Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Cara Membantu Anak Menata Hatinya Setelah Terluka karena Pertemanan

Cara Membantu Anak Menata Hatinya Setelah Terluka karena Pertemanan
Freepik
Intinya sih...
  • Akui bahwa luka pertemanan itu nyata. Perasaan kecewa, marah, atau menutup diri adalah respons yang umum.
  • Validasi perasaan anak sebelum memberi respons. Pentingnya validasi agar si Anak merasa aman untuk bercerita.
  • Hindari meremehkan cerita anak Mama. Kalimat meremehkan membuat anak menutup diri.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Rasa terluka karena pertemanan sering kali dianggap persoalan kecil, padahal dampaknya bisa sangat memengaruhi emosi dan kepercayaan diri anak mama. Ketika mengalami situasi seperti diabaikan atau dijauhi teman, si Anak dapat merasa kecewa, marah, atau bahkan mulai meragukan dirinya sendiri.

Melalui penjelasan psikolog Irma menekankan bahwa luka seperti ini nyata dan perlu didampingi dengan empati. Anak membutuhkan ruang yang aman untuk bercerita sebelum akhirnya mampu memproses perasaannya secara perlahan.

Agar Mama dapat memberikan dukungan yang tepat, berikut Popmama.com rangkum cara membantu remaja menata hatinya setelah terluka karena pertemanan berdasarkan penjelasan dari psikolog Irma.

Disimak ya, Ma!

1. Akui bahwa luka pertemanan itu nyata

Anak laki-laki dan mama saling berpelukan
Freepik

Bagi anak mama, pertemanan bukan sekadar tempat bermain, tetapi menjadi bagian penting dalam proses mengenal diri. Itu sebabnya, ketika si Anak merasa diabaikan atau dijauhi, reaksi yang muncul bisa terasa sangat besar bagi mereka. Psikolog Irma menjelaskan bahwa luka karena pertemanan itu benar-benar nyata dan tidak boleh dianggap berlebihan.

Perasaan kecewa, mudah marah, atau memilih menutup diri adalah respons yang umum muncul ketika hubungan pertemanan mereka terganggu. Dengan memahami bahwa perasaan tersebut valid, Mama bisa lebih peka saat si Anak menunjukkan perubahan emosi.

2. Validasi perasaan anak sebelum memberi respons

Mama dan anak perempuan sedang duduk di sofa bersama sambil berpelukan
Freepik

Sebelum memberikan saran apa pun, anak mama perlu merasa bahwa emosinya diterima terlebih dahulu. Psikolog Irma menekankan pentingnya validasi agar si Anak merasa aman untuk bercerita. Ungkapan sederhana seperti “Pasti kamu sedih, ya” atau “Aku mengerti kamu kecewa” dapat membantu mereka merasa dipahami.

Validasi bukan berarti membenarkan semua yang terjadi, tetapi menunjukkan bahwa Mama hadir dan siap mendengarkan. Ketika si Anak merasa diterima tanpa dihakimi, mereka lebih mudah membuka diri dan menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.

3. Hindari meremehkan cerita anak Mama

Mama dan Papa sedang mengobrol bersama anak perempuan sambil menyisir rambut anak
Freepik

Kalimat seperti “Cari teman lain saja” atau “Begitu saja sedih” mungkin terdengar ringan, tetapi bisa membuat si Anak merasa tidak dimengerti. Psikolog Irma mengingatkan bahwa meremehkan perasaan justru membuat anak menutup diri dan enggan bercerita lagi.

Mama perlu menunjukkan bahwa cerita mereka penting. Dengarkan dengan penuh perhatian, lalu beri ruang agar si Anak bisa mengekspresikan apa yang ia rasakan tanpa takut dihakimi. Sikap ini membantu membangun rasa aman dan kepercayaan dalam hubungan Mama dan anak.

4. Dampingi tanpa terburu-buru memberi solusi

Mama sedang memangku anak perempuandan tersenyum
Freepik

Ketika anak mama bercerita tentang masalah pertemanannya, dorongan untuk langsung memberikan solusi sering muncul. Namun, psikolog Irma mengingatkan bahwa si Anak tidak selalu membutuhkan jalan keluar instan. Yang mereka butuhkan adalah didengarkan, ditemani, dan diberi waktu untuk menenangkan diri.

Dengan mendampingi tanpa tergesa mengarahkan, Mama membantu anak belajar memproses emosinya sendiri. Pendekatan ini membuat mereka merasa didukung tanpa merasa ditekan untuk cepat “baik-baik saja”.

5. Ajak anak melakukan refleksi secara perlahan

Mama dan anak laki-laki sedang mengobrol bersama di rumah
Freepik

Setelah emosi si Anak mulai lebih stabil, Mama dapat mengajaknya melihat kembali apa yang sebenarnya ia rasakan dan pelajari dari kejadian tersebut. Psikolog Irma menekankan bahwa refleksi bukan untuk mencari siapa yang salah, tetapi membantu anak memahami dirinya dengan lebih baik.

Dengan bertanya pelan-pelan, seperti “Apa yang kamu rasakan waktu itu?” atau “Menurut kamu, apa yang bisa kamu ambil dari pengalaman ini?”, Mama membantu anak membangun ketahanan emosional tanpa membuatnya merasa disalahkan.

6. Yakinkan bahwa nilai diri anak tetap berharga

Mama dan anak perempuan sedang menghabiskan waktu bersama di taman
Freepik

Konflik pertemanan sering membuat si Anak merasa ada yang salah dengan dirinya. Psikolog Irma mengingatkan bahwa anak perlu diyakinkan bahwa mereka tetap berharga, meski ada teman yang menjauh atau hubungan yang berubah.

Ucapan sederhana seperti “Kamu tetap berharga” atau “Kehilangan teman tidak mengurangi nilai dirimu” dapat membantu memulihkan rasa percaya diri mereka. Pengingat seperti ini penting agar anak tidak mendasarkan nilai dirinya hanya pada penerimaan teman.

Dengan memahami perasaan anak Mama dan mendampinginya dengan empati, proses membantu remaja menata hatinya setelah terluka karena pertemanan dapat berjalan lebih hangat dan bermakna.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Big Kid

See More

Ngeri! Siswi SMP di Medan Diduga Bunuh Ibu Kandungnya dengan Sadis

15 Des 2025, 13:02 WIBBig Kid