Anak di Bali Meninggal Usai Begadang Siwaratri, Apa itu Siwaratri?

Hari Raya Siwaratri dilaksanakan oleh setiap umat Hindu

24 Maret 2023

Anak Bali Meninggal Usai Begadang Siwaratri, Apa itu Siwaratri
klungkungkab.go.id

Meninggal ketika sedang merayakan Hari Raya berdasarkan agama masing-masing bukanlah suatu hal yang terduga. Meski demikian, beberapa kejadian justru menunjukkan bahwa hal seperti itu dapat terjadi.

Misalnya saja di Bali, di mana terjadi sebuah kasus seorang anak yang meninggal setelah begadang guna memperingati Hari Raya Siwaratri. Peristiwa ini dikabarkan oleh akun Tiktok @balikembangchannel1.

Banyak warga, kenalan, dan teman-teman si Anak yang berduka atas kepergiannya.

Namun, sebetulnya apa itu Siwaratri?

Kali ini Popmama.com telah merangkum sejumlah informasi mengenai Siwaratri akibat kejadian yang menimpa anak di Bali ini. Dibacakan pada anak yuk, Ma.

1. Apa itu Hari Raya Siwaratri?

1. Apa itu Hari Raya Siwaratri
Pexels/ Artem Beliaikin

Sebelumnya, anak mempelajari tentang Hari Raya setiap agama di Indonesia. Salah satunya adalah Hari Raya Nyepi yang dirayakan oleh umat Hindu.

Selain Nyepi, Hari Raya Siwaratri juga merupakan salah satu perayaan yang dianut oleh umat beragama Hindu. Terdiri dari 2 kata, yaitu Siwa yang berasal dari bahasa Sansekerta dan Ratri.

Kata Siwa memiliki arti baik hati, suka memaafkan, memberi harapan, dan membahagiakan. Sementara itu, Ratri dapat diartikan sebagai kegelapan.

Maka dari itu, Siwaratri dapat diartikan sebagai malam pemerilina atau pelebur kegelapan dalam diri dan hati untuk menuju jalan yang lebih terang.

Hari Raya Siwaratri diperingati setiap setahun sekali berdasarkan kalender Isaka yaitu pada purwaning Tilem atau panglong ping 14 sasih Kepitu (bulan ke tujuh) sebelum bulan mati (tilem), dalam kalender Masehi setiap bulan Januari. Pada 2023, Hari Raya Siwaratri jatuh tanggal 20 Januari 2023.

Pada Hari Raya Siwaratri terdapat beberapa tingkatan sesuai kemampuan, antara lain:

  1. Utama: melakukan Jagra (berjaga/begadang), Upawasa (puasa makan dan minum), Monabrata (berdiam diri dan tidak berbicara).
  2. Madhya: melakukan Jagra (berjaga/begadang), Upawasa (puasa makan dan minum).
  3. Nista: hanya melakukan Jagra (berjaga/begadang).

2. Apa itu Hukum Karmaphala?

2. Apa itu Hukum Karmaphala
Dok. Kemdikbud

Pernah mendengar tentang karma? Kalau karma yang anak tahu, mungkin adalah hal-hal buruk yang diterima karena perbuatan jahat yang pernah kita lakukan.

Kalau di agama Hindu, karma memiliki ajarannya sendiri, Ma.

Hukum Karmaphala merupakan salah satu dari lima keyakinan (Panca Sradha) Agama Hindu. Kata ini tersusun dari 2 buah kata, yaitu karma dan phala.

Karma berarti perbuatan dan aksi. Sementara itu, phala memiliki arti buah dan hasil. Jika disimpulkan, karmaphala berarti buah dari perbuatan, baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.

Keyakinan ini mengajarkan bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Jika perbuatan kita baik, maka kita memperoleh hal-hal baik, begitu pula sebaliknya.

Editors' Pick

3. Siwaratri pemujaan untuk Dewa Siwa

3. Siwaratri pemujaan Dewa Siwa
Dok. SMKN 1 MAS UBUD

Hari Raya Siwaratri juga diketahui sebagai hari pemujaan untuk Dewa Siwa. Bukan tanpa sebab, ada kisah sendiri di belakang perayaan ini.

Terdapat sebuah kisah Lubdaka yang ditulis oleh Empu Tanakung. Alkisah, seorang pemburu binatang memiliki banyak dosa karena membunuh binatang tak bersalah.

Suatu malam, sang pemburu terpaksa bermalam di hutan sambil berdiam diri di atas pohon agar tidak tertidur. Tanpa disadari, malam itu adalah hari Siwaratri.

Pemburu itu menyesali semua perbuatannya karena sudah membunuh binatang tak bersalah dan berjanji untuk tidak melakukannya lagi. Setelah meninggal, arwah pemburu binatang tersebut dijatuhkan ke neraka akibat perbuatannya semasa hidup.

Namun, tiba-tiba munculah Dewa Siwa yang berniat membebaskan sang pemburu binatang dari neraka. Pasukan Cikrabala yang bertugas membawa pemburu ke neraka mempertanyakan hal tersebut.

Dewa Siwa menjelaskan bahwa sang pemburu telah menebus dosa-dosanya dengan begadang semalaman dan menyesali perbuatannya sehingga ia berhak mendapat pengampunan.

Kisah tersebut menggambarkan Hari Raya Siwaratri sebagai malam peleburan dosa.

4. Makna tidak tidur selama 36 jam

4. Makna tidak tidur selama 36 jam
Pixabay/GoldenViolinist

Dari kisah sang pemburu yang terjaga di malam hari dan meminta pengampunan atas segala dosanya, terlihat bahwa peleburan dosa atau nafsu-nafsu dunia pun dapat dilakukan juga oleh para umat Hindu di hari yang sudah ditentukan ini.

Begadang atau jagra biasanya dilakukan semalaman, dari pagi sampai pagi hari di keesokan harinya. Atau istilahnya, selama 36 jam dari jam 06.00-18.00 pada keesokan harinya.

Makna sesungguhnya dari Hari Raya Siwaratri adalah malam perenungan suci, yakni ketika manusia dapat mengevaluasi dan mengintrospeksi diri atas perbuatan dan dosa-dosa mereka.

Pada malam tanpa tidur tersebut, manusia bisa memohon kepada Dewa Siwa yang juga sedang melakukan payogan agar diberikan tuntunan sehingga bisa keluar dari perbuatan dosa tersebut.

Pada malam itulah umat manusia melakukan pendekatan spiritual kepada Dewa Siwa untuk menyatukan atman dengan paramatman.

5. Pentingnya tetap menjaga kesehatan saat beribadah

5. Penting tetap menjaga kesehatan saat beribadah
Freepik/rawpixel.com

Meskipun Hari Raya penting untuk dilaksanakan dan dirayakan, tetapi menjaga kesehatan pun juga tidak kalah pentingnya.

Misalnya, sebelum melakukan ibadah atau merayakan Hari Raya, para umat perlu mendapatkan istirahat yang cukup dan asupan makanan-makanan bergizi yang dapat membantu menjaga imunitas tubuh.

Terutama karena di Hari Raya Siwaratri, para umat yang percaya perlu melakukan aktivitas begadang, puasa makan dan minum, serta diam tanpa berbicara.

Perlu adanya persiapan yang matang sebelum merayakan hari ini agar tidak ada korban yang meninggal setelah begadang merayakan Hari Raya.

Melansir dari Healthline terdapat beberapa efek dari begadang, khususnya bagi remaja sendiri, antara lain:

  1. Mengalami peningkatan rasa lapar
  2. Mengalami peradangan kronis akibat otak dan tubuh yang dibiarkan dalam keadaan stres
  3. Cenderung ingin mengonsumsi makanan tinggi kalori

6. Tips mempersiapkan diri sebelum perayaan Siwaratri

6. Tips mempersiapkan diri sebelum perayaan Siwaratri
Dok. Kemenag

Berikut beberapa tips untuk mempersiapkan diri sebelum merayakan Siwaratri yang bisa Mama ajarkan pada anak yang beragama Hindu:

  1. Jangan begadang sehari sebelum perayaan. Tidur lebih awal dan dapatkan istirahat yang cukup agar tubuh tidak lelah terlebih dahulu
  2. Carilah asupan makanan yang sehat dan bernutrisi sebelum melakukan perayaan
  3. Minum air putih yang cukup guna menghindari dehidrasi selama puasa makan dan minum
  4. Yakinkanlah diri kalau Hari Raya tersebut dilakukan karena keinginan diri sendiri (tanpa paksaan) dan jagalah iman selalu agar tidak tergoda dengan hal-hal yang dapat mengganggu ibadah

Dengan mempersiapkan hal-hal tersebut, anak pun akan siap untuk mengikuti Hari Raya Siwaratri bersama orangtuanya.

7. Kenapa begadang di malam hari berbahaya bagi kesehatan?

7. Kenapa begadang malam hari berbahaya bagi kesehatan
Freepik

Apakah Mama dan anak tahu? Begadang memiliki banyak risiko atau dampak yang berbahaya bagi tubuh, apalagi jika dilakukan secara terus-terusan.

Umumnya, waktu tidur yang cukup pada orang dewasa sekitar 7-9 jam per hari, sedangkan anak-anak memerlukan waktu tidur selama 10-13 jam per hari.

Berikut beberapa dampak bahaya begadang bagi kesehatan tubuh:

  1. Mengalami kenaikan berat badan yang bisa berujung pada obesitas
  2. Tubuh menghasilkan lebih banyak hormon stres yang berisiko memicu gangguan mental
  3. Sel-sel dan jaringan otak akan lebih cepat rusak dan sulit diperbaiki sehingga menjadi mudah lupa
  4. Mengurangi kemampuan memecahkan masalah dan konsentrasi
  5. Membuat daya tahan tubuh melemah dan sistem imunitas tubuh pun menurun

Nah, itu dia sekilas informasi tentang Hari Raya Siwaratri​​​​​. Untuk Mama dan anak yang merayakannya, jangan lupa untuk menjaga kesehatan selalu juga, ya!

Baca juga:

The Latest