master1305

Dalam hubungan pertemanan yang sehat, anak bisa lebih mudah bekerja sama dengan temannya. Bahkan tak jarang selalu muncul bersama ketika kerja kelompok. 

Namun ini bisa berubah ketika anak jadi tidak dapat melakukan hal-hal yang ia sukai, mengenakan pakaian yang ia tidak diinginkan, atau bahkan pergi ke tempat yang tidak nyaman, hanya karena takut temannya marah.

Hubungan pertemanan yang buruk terjadi saat anak tidak mampu membuat keputusan sendiri dan menjalani gaya hidup yang temannya inginkan. Jika anak merasakan hal ini, maka temannya tersebut bukan seseorang yang tepat untuknya.

Editors' Pick

3. Teman yang melakukan tindakan kekerasan baik secara verbal dan fisik

3. Teman melakukan tindakan kekerasan baik secara verbal fisik
Freepik

Seorang remaja mungkin tidak sadar mengalami tindakan bullying dari temannya hanya karena berpikir itu sebagai bahan "bercanda". Persahabatan yang baik berarti melakukan segala daya untuk melindungi teman dari bahaya, baik secara fisik maupun emosional.

Namun, jika anak berada dalam hubungan pertemanan yang buruk, ia akan menemukan dirinya yang menderita dan terluka dari orang yang seharusnya menjaganya. 

Ada beberapa jenis pelecehan, baik secara fisik dan emosional. Misalnya anak dicubit, dipukul, atau mengeluarkan kata-kata yang menjatuhkan harga diri. Penting bagi Mama untuk mengajarkan anak kapan waktunya mengatakan "sudah cukup", dan melakukan sesuatu sebelum terlambat.

4. Teman yang meninggalkan anak di masa-masa sulit

4. Teman meninggalkan anak masa-masa sulit
Freepik

Hubungan pertemanan terbaik sering dimulai dengan komunikasi yang baik. Ingatlah bahwa setiap kehidupan setiap manusia itu tidak sempurna. Meskipun ada saat-saat indah, saat-saat buruk akan selalu datang mengganggu.

Seorang teman yang baik akan memberi anak mama kekuatan untuk bertahan, tidak peduli betapa sulitnya hidup. Namun sebaliknya, jika tidak ada komunikasi yang mendukung, membuat ikatan pertemanan anak menjadi lemah dan mudah putus.

5. Teman yang tidak jujur

5. Teman tidak jujur
Freepik

Siapapun tidak dapat memulai hubungan yang dibangun di atas ketidakjujuran, bukan? Terlebih lagi ketika anak mengetahui kebohongan temannya dan mengharapkan datangnya kejujuran di waktu kedepannya.

Ini umum terjadi terutama dalam hubungan pertemanan yang dibangun di atas kebohongan dan kecurangan. Misalnya ketika anak ingin mengajak temannya untuk belajar bersama, dan temannya mengatakan sedang sakit atau sedang pergi, padahal ia tidak ingin belajar bersama.

Ketika anak mengetahuinya dan membalasnya dengan melakukan hal yang sama, ada kemungkinan besar bahwa pengalaman ini akan terus terulang.

6. Teman yang tidak memaafkan atau mendendam

6. Teman tidak memaafkan atau mendendam
Freepik/Parinyabinsuk

Setiap orang membuat kesalahan, dan ketika teman anak memilih untuk menyimpan dendam, ini tidak hanya merusak suatu hubungan namun juga dapat menyebabkan remaja mama menjadi cemas dan stres yang tidak diinginkan.

Ini juga bisa ditunjukkan ketika teman anak mengatakan bahwa ia tahu segalanya dan membuat anak seolah-olah tidak tahu apa-apa dan tidak akan pernah benar. Jika dibiarkan terus menerus, ini dapat menguras energi dan kesabaran anak, dan memaksanya untuk memutuskan hubungan.

7. Teman yang cuek dan tidak berempati

7. Teman cuek tidak berempati
Freepik/Miksturaproduction

Kata-kata berarti seribu emosi, dan pada hubungan yang sehat seringkali teman bisa langsung mengerti pikiran dan perasaan anak tanpa harus dijelaskan panjang lebar.

Sebaliknya jika anak merasa kesulitan untuk terbuka dengan temannya, ini mungkin pertanda anak tidak berada dalam hubungan pertemanan yang sehat.

Beberapa anak remaja secara emosional, tidak mengerti, tidak komunikatif, dan tidak memiliki empati, dan ini dapat merusak kondisi mental anak, karena bagaimanapun, komunikasi adalah kuncinya.

Nah itulah beberapa hubungan pertemanan yang buruk dan harus remaja hindari. Ketika anak mama berada di dalam hubungan yang buruk, ia memilih dua pilihan, yaitu memperbaikinya atau melepaskannya.

Walaupun anak mungkin akan merasa sedih, ingatlah ini juga akan membebaskannya dari semua hal negatif dan beban emosional yang telah dipikul untuk waktu yang lama.

Meskipun sulit untuk mengakhiri hubungan dengan sahabat, hubungan yang tidak sehat tak hanya akan membatasi kesempatan remaja untuk tumbuh sebagai pribadi, tetapi perlahan-lahan akan menghancurkan hati hingga tidak ada yang tersisa.

Baca juga:

The Latest