5 Kebiasaan Anak yang Memicu Pendarahan Otak

Pendarahan otak tidak lagi menjadi hal yang jarang diperbincangkan. Apalagi, baru-baru ini publik diramaikan dengan selebriti tanah air, Indra Bekti, yang mengalami pendarahan otak.
Penyakit ini sendiri umumnya memang mengenai orang dewasa, khususnya yang telah melampaui usia 40 tahun.
Namun, kenyataannya pendarahan otak justru dapat mengenai anak-anak maupun balita apabila terjadi berbagai komplikasi seperti trauma atau non-trauma.
Gejala non-trauma dapat muncul akibat beberapa kebiasaan yang tidak baik bagi otak.
Untuk itu, Popmama.com sudah merangkum 5 kebiasaan anak yang memicu pendarahan otak. Mari disimak.
1. Anak tidak sarapan

Makanan yang sehat dan bergizi bagus untuk perkembangan anak. Biasanya anak harus mengonsumsi makanan seperti ini sekiranya tiga kali, mulai pagi, siang, hingga malam.
Namun, ada kalanya anak terlambat bangun sekolah atau justru sengaja melewatkan makan pagi (sarapan). Kebiasaan seperti ini yang bisa memicu pendarahan di otak.
Menurut sebuah penelitian di Jepang, ternyata kebiasaan seperti ini meningkatkan risiko tekanan darah yang tinggi, bahkan memicu terjadinya stroke.
Oleh karena itu, tetap biasakan Si Anak untuk sarapan ya, Ma.
2. Anak jarang minum air putih

Air putih memiliki manfaat yang beragam bagi kesehatan tubuh kita. Seperti, meningkatkan konsentrasi, membantu menghilangkan racun, menurunkan berat badan, hingga yang paling penting adalah mencegah dehidrasi.
Jarangnya konsumsi air putih pada anak dapat menyebabkan dehidrasi berkepanjangan yang dapat menyebabkan jaringan otak menyusut, bahkan sel-sel otak dapat mengering.
Maka dari itu, jangan lupa ingatkan anak untuk minum air putih yang cukup.
3. Anak sering mengonsumsi makanan berlemak

Daging merah diperlukan sebagai sumber zat besi yang dapat membantu tubuh memproduksi hemogoblin. Jika kekurangan zat besi, risiko anak terpapar anemia.
Namun, terlalu banyak mengonsumsi daging merah dan makanan dengan lemak jenuh yang tinggi juga bisa menyebabkan risiko pembuluh darah anak pecah yang akan menyebabkan pendarahan.
Maka dari itu, Mama perlu menyesuaikan gizi dan nutrisi yang diterima oleh anak. Jangan sampai kurang, jangan sampai terlalu banyak.
4. Anak sering merasa sedih dan tertekan

Perasaan sedih dan tertekan pun juga ternyata menyebabkan pembuluh darah, terutama di bagian otak pecah. Hal ini dikonfirmasi oleh pernyataan dari para peneliti di University of Texas Medical Branch di Galveston.
Menurut mereka, orang yang bahagia memiliki kemungkinan untuk lebih sehat dan terhindar dari pembuluh darah yang pecah. Hal ini juga berlaku pada anak-anak.
Jika anak terlalu banyak memendam rasa sedih dan merenung terus menerus, kemungkinan pendarahan pada otak semakin besar. Tentunya kita tidak ingin hal seperti ini terjadi.
Ketika anak senang, Mama juga senang bukan?
5. Anak kekurangan waktu istirahat yang cukup

Terlalu banyak belajar atau bermain game yang membuat anak kekurangan waktu istirahat juga berpengaruh terhadap kesehatan otak.
Selain itu, menurut penelitian yang diterbitkan dalam National Center for Biotechnology Information (NCBI) US National, kekurangan asupan tidur yang cukup dapat menginduksi perubahan buruk dalam kinerja kognitif seseorang.
Selain merusak konsentrasi, kekurangan tidur pada seorang anak bisa berpengaruh terhadap memori jangka panjangnya. Usahakan anak mendapat istirahat yang cukup ya, Ma.
Itu dia 5 kebiasaan anak yang memicu pendarahan otak. Semoga informasi ini bermanfaat, tetap sehat selalu ya Mama dan anak mama.



















