Cara Mudah Mengenali Gaya Belajar Si Kecil

Dengan mengetahui gaya belajar anak, Mama mudah mengajari anak hal-hal baru

30 Juni 2019

Cara Mudah Mengenali Gaya Belajar Si Kecil
Freepik

Sejak anak dalam kandungan, tanpa disadari kita sudah memberikan ia beragam stimulasi untuk merangsang panca indranya. Anak menerima dan memroses informasi lewat berbagai cara, kadang bergantung pada lingkungannya, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor keturunan.

Tentu Mama tahu bahwa para ahli mengidentifikasikan 3 gaya belajar utama: visual, auditori, kinestetik. Bahkan, pada usia sedini mungkin, hasil observasi Mama bisa menunjukkan indikasi mana gaya belajar si Kecil.

Begitu Mama bisa mengidentifikasi hal ini, Mama bisa membantu anak belajar hal-hal baru dengan lebih mudah.

Lalu, bagaimana cara mudah mengenali gaya belajar si Kecil?

1. Amati perilaku si Kecil

1. Amati perilaku si Kecil
Pixabay/Vladvictoria

Cari tahu apa gaya belajar anak dengan mengamati perilakunya, terutama cara ia mengekspresikan diri. Saat anak merasa nyaman dengan gaya belajar tertentu, biasanya ia juga cenderung mengeskpresikan diri dengan cara serupa.

Misalnya, anak auditori senang bercerita. Sedangkan anak visual mudah menunjukkan emosi lewat wajah. Anak kinestetik mengungkapkan diri lewat bahasa tubuh dan senang meniru gerakan orang lain.

Editors' Pick

2. Pertimbangkan apa minat si Kecil

2. Pertimbangkan apa minat si Kecil
Freepik/yanadjana

Anak usia prasekolah atau awal SD sudah mulai menunjukkan minat pada suatu hal. Ketertarikan tersebut merefleksikan pula gaya belajarnya.

Anak yang mudah mengingat kata atau lirik lagu hanya dengan sekali mendengarkan cenderung bergaya auditori.

Anak yang punya perbendaharaan kata melimpah karena senang membaca cenderung bergaya visual.

Sedangkan, si Kecil yang hobi bergerak ke sana kemari dan banyak menghabiskan waktu di luar ruangan kemungkinan besar bergaya kinestetik.

3. Amati bagaimana anak menyelesaikan masalah

3. Amati bagaimana anak menyelesaikan masalah
Kids Prize Pack
Bermain puzzle

Saat ia tengah menghadapi suatu masalah, coba amati cara ia menyelesaikan permasalahan tersebut.

Anak auditori akan berbicara atau berdiskusi solusi apa yang mungkin ditempuh. Kadang ia akan bergumam atau bicara pada diri sendiri sebagai usahanya menemukan jawaban.

Anak visual mengandalkan mata untuk melakukan pemecahan masalah. Artinya, ia cepat menemukan sesuatu atau bagian yang hilang. Nggak heran kalau si Kecil piawai bermain puzzle.

Anak kinestetik akan menyelesaikan masalah dengan kedua tangannya. Contoh, saat mendapat soal hitungan, kedua jarinya akan beraksi untuk berhitung. Ia juga senang saat melakukan eksperimen atau percobaan tertentu.

4. Bicara pada guru di sekolah

4. Bicara guru sekolah
presscdn-pagely.netdna-ssl.com

Mama juga dapat bicara pada guru di sekolah si Kecil tentang bagaimana keseharian dia di sekolah.

Apakah ada perilaku tertentu yang mungkin menguatkan dugaan Mama terkait gaya belajarnya.

Contoh, anak menyukai permainan tertentu, atau ia lebih senang jalan-jalan di kelas dan agak sulit duduk diam.

Boleh jadi, pelajaran kesukaannya saat prakarya, percobaan sains, atau berolahraga. Ini akan membantu menguatkan apa sebenarnya gaya belajar si Kecil.

5. Gunakan kuis sederhana tentang gaya belajar anak

5. Gunakan kuis sederhana tentang gaya belajar anak
Pixabay/TeroVesalainen

Saat ini di internet banyak sumber atau situs yang memberikan semacam kuis singkat untuk membantu Mama mengidentifikasi gaya belajar anak.

Mama bisa mengerjakan satu atau beberapa jenis kuis tersebut sambil menanyakan pada anak (jika ia cukup mengerti apa yang disukai) atau mengamati perilakunya sehari-hari.

Satu hal yang pasti, hasilnya mungkin saja berbeda antara satu kuis dan kuis lainnya. Namun, Mama bisa mengambil kesimpulan dari mana yang hasilnya paling sering muncul.

Dari hasil pengamatan dan kuis, Mama bisa mulai mendampingi si Kecil dengan melakukan pendekatan yang tepat sesuai gaya belajarnya. Ini akan membuat sesi belajar pun jadi lebih menyenangkan bagi anak (dan juga Mama!).

Namun, jangan hanya terpaku pada satu jenis gaya belajar. Sama seperti IQ, gaya belajar pun akan berkembang seiring pertambahan usia. Mama bisa memaksimalkan gaya belajar yang sudah diketahui sebagai pintu masuk.

Dari situ, Mama dapat memanfaatkan elemen gaya belajar lain untuk mengembangkan kemampuan anak. Misalnya, mengajak si anak auditori untuk berlatih mengamati sesuatu lewat pemakaian flash cards, anak kinestetik dengan penjelasan super detail untuk melatihnya menyimak, dan anak visual dengan mencoba praktik guna mengetahui proses suatu hal.

Mudah bukan, Ma?

Baca juga: 

The Latest