Waspada Anak Salah Pergaulan, Cek Ponsel Anak Secara Berkala!

Di era digital ini, pergaulan tak lagi terbatas oleh jarak, negara, zona waktu, bahkan usia. Anak remaja Mama bisa dengan mudah berinteraksi dengan siapa saja, kapan saja, hanya lewat genggaman ponsel di tangan.
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Kemajuan teknologi yang seharusnya memberi manfaat, sering kali justru membuat Mama diliputi kekhawatiran. Wajar saja, karena dunia digital tidak selalu aman bagi anak-anak.
Internet membuka pintu ke berbagai konten yang belum tentu sesuai dengan usia dan perkembangan emosional anak. Mulai dari pornografi, kekerasan, ujaran kebencian, hingga hal-hal tidak senonoh lainnya.
Tak hanya itu, dunia maya juga menjadi ladang subur bagi pergaulan bebas dan pengaruh buruk dari teman sebaya yang tidak dikenal secara nyata.
Anak remaja Mama bisa dengan mudah terbujuk oleh ajakan, tren, atau gaya hidup yang bertentangan dengan nilai-nilai keluarga dan moral yang Mama tanamkan sejak kecil.
Kekhawatiran Mama bukanlah perasaan yang berlebihan. Banyak kasus nyata di sekitar kita membuktikan betapa mudahnya seorang remaja tersesat dalam pergaulan yang salah, hanya karena kurangnya pengawasan dan pendampingan dalam menggunakan teknologi.
Salah satu kasus anak remaja salah pergaulan dibagikan oleh dr. Grace Simatupang, Sp. A, di akun tiktok miliknya. Beliau membagikan obrolannya dengan seorang anak berusia 14 tahun tentang sebuah grup whatsapp yang mengkhawatirkan.
Unggahan beliau ini dapat memantik kesadaran Mama untuk lebih teliti dalam mengawasi anak remaja mama.
Berikut informasi seputar waspada anak salah pergaulan, yang telah Popmama.com rangkum.
1. Ajakan menyakiti diri sendiri

Di dunia maya, perbuatan bunuh diri atau menyakiti diri sendiri dianggap sebagai suatu hal yang lebih lumrah daripada di dunia nyata. Bagi beberapa komunitas tertentu, perbuatan menyakiti diri sendiri justru dimaknai sebagai sebuah pernyataan identitas dan solidaritas terhadap pertemanan.
Seringkali ajakan untuk melakukan tindakan tersebut datang dengan halus dari teman sebaya. Hal ini dapat membuat si Anak kehilangan keberanian untuk menolak ajakan tersebut.
Lalu, dia bertanya kepada saya, “dok, kalau saya lompat dari lantai gedung yang tinggi dan pada waktu saya melayang di udara maka kata teman-teman, itukah kenikmatan dunia tertinggi?” Tulis dr. Grace dalam takarir video yang diunggah pada Minggu (13/7/2025).
Pertanyaan tersebut mungkin terdengar mengejutkan dan konyol. Namun, bisa juga diartikan sebagai seruan minta tolong yang seringkali tak terdengar oleh orang dewasa di sekitarnya.
Percakapan tersebut kiranya dapat menyadarkan Mama untuk lebih terbuka dalam mendengarkan, lebih aktif dalam mendampingi, dan lebih bijak dalam membekali anak mama dengan ketahanan mental dan emosional yang kuat.
Pastikan anak mama mengetahui bahwa tindakan bunuh diri adalah tindakan sia-sia yang hanya akan melukai hati mama.
2. Pacaran dianggap sebagai syarat menjadi keren

Lebih lanjut, unggahan tiktok yang sama juga menyebutkan cerita anak berusia 14 tahun tersebut tentang berpacaran.
“Kalau ga pacaran, maka ga keren”
Ketika menjalin hubungan dianggap sebagai sebuah keharusan, anak mama berpotensi untuk tumbuh menjadi pribadi yang berorientasi pada pemenuhan nafsu, bukan rasa cinta yang tulus.
Tidak hanya itu, pemikiran ‘yang penting pacaran supaya keren, tidak peduli dengan siapa saja’ juga bisa membuat anak mama lebih rentan menjadi korban grooming atau pedofilia.
Grooming adalah upaya yang dilakukan orang dewasa untuk memanipulasi dengan membangun kepercayaan dan mengikat emosi anak.
Tujuannya untuk mengeksploitasi atau melecehkan anak secara seksual atau romantis.
Bahaya yang mengintai anak mama dari balik layar ponsel tidak seharusnya disepelekan. Dengan pendampingan dan pengawasan orangtua yang cukup, anak dapat menumbuhkan rasa percaya diri.
Kepercayaan diri dan perhatian orangtualah yang akan membuat anak merasa cukup dengan dirinya sendiri, sehingga anak mama tidak akan membutuhkan validasi eksternal yang berlebihan atau figur orang dewasa lain.
3. Fenomena ‘setor’ pornografi harian

Kemudahan mengakses pornografi lewat internet membuat anak mama sangat rentan untuk terpapar dan mengembangkan rasa kecanduan terhadap pornografi.
Hanya dengan beberapa klik, anak mama dapat menemukan berbagai jenis materi pornografi tanpa batasan yang berarti.
Banyak situs atau platform media sosial yang menampilkan konten eksplisit secara terang-terangan, bahkan terkadang muncul sebagai iklan atau rekomendasi acak, sehingga sulit untuk sepenuhnya menghindarinya, terutama jika anak tidak dibekali dengan perlindungan digital yang memadai.
Terlebih saat ajakan tersebut datang langsung dari lingkungan pertemanan anak.
“Setiap hari wajib nonton film porno di handphone, dan besoknya di sekolah harus membahas film tersebut. Filmnya dikasih lewat link dan setelah nonton link tersebut wajib dihapus.” Lalu, saya lanjut bertanya tentang wujud dari film porno yang sering ditonton. Anak itu menjawab, “ campuran dok, kadang rekaman manusia kadang juga anime, dan kita nonton itu setiap hari.” Tulis dr. Grace dalam takarir video yang diunggah pada Minggu (13/7/2025).
Mama memiliki peran besar dalam mencegah si Anak kecanduan pornografi. Hal tersebut dapat Mama cegah dengan membangun komunikasi yang terbuka, hangat, dan penuh kepercayaan sejak dini.
Daripada langsung dilarang, ajak anak berdiskusi tentang nilai-nilai diri, batasan privasi, dan dampak negatif dari konten seksual yang tidak sesuai usia.
Pastikan anak mama mengetahui bahwa konten pornografi tidak boleh diakses sebelum menginjak usia dewasa.
Hadirkan juga lingkungan keluarga yang aman secara emosional, sehingga anak merasa dicintai dan tidak perlu mencari pelarian di dunia maya.
4. Kepiawaian anak menyembunyikan rahasia di ponsel dari orangtua

Mama dituntut untuk lebih lihai dalam memeriksa ponsel anak. Bisa jadi anak mama menyembunyikan konten tidak senonoh dengan memanfaatkan fitur kunci file di ponselnya.
Saya tanya, “orangtua kalian gak cek handphone kalian?” Jawab anak itu dengan santai, “gak ngerti mereka, dok, kan file yang bahaya itu kami hide, mereka ngertinya hanya cek whatsapp dan sosmed. Aman dok, kalau hanya whatsapp yang dicek.” Tulis dr. Grace dalam takarir video
Jawaban tersebut memberikan gambaran betapa jauhnya jarak pemahaman digital antara orangtua dan anak.
Banyak orangtua merasa sudah cukup dengan memeriksa aplikasi yang terlihat, padahal anak-anak jauh lebih lihai menyembunyikan apa yang sebenarnya mereka konsumsi.
Untuk menyikapi fenomena ini, Mama dapat mencari panduan di internet mengenai cara membuka file yang dikunci.
Pastikan Mama menyertakan merek dan tipe ponsel anak saat mencarinya, karena fitur kunci file dirancang berbeda di setiap jenis ponsel.
Penting untuk diingat bahwa pengawasan digital tak cukup dilakukan secara teknis saja, tapi juga harus dibarengi dengan keterlibatan emosional dan komunikasi yang dalam.
5. Langkah konkret orangtua untuk melindungi anak dari alah pergaulan dan konten negatif

Setelah mengenal bahaya salah pergaulan di dunia maya, Mama dapat mulai menerapkan langkah-langkah berikut untuk melindungi si Anak:
Bangun komunikasi yang terbuka dan hangat: jadilah pendengar yang baik. Jangan langsung menghakimi saat anak mama bercerita, agar mereka merasa aman untuk berbagi pengalaman atau masalah yang dihadapi.
Bekali anak dengan edukasi seks dan nilai-nilai moral sejak dini: sampaikan dengan bahasa yang sesuai usia, tentang pentingnya menghargai tubuh sendiri, batasan privasi, dan dampak buruk dari konten seksual yang tidak sesuai usia.
Lakukan pemeriksaan ponsel secara berkala dan menyeluruh: jangan hanya mengecek WhatsApp dan media sosial. Pelajari juga cara mengakses file tersembunyi, history pencarian, dan aplikasi pihak ketiga yang mungkin digunakan untuk menyembunyikan konten.
Bangun kepercayaan dan rasa aman dalam keluarga: ciptakan suasana rumah yang penuh cinta, tanpa tekanan berlebih. Anak yang merasa diterima dan dicintai akan lebih kecil kemungkinannya mencari validasi di luar rumah.
Ajak anak berdiskusi tentang pergaulan dan tekanan teman sebaya: bantu anak mengenali tanda-tanda pertemanan yang tidak sehat dan latih mereka untuk berani berkata tidak terhadap ajakan yang merugikan.
Itulah informasi seputar waspada anak salah pergaulan, semoga dapat membantu Mama untuk semakin sadar terhadap bahaya yang mengintai anak mama dari balik layar ponsel, ya!