Kenali Sindrom Anak Pertama, yang Jadi Awal Mula Persaingan Saudara

Sensasi menjadi orangtua untuk pertama kalinya bisa sangat luar biasa, di mana Mama Papa bisa mengalami setiap tonggak kecil dan detail seluk beluk mengasuh anak untuk pertama kalinya.
Di sinilah orangtua memberikan segala yang mereka miliki untuk membuat anak merasa diinginkan, dicintai, dan dimanjakan. Lebih sering daripada tidak, anak sulung adalah superstar dalam rumah tangga, yang menjadi pusat perhatian.
Hal-hal tetap cerah sampai anak kedua lahir dan "mengancam" anak sulung untuk mengambil pusat perhatian. Transisi dari anak tunggal menjadi anak sulung tentu tidak mudah. Dari perhatian penuh hingga persaingan untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang orangtua.
Perubahan drastis ini sering mengarah pada pengembangan sindrom anak pertama, atau first born syndrome.
Apakah itu sindrom anak pertama? Yuk simak informasinya yang telah Popmama.com rangkum di bawah ini!
Apa itu Sindrom Anak Pertama?

Dilansir dari Parents Canada, first born syndrome adalah sikap kompetitif anak pertama yang tidak sehat, terutama dengan adik kecilnya. Mendapatkan segala perhatian sejak lahir, membuat anak sulung cenderung berpikir bahwa ia harus selalu menjadi "aku yang pertama".
Seringkali apa yang dirasakan anak sulung, adalah bahwa tidak lagi istimewa atau diinginkan. Ia merasa terluka dan mulai melakukan sesuatu tentang hal itu, seperti mendesak untuk mendapatkan perhatian lebih, bersaing atau menyakiti adiknya secara fisik.
Bahkan terkadang ini akan menghasilkan perilaku yang sulit, atau anak akan mengatakan sesuatu seperti, "Aku tidak suka dengan adikku."
Inilah sebabnya mengapa sebagai orangtua, Mama perlu membimbing anak sulung menuju transisi yang mulus ke perannya sebagai kakak, dan mencegah sindrom anak pertama.
Cara Mencegah First Born Children pada Anak Pertama
Jika Mama menempatkan diri pada posisi anak pertama, sindrom ini tentu masuk akal. Transisi dari anak tunggal menjadi anak sulung tentu tidak mudah.
Dari perhatian penuh hingga persaingan untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang orangtua, perubahan drastis ini sering mengarah pada pengembangan pola pikir "aku yang pertama" pada anak sulung.
Untuk membuat transisi yang lebih mudah dan mencegah persaingan antar saudara, ada beberapa cara yang bisa Mama lakukan. Berikut beberapa tipsnya:
1. Tetap memberikan perhatian pada anak pertama seperti yang dulu ia rasakan

Ketika anak sulung sudah mulai besar, banyak orangtua yang berpikir bahwa mereka sudah bisa sendiri, sudah cukup mandiri untuk melakukan banyak hal, dan sudah memahami bahwa adiknya yang masih kecil lebih membutuhkan perhatian.
Namun jangan salah, hal ini justru bisa menimbulkan persaingan yang tak sehat pada anak sulung. Sehingga, penting bagi orangtua untuk membiarkan anak sulung agar tetap merasa menjadi anak pertama yang dulu ia rasakan.
Alih-alih mengabaikan anak sulung untuk merawat anak kedua, Mama dapat memberikan tanggung jawab kepada anak sulung untuk membantu merawat adiknya sesekali.
Secara tak langsung, ini akan meningkatkan kedekatan, menanamkan rasa kepemimpinan, dan rasa ingin melindungi
2. Tak perlu membebani anak sulung dengan menjadi contoh bagi adiknya

Kesalahan lain yang paling umum yang sering dilakukan orangtua adalah membuat anak pertama mereka menjadi anak yang ideal. Ingatlah, bahwa anak sulung juga masih anak-anak.
Biarkan ia melakukan yang terbaik, dan berikan pujian pada anak sulung sebagai seorang individu, bukan sebagai seorang kakak yang ideal. Ini sama halnya ketika anak sulung melakukan kesalahan.
Jangan menggunakan posisi anak sulung dan mengharapkannya dengan memberikan contoh yang tepat untuk adiknya.
3. Hindari memberikan terlalu banyak pujian pada setiap anak

Carilah kesempatan untuk mengajari setiap anak mama bahwa mereka tidak akan selalu menjadi yang pertama. Misalnya Mama memberikan kue atau mainan secara bergantian pada masing-masing anak, sehingga mereka akan belajar bagaimana bergiliran menjadi yang pertama.
Penting juga untuk tidak berlebihan dalam memuji setiap anak. Terlalu banyak pujian justru bisa merusak dan menyebabkan persaingan.
Daripada memberikan terlalu banyak pujian yang menciptakan rasa berhak dan kecanduan pujian, Mama dapat mengubah bahasa dan fokus pada apa yang mereka lakukan. Misalnya, Mama dapat menjelaskan bahwa orangtua menghargai setiap perilaku baik, mandiri, dan hormat dari setiap anak.
Alih-alih mengatakan, "Kamu adalah kakak yang terbaik!" katakanlah, "Sepertinya kamu telah belajar berbagi mainan dengan adikmu, Mama senang dan bangga melihatnya". Fokus pada kesenangan berbagi, akan membuat anak sulung bukan bertujuan untuk menang, baik itu menjadi yang pertama atau yang terbaik.
Selain itu, berikan contoh bagaimana menerima kesalahan sebagai kesempatan untuk belajar, menerima upaya anak, tidak menuntut kesempurnaan, dan berhati-hatilah untuk memaksakan harapan yang tinggi.
4. Alih-alih kesetaraan, cobalah bersikap adil

Untuk beberapa alasan, beberapa buku panduan orangtua bersikeras memaksa orangtua untuk memperlakukan anak-anak mereka secara setara setiap saat. Tapi ini dapat menimbulkan perasaan tidak adik pada anak sulung.
Meskipun merupakan ide yang bagus dalam banyak kasus, kesetaraan tidak cukup berhasil dengan saudara kandung, dan pada akhirnya dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada kebaikan.
Misalnya, jika Mama mencoba untuk menjadi setara, akan selalu ada satu anak yang tidak setuju dengan pendapat Mama tentang kesetaraan.
Lain kali, ambil jalan yang adil, seperti lebih banyak menunjukkan perilaku positif berarti lebih banyak hak istimewa. Ini akan membantu mengajari anak-anak tentang hal yang benar dan yang salah dunia dan bagaimana menghadapinya.
5. Memiliki waktu berbicara dengan masing-masing anak

Jika Mama tidak ingin anak sulung merasa tersisih atau kurang mendapatkan perhatian, luangkan waktu berkualitas secara teratur dengan masing-masing anak di waktu yang berbeda.
Berbicara satu persatu ini juga membuat anak-anak merasa sedikit istimewa, yang pada gilirannya akan membantu kepercayaan diri dan harga diri mereka.
Akibatnya, anak pertama yang merasa tersaingi sebelumnya akan berubah menjadi persahabatan saudara kandung, karena mereka merasa positif tentang diri mereka sendiri.
Mama dapat membicarakan tentang apa yang terjadi di sekolah atau apa yang mereka lakukan secara umum.
Nah itulah informasi seputar sindrom anak pertama, yang jadi awal mula persaingan saudara. Memiliki dua anak atau lebih mungkin bisa membuat orangtua kewalahan.
Namun ketika orangtua bisa membagi perhatian, kasih sayang, dan waktu yang adil pada setiap anak, dipastikan sindrom ini tidak akan berkembang pada anak sulung, dan mereka akan tumbuh menjadi kakak beradik yang kompak dan penuh cinta satu sama lain.



















