Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

6 Cara Orangtua Mendukung Anak saat Menghadapi Masalah Pertemanan

Anak laki-laki duduk dan menangkupkan tangan melihat tanah
Freepik
Intinya sih...
  • Saat anak merasa ditinggalkan teman, hindari kalimat meremehkan dan fokus menjadi tempat aman bagi anak.
  • Saat rahasia dibocorkan atau teman tidak jujur, biarkan anak memutuskan tanpa memaksakan pilihan tertentu.
  • Saat anak sendiri menyakiti atau mengecualikan teman, bantu anak refleksi diri tanpa mempermalukan atau menghukum secara berlebihan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di usia sekolah dasar, anak mulai merasakan “drama” persahabatan yang berbeda dari sebelumnya. Ada momen ketika mereka merasa ditinggalkan teman, dikhianati, atau tidak disukai teman sebaya. Perasaan ini bisa membuat anak sedih, marah, atau bingung mengekspresikan emosinya.

Sebagai orangtua, Mama mungkin sering bingung harus berkata apa atau bagaimana menenangkannya. Reaksi spontan seperti memberi nasehat langsung atau menenangkan anak bisa saja kurang tepat dan malah membuat anak merasa tidak didengar.

Agar Mama bisa mendukung anak menghadapi masalah pertemanan dengan lebih bijak, Popmama.com merangkum enam cara orangtua mendukung anak saat menghadapi masalah pertemanan.

Yuk, disimak!

1. Saat anak merasa ditinggalkan teman

Anak laki-laki sendirian di antara teman-temannya yang bermain basket
Freepik

Banyak anak merasa sedih ketika tidak diajak bermain atau merasa ditinggalkan dalam sebuah kelompok. Reaksi seperti ini sangat wajar dan merupakan bagian dari perkembangan sosial anak.

Sebagai orangtua, hindari mengucapkan kalimat seperti, “Teman itu tidak penting” atau “Cari teman lain saja.” Kalimat seperti ini dapat membuat anak merasa perasaannya tidak dianggap.

Sebagai gantinya, orangtua bisa mengatakan, “Aku mengerti perasaanmu, Mama tahu ini pasti menyakitkan. Wajar kalau kamu sedih.” Setelah itu, duduk bersama anak dan biarkan mereka mengekspresikan emosinya. Fokus utama orangtua adalah menjadi tempat aman bagi anak, bukan langsung memberi solusi.

2. Saat rahasia dibocorkan atau teman tidak jujur

Kedua anak saling diam karena salah paham
Freepik

Anak mungkin merasa kecewa atau marah ketika teman membocorkan rahasianya, berbohong, atau memilih pihak lain dalam sebuah konflik. Perasaan ini wajar karena anak mulai belajar soal kepercayaan dan batasan dalam persahabatan.

Sebagai orangtua, hindari mengucapkan kalimat seperti, “Aku sudah bilang jangan percaya mereka” atau “Itu akibatnya kalau…” Kalimat ini bisa membuat anak merasa dilematis dan tidak percaya diri dalam menilai teman.

Sebagai gantinya, orangtua bisa berkata, “Kamu mempercayai temanmu, tapi mereka melanggar kepercayaan itu. Wajar kalau kamu merasa marah atau sedih.” Setelah itu, biarkan anak memutuskan apakah ingin memperbaiki hubungan atau menjauh. Orangtua cukup mendukung keputusan anak tanpa memaksakan pilihan tertentu.

3. Saat anak sendiri menyakiti atau mengecualikan teman

Anak-anak terlihat mengucilkan atau mem-bully anak perempuan
Freepik/gpointstudio

Tidak jarang anak membuat keputusan yang menyakiti teman, misalnya mengecualikan atau bersikap kasar. Reaksi spontan orangtua seperti marah atau menuntut permintaan maaf segera bisa membuat anak merasa dipermalukan dan sulit belajar dari kesalahan.

Hindari kalimat seperti, “Kenapa kamu melakukan itu?” atau “Segera minta maaf!” Sebagai gantinya, orangtua bisa berkata, “Kamu membuat pilihan yang menyakiti temanmu. Bisa ceritakan alasannya?”

Setelah itu, bantu anak memahami dampak dari perbuatannya dan mendorong mereka untuk menebus kesalahan dengan cara yang tulus. Fokus utama adalah mengajarkan anak refleksi diri, bukan mempermalukan atau menghukum secara berlebihan.

4. Saat persahabatan mulai berubah atau bertengkar

Anak perempuan terlihat murung dan sedih
Freepik

Seiring waktu, persahabatan anak bisa berubah, misalnya teman mulai menjauh, bertengkar, atau minat mereka berbeda. Perasaan sedih atau kecewa adalah hal yang wajar dan bagian dari pembelajaran sosial anak.

Hindari kalimat seperti, “Nanti kamu akan punya teman baru” atau “Kamu terlalu muda untuk mengerti.” Kalimat ini bisa membuat anak merasa perasaannya diremehkan.

Sebagai gantinya, orangtua bisa mengatakan, “Persahabatan bisa berubah seiring waktu. Sedih itu wajar, dan Mama memahami perasaanmu.” Beri ruang bagi anak untuk merasakan kehilangan dan pahami emosinya tanpa meminimalkan pengalaman mereka.

5. Saat anak tertarik pada teman dengan pengaruh negatif

Ketiga anak tersebut terlihat tidak senang dan anak laki-laki memainkan rambut anak perempuan
Freepik

Beberapa anak mungkin mulai dekat dengan teman yang memberi pengaruh kurang baik, misalnya membuat mereka berperilaku berbeda dari biasanya. Perasaan penasaran atau ketertarikan itu wajar, tapi perlu bimbingan orangtua.

Hindari kalimat seperti, “Kamu tidak boleh berteman dengan mereka” atau “Mereka teman buruk.” Kalimat ini cenderung memicu perlawanan dan membuat anak merasa dikontrol.

Sebagai gantinya, orangtua bisa berkata, “Aku melihat perilakumu berbeda saat bersama teman itu. Bisa ceritakan apa yang kamu sukai dari pertemanan ini?” Tetap bersikap ingin tahu tanpa memaksa anak menjauh. Pendekatan ini membantu anak memahami pengaruh teman tanpa merasa tertekan.

6. Saat anak merasa sendiri atau tidak disukai

Anak laki-laki menempelkan kepanya pada dinding dan terlihat sedih
Freepik

Tidak jarang anak merasa tidak ada yang menyukai mereka atau selalu sendirian. Perasaan ini bisa sangat berat dan membuat anak merasa sedih atau terisolasi.

Hindari kalimat seperti, “Itu tidak benar” atau “Kamu berlebihan.” Kalimat ini justru bisa membuat anak merasa perasaannya diabaikan.

Sebagai gantinya, orangtua bisa mengatakan, “Sepertinya kamu merasa sangat sendiri sekarang. Mama ada di sini untuk mendengarkan.” Selain itu, bantu anak mencoba langkah kecil untuk terhubung kembali, misalnya mengundang satu teman bermain atau ikut aktivitas baru. Keberhasilan kecil akan meningkatkan rasa percaya diri anak.

Dengan menerapkan enam cara orangtua mendukung anak saat menghadapi masalah pertemanan, anak belajar menghadapi konflik dan merasa aman serta didukung oleh orangtua.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Kronologi 10 Sekolah di Depok Dapat Teror Bom, Ini Daftarnya!

24 Des 2025, 11:30 WIBBig Kid