Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
en.m.wikipedia.org
en.m.wikipedia.org

Jika Mama bertanya pada anak-anak apa cita-cita mereka di masa depan, Mama mungkin akan banyak mendengar mereka menjadi astronot, dokter, guru, pilot, dan lain-lain.

Astronot menjadi pekerjaan yang banyak disukai anak-anak, karena menganggap bahwa pekerjaan ini dapat membuat mereka naik roket, berjalan-jalan di luar angkasa, bahkan mungkin ada yang ingin bertemu dengan alien.

Tapi tahukah anak, bahwa Indonesia memiliki astronot perempuan pertama di Asia?

Yup, beliau bernama Pratiwi Sudarmono. Ia pernah dipersiapkan menjadi astronot pertama Indonesia pada tahun 1986.

Bila anak mama ingin menjadi astronot atau Mama ingin menambah pengetahuan anak, berikut ini Popmama.com telah merangkum profil Pratiwi Sudarmono, astronot perempuan dari Indonesia.

Yuk simak!

1. Tahun 1985, Pratiwi menjadi calon antariksawati atau astronot pertama dari Indonesia

Kompas.com

Indonesia pernah punya calon astronot yang dijadwalkan terbang bersama Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat atau yang dikenal dengan National Aeronautics and Space Administration (NASA).

Beliau adalah Pratiwi Pujilestari Sudarmono atau dikenal dengan Pratiwi Sudarmono. Pada tahun 1985, ia terpilih menjadi calon antariksawati atau astronot pertama dari Indonesia.

Sayangnya ia batal terbang, karena sebulan sebelum keberangkatan, tepatnya 28 Januari 1986, pesawat ulang-alik Challenger yang membawa misi lain, yaitu STS-51-L meledak di udara.

Semula ia dijadwalkan terbang pada Bulan Juni 1986 bersama astronot Inggris untuk mengawal peluncuran satelit Palapa dan mengerjakan eksperimen ilmiah.

2. Meledaknya pesawat ulang alik Challenger membuat program antariksawan asing jadi terlantar

Dw.com

Pesawat ulang-alik Challenger meledak ketika meluncur ke angkasa. Sehingga musibah tersebut menyurutkan program ulang-alik Amerika selama hampir tiga tahun.

Selain itu, musibah ini juga membuat program antariksawan asing yang dijadwalkan ikut penerbangan ulang-alik menjadi telantar, termasuk program yang diikuti Pratiwi.

Berbeda dengan program astronot Inggris yang segera dibubarkan segera setelah terjadi bencana Challenger, program antariksawan Indonesia terus berjalan hingga beberapa tahun setelah kecelakaan itu. Namun statusnya masih menggantung.

3. Lima tahun kemudian, nama calon astronot Indonesia sudah tak ada dalam daftar NASA

nasa.gov

Setelah kecelakaan pesawat, Pratiwi juga masih harus menjaga kebugarannya untuk memenuhi tingkatan tertentu karena secara resmi program itu belum dinyatakan bubar.

Tetapi hingga lima tahun lebih, Pratiwi masih kerap ditanyai wartawan tentang kapan beliau akan terbang.

Namun sayangnya lima tahun setelah kecelakaan itu, daftar nama calon astronot Indonesia sudah tak ada lagi dalam daftar NASA.

Meja yang dulu pernah disediakan untuk calon astronot Indonesia di Johnson Space Center (JSC) di Houston, Texas, juga sudah tak ada lagi.

4. Pratiwi telah memiliki minat mengenai tata surya dan antariksa dari kecil

kompaspedia.kompas.id

Sebelum menjadi calon astronot atau calon antariksawati Indonesia, Pratiwi adalah seorang doktor mikrobiologi. Baliau lahir di Bandung, 31 Juli 1952. Ia merupakan anak sulung dari enam bersaudara dan telah memiliki minat mengenai tata surya dan antariksa dari usianya masih kecil.

Di masa kecilnya, Pratiwi menyelesaikan pendidikan di SD St. Joseph pada tahun 1964, SMP St. Angela pada tahun 1967, dan melanjutkan jenjang SMA di SMA Putri Tarakanita Jakarta pada tahun 1970.

Setelah lulus SMA, Pratiwi Sudarmono melanjutkan pendidikan kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan lulus pada 1976.

Ia pun melanjutkan studi dan penelitiannya di Research Institutefor Microbial Diseases di Osaka University, Jepang. Pada tahun yang sama dia mendapat brevet keahlian dalam bidang mikrobiologi klinik.

Tak hanya itu, Pratiwi Sudarmono juga menjadi wanita Indonesia pertama yang mendapatkan gelar doktor (Ph.D.) di bidang kedokteran dari Jepang.

5. Pratiwi menjadi ilmuwan wakil Indonesia yang terpilih oleh NASA melalui seleksi ketat

m.kumparan.com

Pada tahun 1985, pemerintah Indonesia bekerja sama dengan NASA, dan Pratiwi Sudarmono menjadi ilmuwan wakil Indonesia yang terpilih oleh NASA melalui berbagai seleksi yang ketat.

Misi Wahana Antariksa atau Space Shuttle berencana menuju luar angkasa menggunakan pesawat ulang-alik Columbia pada 24 Juni 1986. Misi tersebut bertujuan untuk membawa tiga satelit komersial, yaitu Skynet 4A, Palapa B3, dan Westar 6S.

Pratiwi menjadi satu-satunya calon astronot perempuan Indonesia dengan ditemani salah satu kandidat astronot Indonesia lain, yaitu Taufik Akbar, seorang insinyur telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Taufik menjadi awak cadangan untuk misi peluncuran STS-61-H di Amerika Serikat.

6. Memiliki berbagai prestasi membuat Pratiwi menerima berbagai penghargaan

fk.ui.ac.id

Meski tidak jadi terbang pada 24 Juni 1986, Pratiwi berkesempatan menjalani penelitian yang dijalankan di komplek NASA. Beliau juga menjalani pelatihan astronot dan mempelajari struktur luar kendaraan luar angkasa.

Melalui berbagai prestasinya, Pratiwi menerima berbagai penghargaan, salah satunya pada tahun 2019 yaitu penghargaan GE Indonesia Recognition for Inspiring in STEM award.

Kemudian di tahun 1990-an, Pratiwi menghabiskan waktunya di laboratorium yang dikembangkan dengan dana Bantuan Presiden yang sering ia sebut "laboratorium indah".

Banyak riset yang dilakukannya di laboratorium itu, seperti pengembangan kit diagnostik untuk demam berdarah.

Pratiwi juga aktif dalam kegiatan manajemen birokrasi. Kini Pratiwi Sudarmono lebih mengabdikan diri menjadi guru besar atau profesor kehormatan ilmu mikrobiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Nah itulah informasi seputar profil Pratiwi Sudarmono, astronot pertama dari Indonesia. Semoga dengan memberi tahu anak informasi di atas, dapat memotivasi anak agar pantang menyerah untuk mencapai impiannya di masa depan!

Editorial Team