Tidak Asal, 8 Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum Mengajarkan Anak Toilet

Pada tahun-tahun awal kehidupannya, penting bagi orangtua untuk mulai mengenalkan toilet training agar anak mampu buang air sendiri tanpa bantuan. Setiap anak memiliki waktu kesiapan yang berbeda-beda, namun umumnya proses ini dapat dimulai saat anak berusia sekitar 18 bulan hingga 2 tahun.
Secara umum, anak perempuan cenderung lebih cepat tertarik dan memahami proses toilet training dibandingkan anak laki-laki. Namun, hal ini tetap tergantung pada perkembangan masing-masing anak.
Untuk mengetahui apakah anak sudah siap memulai toilet training, perhatikan tanda-tanda kesiapan fisik dan emosional. Salah satu indikator kesiapan fisik adalah kemampuan anak untuk menahan dan mengontrol keinginan buang air kecil (BAK) maupun buang air besar (BAB).
Dalam artikel ini, Popmama.com akan menjelaskan mengenai 8 hal yang perlu dilakukan sebelum ajarkan anak potty training. Simak hingga selesai yuk, Ma!
1. Tunjukkan rutinitas apa saja yang dilakukan di kamar mandi

Ajak anak mengenal apa yang dilakukan di kamar mandii. Misalnya, saat orangtua ke toilet, ajak anak ikut sambil berkata, “Ayo ke toilet,” atau “Kamu pipis dulu ya.” Anak akan belajar bahwa buang air adalah hal biasa yang dilakukan setiap hari.
Gunakan kata-kata positif dan beri pujian saat anak menunjukkan usaha mereka, seperti saat mereka langsung duduk di toilet meski belum buang air, atau memberi tahu saat merasa ingin pipis. Jika mereka sudah bisa pipis sendiri pertama kali, Mama bisa memujinya, “Wah, pintar sekali kamu bilang mau pipis!”
Jika anak mengalami kemunduran, misalnya tiba-tiba mengompol lagi, jangan marah atau memarahi.
Cukup katakan, “Tidak apa-apa, lain kali kita coba lagi ya.” Tetap tenang karena ini bagian dari proses belajar.
2. Ajarkan cara mencuci tangan lebih dulu

Mencuci tangan sebenarnya punya peran penting dalam potty training. Saat anak belajar buang air sendiri, mereka juga perlu tahu bahwa setelah pipis atau pup, langkah selanjutnya adalah membersihkan diri, termasuk mencuci tangan.
Dengan membiasakan cuci tangan sejak awal, anak akan memahami urutan kegiatan di kamar mandi, mulai dari duduk di toilet, cebok, sampai cuci tangan.
Kebiasaan ini juga mengajarkan anak tanggung jawab atas kebersihan dirinya sendiri dan membantu mencegah penyebaran kuman yang bisa membuat sakit, terutama karena saat belajar toilet training anak mungkin belum sepenuhnya bersih saat cebok.
Jadi, cuci tangan bukan hanya soal kebersihan, tapi bagian penting yang membuat proses potty training jadi lengkap dan anak lebih siap menjalani rutinitas sehat setiap kali ke toilet.
3. Perkenalkan buku toilet training

Buku toilet training untuk anak biasanya menyampaikan pesan positif bagi anak jika mereka bisa buang air sendiri, seperti bisa memakai celana dalam lucu dan punya lebih banyak waktu bermain.
Buku-buku ini juga membantu anak memahami proses toilet training dari awal sampai akhir, mengenali sinyal tubuh mereka, serta membuka obrolan soal buang air dengan tanpa harus malu.
Mama bisa menggunakan nama anatomi tubuh yang sebenarnya saat membaca bersama, bukan menggunakan istilah julukan atau kode. Ini juga bisa menjadi waktu yang tepat untuk mengajarkan batasan privasi tubuh, siapa yang boleh dan tidak boleh mendampingi mereka ke kamar mandi, terutama di lingkungan seperti sekolah atau daycare di mana orangtua tidak ada di samping mereka.
4. Dorong pola makan tinggi serat

Dorong anak untuk menerapkan pola makan tinggi serat karena serat sangat penting untuk kesehatan pencernaan mereka. Serat membantu melancarkan buang air besar, menjaga sistem pencernaan tetap sehat, dan membuat anak kenyang lebih lama.
Makanan yang kaya serat bisa ditemukan dalam buah-buahan seperti apel, pir, dan pisang; sayuran seperti brokoli, wortel, dan bayam; kacang-kacangan seperti kacang merah atau buncis; serta biji-bijian utuh seperti nasi merah, oatmeal, dan roti gandum.
Dengan pencernaan yang sehat dan lancar, proses toilet training akan terasa lebih mudah dan nyaman bagi anak.
5. Belikan celana dalam yang lucu dan biarkan anak memilih sendiri

Pengenalan celana dalam ke anak bisa jadi momen seru yang bikin dia semangat. Ada beberapa cara yang bisa dicoba. Misalnya, langsung ganti popok dengan celana dalam tanpa lewat tahap lain. Atau, kasih waktu beberapa hari anak nggak pakai apa-apa di bagian bawah (disebut bottomless), baru setelah itu mulai pakai celana dalam.
Cara lain, anak bisa beberapa hari tak memakai bawahan, lalu pakai celana panjang tanpa celana dalam dulu, baru setelahnya pakai celana dalam. Kadang, ada anak yang merasa celana dalam mirip popok, jadi mereka tidak sadar ketika buang air di celana.
Mereka akan senang karena bisa memilih sendiri celana dalam dengan warna atau gambar karakter favoritnya. Jadi, kenali dulu gimana anak Mama, ya, apa yang lebih nyaman baginya, dilakukan lebih dulu.
6. Gunakan dan jelaskan kata-kata dasar seputar toilet

Ajari anak kata-kata seperti "pipis", "poop", dan "toilet". Gunakan kata-kata ini secara rutin agar mereka terbiasa dan tahu artinya.
Jelaskan bahwa semua orang buang air kecil dan besar, dan itu adalah proses alami tubuh membuang limbahnya. Hindari menggunakan kata-kata seperti “jijik” atau “kotor” karena dapat membuat anak merasa malu.
7. Bantu anak mengenali kapan mereka harus ke toilet

Perhatikan tanda-tanda fisik yang menunjukkan anak perlu buang air, seperti mondar-mandir, menyilangkan kaki, atau menarik celana.
Saat melihat tanda-tanda ini, bantu mereka mengenalinya dengan mengatakan seperti, “Sepertinya poop-nya mau keluar,” atau “Waktunya pipis, yuk!”
8. Ajari anak memberi tahu saat popoknya kotor

Ajari anak untuk memberitahu saat popoknya sudah basah atau kotor. Biasakan mereka bilang, misalnya dengan kata-kata sederhana seperti “Mama, popok basah” atau “Aku pup.” Ini penting supaya anak mulai peka dengan tubuhnya dan belajar mengenali tanda-tanda ingin buang air.
Saat ganti popok, usahakan suasananya tetap nyaman dan menyenangkan. Jangan sekali-kali marah, kesal, atau malah menghukum anak kalau mereka belum bisa menahan buang air dan masih mengompol atau pup di popok.
Ingat, proses ini butuh waktu, dan reaksi orangtua yang sabar justru membantu anak merasa terbantu dalam melewatinya. Dengan cara ini, anak akan punya hubungan yang sehat dan positif dengan potty training, tidak takut lagi untuk buang air sendiri. Jadi, selalu berikan dukungan dan pengertian setiap kali ganti popok, ya!
Ma, itulah dia 8 hal yang perlu dilakukan sebelum ajarkan anak potty training. Pada tahapan ini, anak mungkin akan sedikit menguji kesabaran, tetapi perlu kita maklumi karena itu bagian dari pembelajaran mereka. Semangat, Ma!