Seorang Santri di Kediri Meninggal karena Dianiaya, Sempat Chat Ibunya

Sempat mengirim chat pada ibunya dan mengatakan bahwa ia takut dan segera minta dijemput

29 Februari 2024

Seorang Santri Kediri Meninggal karena Dianiaya, Sempat Chat Ibunya
mili.id

Seorang santri asal Banyuwangi ditemukan tewas secara misterius dan penuh luka di Pondok Pesantren Al-Hanifiyah, Kota Kediri. Pihak ponpes mengaku mendengar kabar tewasnya korban karena jatuh dari kamar mandi.

Setelah dinyatakan meninggal dunia, santri bernama Bintang Balqis Maulana ini akhirnya dipulangkan ke kediamannya yang berada di Dusun Kendenglembu, Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, Kota Banyuwangi.

Polisi mengatakan penyebab dari kasus ini adalah penganiayaan dan sudah menetapkan 4 orang tersangka. Seperti apa informasi mengenai santri di Kediri meninggal karena dianiaya lengkapnya? Berikut Popmama.com telah merangkumnya lebih lanjut.

1. Sempat mengirim pesan pada ibunya

1. Sempat mengirim pesan ibunya
X.com/inversimedia

Mendiang Bintang sempat berkirim pesan lewat aplikasi WhatsApp (WA) kepada Suyanti (38) ibu kandung korban. Kepada sang ibu, Bintang mengaku ketakutan saat berada di pondok pesantren. 

"Sini jemput bintang. Cepat ma ke sini. Aku takut ma, maaaa tolonggh. Sini cpettt jemput," kata almarhum Bintang yang ia samapikan melalui tulisan pesan Whatsapp kepada sang ibu, sekitar seminggu sebelum ditemukan tewas.

Sang ibu Suyanti menceritakan, beberapa hari sebelum meninggal dunia, sang anak sering menghubunginya. Bahkan dia meminta untuk dijemput ke Kediri. Namun, buah hatinya itu tak menjelaskan dengan detail alasan mengapa ingin dijemput orangtuanya. Tapi sempat mengeluh sakit.

"Dia minta dijemput. Tak tanya alasannya kenapa, ndak disebutkan. Intinya minta dijemput gitu," ungkap Suyanti berlinang air mata.

Menurut Suyanti, Bintang menyampaikan keinginan lewat pesan WA untuk pulang ke Banyuwangi sejak Senin (19/2/2024). Bahkan korban sempat video call. Pesan tulisan yang disampaikan lewat WA itu pun tak banyak. Sangat singkat. Yang diminta anaknya itu hanya ingin dijemput dari pondok.

"Bintang ini anaknya pendiam. Yang diminta hanya dijemput," ujar Suyanti.

Menanggapi curahan hati anaknya itu, Suyanti hanya meminta Bintang bersabar hingga bulan Ramadhan. Namun sang anak menolak dan kekeuh untuk dijemput. Untuk menguatkan hati sang anak, Suyanti meminta Bintang membaca Al-Qur'an. Dia juga meminta Bintang melaporkan kepada pengasuh pondok, jika terjadi apa-apa.

Suyanti mengaku tak menyangka anak bungsunya itu pergi dengan begitu cepat. Dia bahkan tak kuasa membendung tangis saat anaknya itu pulang dalam kondisi mengenaskan.

Editors' Pick

2. Awalnya dikabarkan meninggal karena jatuh dari kamar mandi

2. Awal dikabarkan meninggal karena jatuh dari kamar mandi
Freepik/jannoon028

Kakak Bintang, Mia Nur Khasanah menyimpan rasa kecurigaan dengan kematian sang adik. Karena pihak pesantren awalnya mengabari Bintang meninggal karena terjatuh dari kamar mandi.

"Awalnya dikabarkan meninggal karena terjatuh di kamar mandi, kami pun kaget," ujar sang kakak. Di rumah duka, darah berceceran dari keranda mayat, keluarga Bintang pun meminta kain kafan dibuka tapi dilarang oleh pihak pesantren yang mengantarkan jenazah.

"Katanya sudah suci jadi enggak perlu dibuka," kata sang kakak lebih lanjut.

Setelah melihat kejanggalan tersebut, pihak keluarga pun  melaporkan kasus kematian santri yang masih penuh misteri ini ke kepolisian.

3. Polisi sudah mengamankan 4 pelaku

3. Polisi sudah mengamankan 4 pelaku
Pexels/Ron Lach

Polisi yang menerima laporan tersebut langsung melakukan penyelidikan dan berhasil mengamankan empat santri yang diduga sebagai pelaku. 

“Kami telah mengamankan 4 orang dan kami tetapkan sebagai tersangka lalu kami melakukan penahanan untuk proses penyidikan lebih lanjut," kata Kapolres Kediri Kota, AKBP Bramastyo Priaji, dalam jumpa pers di Polres Kediri Kota.

Setelah dilakukan penyelidikan, keempat pelaku tersebut pun mengakui perbuatannya dan mengatakan bahwa mereka hanya ingin memberi pelajaran kepada Bintang karena merasa tersinggung dengan keluhannya.

Menurut keterangan polisi, penganiayaan bermula saat Bintang didatangi oleh dua pelaku, MN (18) dan MA (18), yang ingin meminta klarifikasi terkait keluhan Bintang pada orang tuanya tentang kondisi pesantren. Namun, karena tidak puas dengan jawaban Bintang, kedua pelaku kemudian memukuli Bintang dengan bantuan dua pelaku lainnya, AF (16) dan AK (17).

Keempat pelaku kini ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat dengan Pasal 80 ayat 2 tentang perubahan Undang-Undang Perlindungan Anak dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara. Polisi yang menangani kasus penganiayaan santri ini juga masih menyelidiki keterlibatan pihak lain dalam kasus ini.

4. Pihak pesantren mengaku tidak mengetahui kejadian tersebut

4. Pihak pesantren mengaku tidak mengetahui kejadian tersebut
Dok. Beritajatim

Pengasuh pondok pesantren, Gus Fatih, mengaku tidak mengetahui kejadian penganiayaan tersebut. Ia mengatakan bahwa ia mendapat laporan bahwa Bintang jatuh terpeleset di kamar mandi dan tidak sempat melihat kondisinya karena sibuk mengurus ambulans dan keperluan lainnya.

“Saat itu saya capek dan dibangunkan. Saya dapat laporan anak itu jatuh terpeleset di kamar mandi. Saat itu juga tidak muncul dugaan dan saya tidak sempat melihat karena mengurus ambulans dan keperluan untuk berangkat ke sana (Banyuwangi),” kata Gus Fatih.

Gus Fatih juga menyatakan bahwa ia akan kooperatif dengan proses hukum yang berjalan dan siap bertanggung jawab atas apa yang terjadi di pesantrennya. Ia juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan berharap agar kasus ini bisa diselesaikan dengan baik.

Itulah informasi tentang seorang santri di Kediri meninggal karena dianiaya. Kasus penganiayaan ini menjadi sorotan publik dan mendapat banyak kecaman. Banyak yang menuntut agar pelaku dihukum seberat-beratnya, pihak Pondok Pesantren juga dinilai lalai dan dianggap tutup mata terhadap kasus ini, karena tidak melaporkan ke kepolisian, tetapi malah justru menutupi dengan mengabarkan korban meninggal karena terjatuh dari kamar mandi.

Semoga setelah kejadian ini dapat meningkatkan kesadaran bagi orangtua untuk selalu memastikan keadaan anaknya, terutama yang bersekolah di asrama dan jauh dari rumah agar kejadian seperti ini tidak kembali terulang di masa depan.

Baca juga:

The Latest