Konsep Merdeka Belajar yang Masih Sulit untuk Diterapkan

Beberapa sekolah di daerah masih sulit untuk menerapkan kurikulum merdeka

29 Maret 2023

Konsep Merdeka Belajar Masih Sulit Diterapkan
Popmama.com/Salsabilla Nur Rizki

Bagi Mama dan Papa yang memiliki anak di usia sekolah sudah pasti tidak asing lagi dengan kata merdeka belajar. Merdeka belajar adalah salah satu kebijakan yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Budaya Indonesia sebagai salah satu bagian dari Kurikulum Merdeka yang sudah dikenalkan sejak akhir 2019.

Jika Mama pernah membantu si Anak mengerjakan tugas yang memerlukan ketrampilan seperti membuat ondel-ondel menggunakan kok bulutangkis, membuat miniatur resapan air menggunakan batu dan filter, serta kegiatan mandiri lainnya. 

Itu merupakan salah satu penerapan merdeka belajar yang dijalankan oleh sekolah saat ini.

Beberapa orangtua mungkin akan mengeluhkan metode pembelajaran ini, karena untuk mengerjakan tugas tersebut membutuhkan barang-barang yang cukup banyak.

Namun ternyata bukan hanya orangtua yang belum terbiasa dengan sistem pembelajaran ini, beberapa guru di Jakarta dan daerah lainnya juga mendapat kesulitan yang sama.

Popmama.com telah merangkum sudut pandang guru mengenai metode pembelajaran ini agar para orangtua juga bisa memahami lebih jauh tentang konsep merdeka belajar.

1. Kesulitan untuk berkomunikasi dengan murid

1. Kesulitan berkomunikasi murid
Unsplash/Bayu Syaits

Tugas yang diberikan guru biasanya akan disampaikan melalui murid untuk dicatat lalu diberikan kepada orangtua mereka saat di rumah nanti. Namun dengan perkembangan teknologi yang ada, kini guru-guru sering memberikan rincian tugas si Anak melalui group chat Whatsapp dengan orangtua-orangtua murid agar tidak ada kesalahan informasi.

Hal ini mungkin sudah menjadi hal yang biasa dan mudah bagi mereka yang tinggal di kota-kota besar, namun bagi orangtua, murid, dan guru yang berada di daerah jauh dari pusat kota akan mengalami sedikit kesulitan untuk melakukan komunikasi seperti ini. 

"Saya itu kebetulan mengajar di Hulu Sungai Tengah, Kalimantan. Murid-murid saya itu kebanyakan tinggal di daerah gunung, yang mana mereka harus turun untuk menuju sekolah. Perjalanan mereka dari rumah ke sekolah itu bisa memakan waktu 2 jam, dan beberapa juga ada yang tinggal di hutan dimana tidak ada listrik, sinyal dan faktor kesulitan lain," ujar Abdul Mujib, seorang guru di SMPN 24 Hulu Sungai Tengah Kalimantan Selatan kepada Popmama.com dalam kesempatan Media Gathering & Pelatihan Publikasi Merdeka Belajar 2023, Kamis (16/3/23).

Merdeka belajar memang menjadi salah satu kebijakan yang memiliki banyak pro dan kontra diantara kalangan guru dan orangtua karena terdapat metode pembelajaran baru yang belum biasa untuk dilakukan.

2. Guru juga belum sepenuhnya bisa menerapkan karena tidak ada pelatihan dari kementerian

2. Guru juga belum sepenuh bisa menerapkan karena tidak ada pelatihan dari kementerian
Unsplash/Ed Us

Bapak Abdul Mujib menjelaskan bahwa perubahan kurikulum ini biasanya akan ada pelatihan, guru-guru dipanggil dan difasilitasi dalam pelatihan tersebut untuk memahami konsep kurikulum dan kebijakan yang ada. Namun untuk kurikulum merdeka ini, guru sama sekali tidak mendapat pelatihan.

Pemerintah hanya menyediakan modul-modul untuk guru belajar sendiri dan itu membuat guru kebingungan karena mereka biasanya akan diberitahu metode pembelajaran kurikulum baru oleh pemerintah.

Dari sekian banyak kegelisahan guru di Indonesia mengenai konsep merdeka belajar ada hal baru yang membuat mereka sedikit kesulitan untuk implementasi metode belajar ini.

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) adalah metode pembelajaran baru yang sebelumnya tidak ada di kurikulum sebelumnya.

P5 ini menuntut guru untuk memberikan pelajaran berbasis projek dengan harapan murid bisa mengamati dan menemukan solusi terhadap permasalahan di sekitar lingkungannya.

Guru-guru yang tidak pernah mendapat pelatihan akan hal baru ini menjadi resah karena tidak ada contoh dan pendamping untuk melaksanakan metode belajar ini.

3. Miskonsepsi mengenai metode P5

3. Miskonsepsi mengenai metode P5
Unsplash/Ed Us

Mama yang sudah pernah membantu anak mengerjakan tugas projek sekolahnya ini pasti pernah berpikir kenapa tugas anak sekolah dasar saja sudah serumit ini, atau kenapa harus mengeluarkan sejumlah uang untuk mengerjakan tugas, dan lain sebagainya. Sebenarnya itu semua adalah miskonsepsi mengenai metode pembelajaran P5.

"Sebenarnya itu adalah miskonsepsi, karena harapan dari pembelajaran berbasis projek ini adalah bagaimana murid menjadi memiliki pengalaman cari tahu, kontekstualisasi, menyesuaikan diri dan pengalaman mencari ide," jelas Abdul Mujib.

Pengalaman yang didapat si Anak dalam proses pembelajaran berbasik projek ini diharapkan akan membuat murid tahu akan potensi diri yang mereka miliki, terbiasa berpikir kreatif, dan memahami peran sosial yang ada di masyarakat.

Namun dengan kenyataan kurikulum yang masih sulit untuk diterapkan dan kurangnya penyuluhan pemerintah kepada guru membuat konsep merdeka belajar ini belum rata diterapkan di sekolah-sekolah Indonesia, khususnya sekolah yang berada di luar pusat kota.

Itu dia Ma penjelasan mengenai konsep merdeka belajar dari sudut pandang guru yang masih sama-sama belajar mengenai metode pembelajaran kurikulum merdeka. Semoga kurikulum merdeka bisa diterapkan secara sempurna dan merata di seluruh sekolah di Indonesia.

Baca juga:

The Latest