- Ubah cara pandang: lihat tantrum dan sikap menolak sebagai proses belajar, bukan sekadar kenakalan.
- Gunakan kalimat sederhana seperti, “Mama tahu kamu marah, tapi kita bisa selesaikan sama-sama.”
- Tetapkan ekspektasi realistis sesuai usia, jangan berharap si Kecil bisa selalu tenang atau patuh.
5 Tips Memahami Fase Terrible Two pada Anak Usia 2 Tahun

Hidup dengan anak berusia dua tahun seringkali membuat Mama kewalahan. Banyak situasi yang terasa seperti sedang bernegosiasi dengan diktator kecil yang selalu ingin menguji batas dan mendorong kesabaran orangtua.
Tak heran, fase ini sering disebut sebagai terrible two. Dilansir dari Healthline, terrible two adalah fase yang normal terjadi dalam tumbuh kembang anak, biasanya ditandai dengan tantrum, menentang, dan frustrasi pada anak. Fase ini umumnya terjadi saat anak berusia 18-30 bulan.
Usia dua tahun adalah masa krusial di mana anak mengalami perkembangan pesat, mulai dari kemampuan bahasa, emosi, hingga empati.
Jadi, daripada hanya fokus pada tantrum dan drama sehari-hari, Mama dapat mulai memahami mengapa fase ini sangat penting bagi pertumbuhan si Kecil.
Di artikel ini, Popmama.com telah merangkum 5 tips memahami fase terrible two pada anak usia 2 tahun, agar Mama dapat mengetahui cara terbaik mendampingi si Kecil.
1. Mengubah mindset orangtua menjadi 'terribly important two'

Banyak orangtua mengenal usia dua tahun sebagai fase 'terrible twos' yang penuh drama, tantrum, dan perilaku menantang.
Namun, mari kita coba memandangnya dari sudut berbeda, yaitu fase 'Terribly Important Two.' Pada usia ini, si kecil sedang mengalami lonjakan perkembangan luar biasa, baik dari segi kognitif, emosional, maupun sosial.
Anak mama mulai memahami dunia dengan cara yang lebih kompleks, mencoba mengungkapkan keinginan, dan menguji batasan yang ada di sekitar mereka.
Jadi, saat anak mulai menolak, menangis, atau bahkan marah, hal tersebut adalah bentuk usaha mereka untuk belajar mengendalikan diri dan memahami aturan sosial.
Orangtua pun perlu menyikapinya dengan lebih sabar dan penuh empati, contohnya dengan melakukan hal-hal berikut:
2. Ledakan kosakata dan komunikasi

Di usia dua tahun, perkembangan bahasa anak meningkat sangat pesat. Kosakata mereka bisa berlipat ganda bahkan tiga kali lipat dibandingkan sebelumnya.
Mereka mulai menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana dan mengungkapkan keinginan dengan lebih jelas.
Namun, jangan kaget jika komunikasi ini juga diiringi banyak kata "tidak” yang dilontarkan oleh si Kecil. Ini adalah bagian dari cara anak mama menunjukkan kemandirian dan menguji batas.
Orangtua bisa mendukung perkembangan ini dengan sering mengajak bicara, membacakan buku cerita, dan merespons setiap ucapan mereka dengan positif.
Semakin sering mereka mendapatkan stimulasi bahasa, semakin cepat kemampuan komunikasinya berkembang.
Berikut adalah langkah-langkah yang bisa dilakukan orangtua untuk mengakomodasi perkembangan bahasa si Kecil:
- Bacakan buku setiap hari, terutama yang penuh gambar untuk menambah kosakata.
- Ulangi dan perjelas ucapan anak, misalnya: “Oh, kamu mau susu? Baik, Mama ambilkan susu.”
- Hindari terlalu sering berkata “tidak”, ganti dengan kalimat alternatif seperti, “Sekarang belum bisa, tapi nanti kita coba.”
3. Menghadapi tantrum & keinginan anak dengan empati

Tantrum adalah bagian tak terpisahkan dari fase ini. Anak usia dua tahun sering disebut seperti negosiator kecil yang berusaha mengendalikan keadaan sesuai keinginannya.
Ketika keinginan mereka tidak terpenuhi, ledakan emosi akan muncul. Namun, orangtua perlu memahami bahwa tantrum bukan sekadar kenakalan, melainkan cara anak mengekspresikan perasaan yang belum bisa mereka sampaikan dengan kata-kata.
Respon terbaik bukan marah atau menghukum, tetapi mendampingi mereka melewati emosi tersebut dengan tenang.
Mengajarkan mereka cara sederhana mengelola emosi seperti menarik napas atau memberi waktu tenang dapat membantu si Kecil untuk menurunkan intensitas tantrum di kemudian hari.
Mama juga bisa melakukan beberapa cara berikut:
- Tetap tenang dan jangan berteriak ketika anak tantrum.
- Peluk anak jika mereka mengizinkan, untuk memberi rasa aman.
- Setelah tenang, ajak bicara: “Tadi kamu marah sekali ya. Yuk, lain kali kita coba bicara dulu.”
4. Kecemasan dan mood swing yang perlu dipahami

Pada usia dua tahun, mood swings atau perubahan suasana hati bisa terjadi dengan cepat. Dalam hitungan menit, anak bisa berubah dari tertawa bahagia menjadi menangis kencang.
Hal ini adalah sesuatu yang wajar karena mereka sedang belajar mengenali dan mengelola emosi. Selain itu, kecemasan terhadap perpisahan atau separation anxiety juga sering muncul. Anak bisa merasa cemas saat orangtua tidak ada di dekatnya, bahkan jika Mama hanya meninggalkannya sebentar.
Memberi rasa aman dengan rutinitas yang konsisten dan memastikan mereka tahu orangtua akan kembali bisa membantu mengurangi kecemasan ini.
Perlu Mama ingat bahwa rasa aman sangatlah penting bagi perkembangan emosional anak. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa Mama terapkan untuk memahami perasaan si Kecil:
- Buat rutinitas harian yang teratur sehingga anak merasa aman.
- Saat akan pergi, jelaskan dengan kalimat sederhana, “Mama pergi sebentar ya, nanti Mama kembali.”
5. Menanamkan empati dan kasih sayang sejak dini

Di tengah segala tantangan, usia dua tahun juga merupakan waktu tumbuhnya konsep empati dan kasih sayang dalam diri anak.
Menurut penelitian dari University of Milano Bicocca, pada sekitar usia 2 tahun, empati manusia sedang berkembang dan dipengaruhi oleh faktor internal dan lingkungan keluarga.
Anak mulai menunjukkan kepedulian terhadap orang lain, misalnya dengan memeluk saat melihat orang sedih atau mencoba membantu teman.
Mereka juga menjadi lebih ekspresif dalam menunjukkan rasa sayang, seperti mengucapkan “I love you” atau memberikan ciuman spontan.
Orangtua bisa mendukung perkembangan ini dengan memberi contoh perilaku penuh empati, mengapresiasi tindakan baik mereka, dan terus mengajarkan nilai kebaikan sehari-hari.
Inilah saat yang tepat untuk menumbuhkan dasar kepribadian positif yang akan mereka bawa hingga dewasa.
Mama dapat mulai menerapkan hal-hal berikut untuk mendukung empati dan kasih sayang si Kecil:
- Tunjukkan empati lewat tindakan, seperti menghibur orang yang sedih di depan anak.
- Berikan pujian untuk setiap perilaku baik anak: “Wah, kamu hebat mau berbagi mainan.”
- Libatkan anak dalam kegiatan sederhana yang menumbuhkan kepedulian, seperti membantu menata meja makan.
Itulah informasi mengenai 5 tips memahami fase terrible two pada anak usia 2 tahun. Semoga Mama tidak bingung lagi dalam menghadapi tantrum dan segala keajaiban si Kecil, ya!



















