Pancasila Buddhis dalam Agama Buddha yang Perlu Diajarkan pada Anak

Lima sila ini merupakan dasar utama yang harus diterapkan untuk menumbuhkan sifat dan perilaku baik

7 Oktober 2022

Pancasila Buddhis dalam Agama Buddha Perlu Diajarkan Anak
Pixabay/Sasin Tipchai

Setiap agama yang ada di dunia ini mengajarkan berbagai hal baik yang bertujuan untuk mengembangkan sifat dan perilaku yang baik dalam diri setiap umatnya.

Agama Buddha termasuk salah satu agama yang mempunyai ajaran-ajaran baik yang diterapkan para umatnya dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu ajaran utama yang dilaksanakan dalam agama ini adalah Pancasila Buddhis.

Pancasila Buddhis terdiri dari lima sila yang merupakan peraturan dasar yang harus dilaksanakan umat Buddha untuk mengembangkan sifat dan perilaku yang baik sesuai moral dan etika. Kelima sila ini biasanya dibacakan saat kebaktian berlangsung.

Penerapan Pancasila Buddhis penting dilakukan sejak kecil, agar anak bisa memiliki pengendalian diri yang baik, sekaligus melatih kesadaran dan kewaspadaannya terhadap segala sesuatu di sekitarnya yang dapat memperlemah pengendalian diri.

Untuk tahu lebih lanjut tentang apa yang dimaksud dari kelima sila ini, Berikut Popmama.com telah merangkum informasi terkait Pancasila Buddhisdalam agama Buddha secara lengkap. Yuk, mari simak bersama!

1. Menghindari tindakan membunuh

1. Menghindari tindakan membunuh
Unsplash/Nadine Shaabana

Sila pertama dalam Pancasila Buddhis berbunyi, “Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi”, yang memiliki arti bertekad melatih diri dalam menghindari pembunuhan makhluk hidup.

Perbuatan yang perlu dihindari termasuk membunuh, menyiksa, maupun menyakiti manusia dan binatang secara jasmani.

Suatu perbuatan dikatakan melanggar sila pertama jika memenuhi syarat terjadinya pembunuhan, antara lain:

  1. Adanya makhluk hidup.
  2. Kita mengetahui kalau makhluk itu hidup.
  3. Ada kehendak dalam diri untuk melakukan pembunuhan.
  4. Ada usaha untuk melaksanakan pembunuhan.
  5. Makhluk itu mati sebagai akibat dari pembunuhan yang telah dilakukan.

Editors' Pick

2. Menghindari tindakan mencuri

2. Menghindari tindakan mencuri
Unsplash/Kelly Sikkema

Berikutnya ada sila kedua yang berbunyi, “Adinnādānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi”, dengan arti bertekad melatih diri menghindari pengambilan barang yang tidak diberikan. Pengertian mudahnya adalah menghindari tindakan mencuri sesuatu.

Selain aksi mencuri pada umumnya, tindakan lainnya seperti merampok, korupsi, penggelapan barang atau uang, berjudi, dan taruhan juga hal-hal yang perlu dihindari agar tidak melanggar sila yang kedua ini.

Lebih lanjut, suatu perbuatan disebut mencuri dan melanggar sila kedua jika terdapat syarat berikut:

  1. Adanya barang milik orang lain.
  2. Kita mengetahui kalau barang tersebut milik orang lain.
  3. Ada kehendak dalam diri untuk mencuri barang itu.
  4. Ada usaha untuk melakukan perbuatan itu.
  5. Terjadi perpindahan barang yang bukan milik kita sebagai akibat dari pencurian.

3. Menghindari tindakan asusila

3. Menghindari tindakan asusila
Freepik/KamranAydinov

Selanjutnya adalah sila ketiga, yang memiliki lirik, “Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi”. Lirik ini artinya bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila, yaitu tindakan-tindakan yang tidak sopan dan tidak beradab.

Tindakan yang dihindari termasuk berciuman, menyenggol, atau mencolek seseorang tanpa seizinnya, dan perbuatan lainnya yang bersifat seksual dan tidak sopan.

Adapun syarat-syarat yang membuat suatu perbuatan dikatakan melanggar sila ketiga ini, yaitu:

  1. Adanya objek.
  2. Ada kehendak dalam diri untuk melakukan tindakan asusila.
  3. Ada usaha untuk melaksanakannya.
  4. Berhasil melaksanakan tindakan tersebut.

4. Menghindari tindakan berbohong

4. Menghindari tindakan berbohong
Unsplash/Annie Spratt

Sila keempat dalam Pancasila Buddhis yang berbunyi, “Musāvādā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi” mempunyai arti bertekad melatih diri menghindari perkataan yang tidak benar. Untuk memudahkannya, sila ini sering disebut sebagai aturan untuk menghindari tindakan berbohong.

Tidak hanya berbohong, melakukan penipuan, fitnah, berkata kasar, berucap omong kosong, dan bergosip hal-hal yang tidak berguna juga merupakan bentuk pelanggaran dari sila keempat ini.

Berikut pula syarat terjadinya perbuatan tersebut:

  1. Ada suatu hal yang tidak benar.
  2. Ada kehendak untuk mengucapkannya.
  3. Ada usaha dalam mengucapkan hal tersebut.
  4. Mengatakan kebohongan atau kedustaan itu, dan ada orang lain yang mendengarnya.

5. Menghindari mabuk-mabukan

5. Menghindari mabuk-mabukan
Pexels/rebcenter moscow

Sila kelima dan terakhir dalam Pancasila Buddhis berlirik, “Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi”, yang berarti bertekad melatih diri menghindari makanan dan minuman yang menimbulkan lemahnya kewaspadaan.

Mengonsumsi makanan maupun minuman yang memabukkan, seperti alkohol dan narkoba, merupakan hal yang harus dihindari agar tidak melanggar sila kelima.

Beberapa syarat terjadinya suatu perbuatan sehingga melanggar sila ini, antara lain:

  1. Menyadari adanya makanan dan minuman yang dapat melemahkan kewaspadaan.
  2. Ada kehendak untuk mengonsumsi makanan dan minuman itu.
  3. Ada usaha dalam melakukan hal tersebut.
  4. Telah memakan dan meminumnya.

Itu dia Pancasila Buddhis dalam agama Buddhayang perlu diajarkan dan dijalankan pada anak dalam kehidupan sehari-hari.

Lima sila yang disebutkan tadi bukanlah sebuah larangan keras, melainkan pedoman utama bagi setiap manusia untuk melatih diri dalam menghindari perbuatan-perbuatan yang buruk.

Yuk, Ma, ajak anak untuk mulai terapkan kelima sila ini agar dia dapat menumbuhkan berbagai sifat dan perilaku baik pada dirinya!

Baca juga:

The Latest