Balita yang Digigit Ikan Aligator di Lapas Sukamiskin Menjadi Trauma

trauma bisa diatasi dengan penanganan yang tepat

9 Januari 2020

Balita Digigit Ikan Aligator Lapas Sukamiskin Menjadi Trauma
Pinterest

Ikan aligator termasuk kedalam kategori ikan berbahaya yang dilarang dirawat, dipasarkan dan dilepasliarkan.

Sesuai dengan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 14 Tahun 2014 tentang larangan pemasukan jenis ikan berbahaya dari luar negeri ke dalam wilayah perairan Indonesia.

Hal ini memiliki dampak yang mengganggu ekosistem air lainnya. Dalam Peraturan Meteri Kelautan dan Perikanan juga disebutkan terdapat 153 spesies ikan berbahaya dan invasif yang dilarang untuk dirawat maupun diperdagangkan. Dari 153 ikan itu terdapat ikan aligator, piranha, arapaima, tiger fish dan sapu-sapu.

Balita Digigit Ikan Aligator Lapas Sukamiskin Menjadi Trauma
Pinterest

Baru-baru ini, terjadi sebuah kejadian mengenaskan. Ikan aligator ini menyerang balita berusia 1,5 tahun. Balita itu digigit ketika tangannya mencoba memasuki kolam tersebut. Kejadian ini terjadi di kolam ikan Lapas Wanita Sukamiskin, Bandung.

Kejadian bermula pada hari Jumat (3/1/2020), balita yang bernama Zishan itu pergi bersama tante dan kedua keponakannya ke Lapas Wanita Sukamiskin Bandung untuk menjenguk salah satu saudaranya.

Di lapas itu terdapat sebuah kolam ikan, Zishan yang masih kecil tertarik untuk melihatnya. Tantenya tidak mengetahui bahwa ikan yang ada di kolam tersebut ganas. Namun ada dua orang narapidana yang mengatakan untuk jangan mendekati kolam tersebut karena ada ikan berbahaya. Sayangnya, ikan tersebut sudah loncat menggigit jari telunjuk Zishan sebelum Tantenya menyadarinya.

Dari kejadian tersebut, ibu Zishan mengatakan anaknya mendapatkan dua jahitan di jarinya karena luka yang ia dapat cukup parah. Selain itu, dari penuturan Ibu Zishan, anaknya mengalami trauma dan ketakutan ketika melihat ikan.

Sementara itu, Kalapas Perempuan Sukamiskin, Rafni Trikoriaty Irianta telah meminta maaf kepada perwakilan keluarga. Ia mengaku baru mengetahui kalau ada ikan berbahaya di kolam lapas tersebut. Akhirnya ikan aligator itu dimusnahkan untuk menghindari terjadinya insiden serupa.

Dampak trauma yang dialami oleh Zishan merupakan hal yang pasti terjadi ketika anak-anak mengalami hal yang tidak menyenangkan. Keadaan tersebut dikenal dengan Post-traumatic stress disorder atau PTSD, ini adalah suatu keadaan yang biasanya ditandai ketakutan dan kecemasan berlanjut yang bersifat traumatis terhadap kejadian tertentu.

Biasanya anak akan menunjukkan reaksi panik yang berlebih. Namun ternyata PTSD bisa menimpa siapa saja, termasuk orang dewasa. Sayangnya dampak PTSD akan lebih mengkhawatirkan jika dirasakan oleh anak karena bisa mengganggu perkembangan normal mereka.

Dengan terjadinya kasus tersebut, dilansir dari childwelfare ada banyak cara untuk menangani trauma pada anak. Berikut Popmama.com telah merangkum penanganan yang tepat untuk menghilangkan rasa trauma atau PTSD.

1. Minta anak untuk menceritakan ketakutannya

1. Minta anak menceritakan ketakutannya
Freepik

Mama bisa meminta pada si Kecil untuk menceritakan kejadian traumatis yang ia alami. Hal ini dinilai dapat membuat anak merasa lebih baik dan tidak sendiri.

Dukungan dari Mama menjadi pengaruh penting untuk mengurangi rasa takut yang ia rasakan.

Editors' Pick

2. Amati reaksi anak terhadap trauma yang dialaminya

2. Amati reaksi anak terhadap trauma dialaminya
Freepik

Anak memiliki reaksi berbeda terhadap trauma yang ia hadapi, Mama bisa mengatahuinya dengan mengamati dan memahami reaksi tersebut agar anak dapat membaik.

Reaksi yang ditunjukkan biasanya berbeda, ada yang menunjukkannya dengan menangis, bersembunyi, atau ketakutan berlebih.

Mama bisa memberi pengertian bahwa perasaan yang si Kecil hadapi adalah hal yang wajar dan yakinkan ia untuk tidak terlalu mengkhawatirkannya.

3. Alihkan perhatian anak ke kegiatan lain

3. Alihkan perhatian anak ke kegiatan lain
Freepik

Kejadian traumatis pada anak dapat muncul sewaktu-waktu secara sadar atau tidak sadar. Kejadian itu bisa ia rasakan ketika melihat kejadian yang hampir sama.

Misalnya, ketika anak melihat seekor anjing yang sedang bermain dengan pemiliknya, rasa trauma itu bisa kembali karena anak mengingat jika ia pernah digigit anjing.

Mama bisa meminta si Kecil untuk lebih tenang kemudian berikan informasi untuknya tentang jenis anjing yang boleh atau tidak boleh ia dekati, selain itu Mama bisa meminta si Kecil untuk lebih berhati-hati dengan hewan.

Selain itu, alihkan perhatiannya untuk melakukan kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan rasa traumanya.

4. Minta anak untuk menghadapi ketakutan yang ia rasakan

4. Minta anak menghadapi ketakutan ia rasakan
Freepik

Meminta anak untuk tidak takut dengan rasa traumanya bukanlah hal yang mudah karena anak harus berhadapan langsung dengan rasa trauma.

Namun hal ini dinilai perlu, agar anak mampu mengatasi rasa takutnya sendiri dan dapat mengendalikan emosinya.

5. Meminta bantuan psikiater jika anak menunjukkan reaksi trauma yang berlebihan

5. Meminta bantuan psikiater jika anak menunjukkan reaksi trauma berlebihan
Freepik

Langkah terakhir yang bisa Mama coba untuk menghilangkan trauma si Kecil bisa meminta bantuan dari tenaga ahli seperti psikiater anak.

Bantuan dari tenaga ahli akan membantu si Kecil untuk memahami, mengelola, dan menghilangkan trauma secara berkala.

Cara penanganan ini tidak melulu mendapat obat, psikiater anak dapat membantu mengendalikan emosi anak menjadi lebih baik.

Trauma pada anak bukan suatu hal yang sulit diatasi. Penanganan yang tepat dan benar akan membantu anak untuk tidak merasakan trauma secara berkelanjutan hingga dewasa.

Baca juga:

The Latest