Gejala, Tes Diagnosa, dan Cara Perawatan DBD pada Anak

Biasanya ditandai dengan demam tinggi selama 2-7 hari, Ma

9 Juni 2020

Gejala, Tes Diagnosa, Cara Perawatan DBD Anak
Pexels/Icon0.com

Penyakit demam berdarah dengue atau biasa disebut DBD merupakan penyakit yang disebabkan virus yang dibawa oleh nyamuk Aedes Aegypti.

Nyamuk pembawa virus DBD ini memiliki ciri-ciri, berwarna hitam dengan bercak putih pada badan dan kaki, hidup dan berkembang biak di dalam rumah dan sekitarnya, terutama pada tempat yang gelap serta lembap.

Penyakit DBD ini paling sering dijumpai di daerah tropis, seperti Indonesia. Tak hanya menyerang orang dewasa, DBD juga bisa dialami oleh anak-anak lho, Ma. Untuk itu, Mama perlu tahu gejala awal, cara mendiagnosa penyakit, dan cara perawatan jika si Kecil terserang DBD.

Berikut gejala, tes diagnosa dan cara perawatan DBD pada anak yang telah Popmama.com rangkum dari berbagai sumber. 

1. Gejala awal penyakit demam berdarah

1. Gejala awal penyakit demam berdarah
Pexels/Sam K

Melansir laman KidsHealth, ada beberapa gejala awal yang dapat menjadi tanda bahwa buah hati Mama terkena demam berdarah. Berikut di antaranya:

  • Demam tinggi hingga 40° C,
  • Muncul rasa sakit di belakang mata dan di sendi, otot, atau tulang,
  • Sakit kepala yang cukup parah,
  • Adanya ruam sebagian besar tubuh,
  • Terjadi pendarahan ringan dari hidung atau gusi,

Beberapa bagian tubuh mudah memar. Gejala tersebut biasanya muncul secara ringan pada anak-anak dan dapat terjadi selama 2-7 hari.

Setelah demamnya mereda, si Kecil mungkin akan mengalami gejala lanjutan, seperti masalah pencernaan yang meliputi rasa mual, muntah, atau sakit perut yang parah; dan masalah pernapasan, seperti kesulitan bernapas.

Munculnya dehidrasi, perdarahan hebat, hingga penurunan tekanan darah secara cepat.

Jika Mama menemukan kondisi anak dengan gejala tersebut dan tak kunjung membaik, sebaiknya segera bawa ke dokter untuk mendapatkan perawatan.

Penanganan dan pengobatan yang tepat dan segara akan mengurangi risiko buruk akibat DBD karena dalam beberapa kasus, penyakit ini bisa menimbulkan kecacatan hingga kematian pada pasien. 

2. Tes diagnosa demam berdarah pada anak

2. Tes diagnosa demam berdarah anak
Pexels/Edward Jenner

Ketika yakin anak Mama mengalami gejala DBD, dokter akan memeriksa dan mengevaluasi gejala-gejala fisik untuk membuat diagnosis.

Selain itu, dokter juga akan bertanya riwayat kesehatan si buah hati, seperti mengunjungi tempat rawan DBD dan kemudian mengambil darah sebagai sampel untuk pengujian laboratorium.

Tes darah ini dilakukan untuk memeriksa keberadaan antibodi yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh anak sebagai respons terhadap infeksi. Hasil tes darah akan menjadi keputusan akhir apakah anak Mama perlu dirawat di rumah sakit atau bisa rawat jalan.

Ada beberapa kriteria yang menunjukkan anak positif terkena DBD, yaitu:

  • Munculnya demam tinggi selama 2-7 hari berturut-turut,
  • Nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi, dan nyeri bagian belakang mata, 
  • Terdapat pembesaran pada bagian hati,
  • Terjadi pengentalan darah atau disebut hemokonsentrasi. Ini terjadi karena perembesan plasma, dengan nilai Hct (Hematokrit) berkisar antara 20% dari saat normal, penumpukan cairan di rongga perut (asites), penumpukan cairan di membran paru-paru (efusi pleura), rendahnya kadar albumin di serum darah (hipoalbumin), dan rendahnya kadar protein di darah (hipoproteinemia),
  • Trombosit di bawah 150.000/milimeter kubik, dengan angka normal berkisar 150.000-450.000/milimeter kubik. 

3. Perawatan saat anak terkena demam berdarah

3. Perawatan saat anak terkena demam berdarah
Pexels/Polina Tankilevitch

Ketika anak telah dinyatakan terkena DBD, Mama perlu memerhatikan cara perawatan yang tepat. Terutama memerhatikan kadar air yang masuk ke dalam tubuh anak karena pasien DBD dianjurkan untuk cukup minum. Minum air putih diperbolehkan, tetapi lebih diutamakan cairan yang mengandung elektrolit, seperti jus buah atau oralit. 

Mengutip dari laman Hopkinsallchildrens, Mama sebaiknya rutin memantau konsumsi obat yang telah diresepkan oleh dokter, seperti obat penghilang rasa sakit kepala dan rasa sakit yang timbul saat DBD. 

Jangan lupa untuk memberikan si Kecil makanan bergizi seimbang dan istirahat yang cukup untuk mempercepat proses pemulihan. Biasanya, pasien DBD akan sembuh dalam kurun waktu 1-2 minggu dan tidak akan menyebabkan masalah yang berkepanjangan di kemudian hari. 

Anak akan dinyatakan cukup baik dan diperbolehkan pulang ke rumah dan rawat jalan ketika:

  • Demamnya benar-benar hilang sehingga suhu tubuh menjadi normal, 
  • Frekuensi nadi, tekanan darah, dan frekuensi napas menjadi stabil,
  • Tidak terjadi pendarahan, 
  • Kadar hematokrit stabil pada kadar basal,
  • Nafsu makan telah membaik, 
  • Tidak tampak gangguan pernapasan yang disebabkan efusi pleura atau asites,
  • Jumlah trombosit di atas 50.000/mm3.

Itulah beberapa hal penting yang perlu Mama ketahui mengenai DBD pada anak. Sebenarnya, penyakit ini dapat dicegah dengan menjaga kebersihan lingkungan. 

Mulai dari langkah 3M yang meliputi, Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan air, seperti bak mandi atau toilet, minimal seminggu sekali, Menutup rapat-rapat penampung air (gentong air, tangki air, atau drum), serta Mengubur atau mendaur ulang barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan.

Baca juga:

The Latest