Seru! Berkunjung ke SOS Children's Villages Semarang

Semua anak terlantar dirawat dengan penuh kasih sayang

6 Februari 2022

Seru Berkunjung ke SOS Children's Villages Semarang
Dok. SOS Children’s Village

Tak semua anak yang terlahir di dunia ini beruntung. Beberapa dari mereka ada yang harus ditinggalkan orangtuanya sejak kecil, baik karena meninggal dunia maupun ditelantarkan.

Namun, mereka pun berhak mendapat kasih sayang dan kehidupan yang layak. Untuk itu, Herman Gmeiner mendirikan organisasi sosial SOS Children’s Villages pada tahun 1949.

Mulai saat itu, organisasi ini terus berkembang dan hadir di berbagai negara, salah satunya di Indonesia.

Di Indonesia ada 9 titik pedesaan yang dibuat untum menampung anak terlantar. Salah satunya yakni SOS Children’s Villages Semarang yang telah berdiri sejak 31 Januari 1985.

Setelah 37 tahun berlalu, tempat ini telah menjadi rumah untuk banyak anak terlantar di Indonesia. Tentunya dengan segala fasilitas yang selalu diperbaiki.

Kini,Popmama.com akan mengajak Mama dan si Anak untuk melihat-lihat keadaan SOS Children’s Villages Semarang.

1. Ada seorang ibu yang menjadi orangtua untuk anak-anak terlantar

1. Ada seorang ibu menjadi orangtua anak-anak terlantar
Dok. SOS Children’s Village

Layaknya sebuah desa pada umumnya yang terdiri dari beberapa keluarga, di tempat ini oun terdapat 14 rumah keluarga. Salah satu rumah merupakan rumah pimpinan desa yang dihuni oleh Tante (asisten Ibu yang membantu Ibu SOS). Sedangkan rumah lainnya diisi oleh sebuah keluarga yang terdiri dari satu ibu asuh dan 10 anak.

Hal ini membuat semua anak-anak terlantar merasakan mendapat kasih sayang yang tulus dari orangtua.

“Menjadi salah seorang Ibu di SOS Children’s Villages Semarang merupakan suatu kebanggaan bagi saya. Saya melakukannya dengan sepenuh hati. Saya tumbuh besar dengan keluarga yang hangat dan mencintai saya, saya ingin membagikan perasaan tersebut untuk anak-anak yang belum seberuntung saya," ujar Riri Wahyuwulan, salah satu ibu asuh.

"Keluarga juga bukanlah semata-mata dinilai dari ikatan darah, tapi keluarga adalah sosok yang tiap hari mendampingi, mengayomi dan melindungi kita. Saya ingin menjadi berkah tersebut untuk anak-anak SOS Children’s Village Semarang,” imbuhnya.

Rasa bahagia yang dirasakan oleh anak-anak di desa ini pun bersumber dari aktivitas harian yang menyenangkan. Di sana anak-anak bisa bermain futsal, mewarnai dan menggambar, latihan taekwondo, belajar menari, dan lain sebagainya. Seru banget!

2. Banyak aktivitas seru yang tersedia untuk meningkatkan kemampuan anak-anak di desa

2. Banyak aktivitas seru tersedia meningkatkan kemampuan anak-anak desa
Instagram.com/desaanaksos

Tak hanya kasih diberi banyak kasih sayang dari ibu asuh, setiap anak di desa ini pun dididik untuk tumbuh dan berkembang menjadi anak yang mandiri dan berkompeten di masa depan. 

Salah satunya dengan menyekolahkan mereka pada sekolah negeri dan swasta yang berada di sekitar desa. Kemudian, memberikannya pelatihan-pelatihan seperti berbisnis dan lainnya. 

“SOS Children’s Village Semarang berkomitmen untuk membantu remaja mempersiapkan kemandirian. Dengan berbagai edukasi, pelatihan, dan kompetisi saya melihat langsung semangat anak-anak kami dalam meraih masa depan seperti yang mereka cita-citakan,” ujar Ardik Setiawan, Village Director SOS Children’s Village Semarang.

Salah satu contoh pelatihan serta kompetisi yang diselenggarakan di desa ini yakni “Kompetisi Perintisan Usaha Remaja” yang diadakan pada tahun lalu.

Dalam acara ini, semua peserta diajarkan mengenai bagaimana memulai dan menjalankan usaha sekaligus didampingi langsung oleh profesional dan relawan dari mitra korporasi swasta.

3. Kesehatan fisik dan mental anak di desa terpenuhi

3. Kesehatan fisik mental anak desa terpenuhi
Dok. SOS Children’s Village

Agar segala aktivitas positif anak-anak berjalan dengan lancar, tentunya mereka harus dalam keadaan sehat. Untuk itu, pihak desa pun selalu memberi anak-anak makanan yang bergizi. 

Selain kesehatan fisik, pihak desa pun peduli dengan kesehatan mental anak-anak. Maka, ada pelayanan konseling dari para psikolog untuk anak-anak. Bahkan, selama pandemi pun konseling ini tetap berjalan dengan melakukannya secara online atau virtual. 

Semoga, organisasi ini dapat terus bertahan dan membangun keluarga yang kuat dan penuh kasih sayang untuk anak-anak yang ditinggalkan, rentan, dan kehilangan pengasuhan orangtua.

Baca juga:

The Latest