Keluarga Bermasalah, Anak Usia Kurang dari 3 Tahun Jadi Korban Utama
Bagaimana hal tersebut bisa terjadi?
20 Mei 2019

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Dilansir dari moms.com, sebuah penelitian dari Massachusetts General Hospital (MGH) menyatakan anak dengan usia kurang dari 3 tahun rentan terhadap efek samping yang muncul akibat masalah keluarga, seperti kemiskinan, ketidakstabilan finansial keluarga, dan peristiwa pelecehan. Studi ini sendiri dipublikasikan dalam sebuah jurnal medis “Biological Psychiatry.”
Tim peneliti MGH menemukan anak-anak tersebut mempunyai “profil epigenetik” yang dikenal sebagai zat kimia pengubah gen. Profil ini memiliki konsekuensi pada masalah kesehatan mental anak di masa yang akan depan, khususnya ketika mereka telah mengalami suatu peristiwa yang mengubah hidupnya pada awal kehidupan atau 3 tahun pertama.
Berikut beberapa hal yang bisa menjelaskan kesimpulan tersebut.
1. Tiga tahun pertama kehidupan anak itu penting
Erin Dunn, ScD, MPH, dari Unit Psychiatric and Neurodevelopmental Genetics di MGH Center for Genomic Medicine, yang menjadi koresponden dalam studi tersebut mengatakan tim peneliti melihat bagaimana anak-anak menangani stres yang dihadapi, baik pada awal kehidupan dan tahun-tahun berikutnya.
Penelitian ini melihat bagaimana anak-anak dapat mengalami stres serta bagaimana hal tersebut berdampak pada saat mereka dewasa kelak.
Lebih lanjut, Dunn menyatakan studi ini mengungkapkan bahwa tiga tahun pertama kehidupan adalah periode sangat penting dalam pembentukan proses biologis, yang akan berpengaruh pada kondisi kesehatan mental.
Pihak berwenang seperti pemerintah perlu memprioritaskan kebijakan dan intervensi pada anak-anak yang mengalami kesulitan pada tahun-tahun tersebut. Ini penting agar risiko jangka panjang seperti depresi bisa ditekan seminim mungkin.
2. Pengalaman buruk itu melekat hingga dewasa
Penelitian ini juga menyatakan bahwa pengalaman buruk yang dialami anak pada awal kehidupan mereka akan melekat terus hingga dewasa.
Mengapa bisa bertahan lama? Karena pengalaman itu terinternalisasi dalam diri anak, sehingga seolah diproyeksikan lewat profil epigenetik dalam DNA yang disebutkan ahli biologi di atas.
Selama studi berlangsung, para peneliti berusaha mengungkap perbedaan dalam metilasi DNA yang memunculkan dua karakter dalam diri anak, yaitu memendamnya atau justru menunjukkan secara ekspresif.
Lebih lanjut, kondisi berat atau permasalahan pelik keluarga yang dialami anak sebelum usia 3 tahun berdampak signifikan pada tumbuh kembang anak dibandingkan jika hal sama terjadi pada anak usia 3-5 tahun.
Artinya, pengalaman negatif itu akan anak ingat dan terbawa sampai dewasa. Salah besar jika selama ini kita beranggapan bahwa anak kurang dari 3 tahun pasti lupa pada apa yang terjadi selama 0-3 tahun.
Pengalaman buruk seperti melihat salah satu orangtua depresi, diasuh oleh orangtua tinggal, tekanan finansial, perceraian, pelecehan, atau KDRT, nyatanya akan mereka ingat seumur hidup.