Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
For
You

Jangan Panik, Ini Dia Cara Menghadapi Anak saat Berkata Kasar!

Anak menutup mulutnya
Freepik

Menghadapi anak yang tiba-tiba berkata kasar memang bisa membuat Mama merasa khawatir dan panik. Apalagi jika itu terjadi di depan orang lain, malu, marah, bingung, semua campur aduk.

Namun Mama harus tetap tenang. Reaksi pertama yang paling penting bukanlah kemarahan, melainkan ketenangan. Sebab di balik ucapan yang kasar itu, sering kali tersembunyi emosi yang belum bisa mereka ungkapkan dengan cara yang sehat.

Anak belum sepenuhnya memahami dampak dari kata-kata yang mereka lontarkan. Mereka belajar dari lingkungan, tontonan, bahkan dari teman sebaya.

Maka, tugas Mama bukan hanya menegur, tapi juga membimbing dengan penuh kasih agar mereka tahu cara mengekspresikan diri dengan lebih baik.

Berikut ini, Popmama.com telah menuliskan beberapa langkah praktis yang bisa Mama coba ketika menghadapi anak yang berkata kasar.

1. Abaikan dan jangan tertawa

Mama mengabaikan anaknya
Freepik/user18526052

Apabila anak Mama berkata kasar untuk pertama kalinya, hal yang harus Mama lakukan adalah mengabaikannya.

Mama juga jangan menertawakan atau memvideokan sikap anak tersebut. Sebab, hal tersebut terjadi karena beberapa alasan.

Pertama, jika orangtua bereaksi berlebihan seperti marah atau tertawa, anak bisa menganggap kata kasarnya sebagai cara untuk menarik perhatian, sehingga perilaku tersebut malah diperkuat dan berulang kembali.

Sehingga, saat Mama mengabaikan kata kasar tersebut, anak belajar bahwa berkata kasar tidak mendapatkan respons yang diinginkan sehingga perilaku itu menjadi kurang menarik baginya.

Kedua, tidak tertawa menghindarkan anak untuk berpikir bahwa kata kasar itu lucu atau diterima secara sosial, sehingga membantu mencegah pengulangan kata kasar tersebut.

Cara ini juga membantu orangtua tetap tenang dan menghindari memicu emosi negatif yang bisa memperkeruh situasi.

2. Jelaskan bahwa kata kasar digunakan orang saat marah

Mama menegaskan anaknya
Freepik/peoplecreations

Saat anak berkata kasar, mereka mungkin belum benar-benar memahami arti kata tersebut, apalagi dampaknya terhadap orang lain.

Saat Mama menjelaskan bahwa kata kasar sering muncul saat seseorang sedang marah, Mama sedang membantu anak menghubungkan antara emosi dan ekspresi, sekaligus mengajarkan cara yang lebih sehat untuk menyampaikan perasaan.

Anak umumnya belum tahu bagaimana cara yang tepat untuk mengekspresikan perasaannya, sehingga mereka meniru kata kasar sebagai bentuk ekspresi kemarahan atau frustrasi.

Saat anak Mama marah dan berkata kasar, Mama dapat menyampaikan kalimat seperti,

“Nak, biasanya orang mengucapkan kata-kata kasar saat mereka sedang marah atau kesal. Namun kata itu bisa melukai hati orang lain, jadi kita tetap pilih kata yang baik meskipun sedang marah.”

Penjelasan ini penting agar anak memahami bahwa kata kasar sering kali merupakan ekspresi marah atau frustrasi, bukan sesuatu yang baik untuk ditiru, dan mengajak anak untuk mengelola emosinya dengan cara yang lebih tepat dan sopan.

Mama juga bisa menambahkan pentingnya berbicara dengan santun sesuai nilai keluarga sehingga anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang sopan dan menghargai orang lain.

Pendekatan ini juga mengajarkan anak untuk lebih sadar akan dampak kata-kata mereka terhadap orang lain dan mengelola emosi dengan cara yang lebih positif dan dewasa.

3. Jelaskan bahwa ada kata yang tidak boleh digunakan

Mama mengusap punggung anak
Freepik

Anak berkata kasar terjadi karena mereka mungkin belum tahu bahwa kata tersebut bisa menyakiti, menyinggung, atau membuat orang lain merasa tidak nyaman.

Ketika Mama memberi tahu bahwa ada kata-kata yang “tidak boleh digunakan,” Mama sedang menanamkan nilai penting, yaitu komunikasi harus dilakukan dengan hormat dan penuh empati.

Ini juga membantu anak menyadari konsekuensi negatif dari penggunaan kata kasar, sehingga mereka lebih termotivasi untuk menghentikan kebiasaan tersebut dan belajar menggunakan bahasa yang lebih positif dan sopan.

Untuk mengingatkan anak agar tidak berkata kasar seperti saat mengatakan kata "brengsek", Mama dapat memperingatinya dengan lembut tetapi tetap tegas, contoh kalimatnya seperti,

“Nak, kata yang kamu ucapkan tadi adalah kata yang kasar. Kata itu bisa membuat orang lain sedih atau tersinggung. Kita pilih kata yang sopan supaya orang senang mendengar kita.”

Kalimat tersebut menyebut perilaku, bukan menyerang anaknya, sehingga anak tidak merasa disudutkan. Selain itu, kalimat tersebut bisa menjelaskan dampak yang terjadi apabila anak menyebutkan kata tersebut.

Penjelasan ini perlu disampaikan dengan bahasa yang mudah dimengerti agar anak bisa benar-benar memahami dan menginternalisasi aturan tersebut dalam kesehariannya.

Anak yang terbiasa diberi arahan tentang kata-kata yang baik dan buruk akan lebih mudah membedakan mana yang pantas digunakan.

4. Temukan cara menyenangkan untuk mengatakan "Mama marah"

Keluarga
Freepik/tirachardz

Ketika anak berkata kasar, mereka sering kali sedang bereaksi terhadap sesuatu, entah karena kesal, bingung, atau ingin menarik perhatian.

Daripada membalas dengan amarah, Mama bisa menunjukkan bahwa perasaan marah itu wajar, tapi cara menyampaikannya bisa dipilih dengan lebih baik dan menyenangkan.

Salah satu caranya adalah dengan mengatakan "Mama marah", cara ini efektif menghadapi anak berkata kasar karena pendekatan ini membantu mengekspresikan emosi dengan cara yang lebih positif dan tidak menakutkan bagi anak.

Salah satu contoh kalimat yang dapat Mama katakan untuk keadaan seperti ini adalah,

“Waduh… alarm kesabaran Mama hampir bunyi nih!”

Kalimat tersebut menjadi lucu karena menggunakan metafora “alarm kesabaran”. Jadi, anak tetap paham situasinya serius, tapi tidak merasa terancam. Kalimat ini juga cocok untuk anak yang sensitif terhadap nada tinggi.

Mama menyampaikan kemarahan dengan cara yang ringan atau menyenangkan, anak tidak merasa takut atau terancam, sehingga mereka lebih mudah memahami perasaan Mama tanpa merasa harus membalas dengan kata-kata kasar atau perasaan negatif.

Cara ini juga mengajarkan anak bahwa marah itu hal yang biasa dan bisa diungkapkan dengan cara yang sehat tanpa menyakiti diri sendiri atau orang lain.

5. Ubah bahasa mereka menjadi kata-kata yang lebih positif dan sesuai dengan situasinya

Anak tidur dipangkuan Mama
Freepik/prostooleh

Mengubah bahasa anak menjadi kata-kata yang lebih positif dan sesuai merupakan cara yang efektif untuk menghadapi anak berkata kasar karena ini membantu mengajarkan anak cara mengekspresikan perasaan dan keinginannya dengan cara yang baik dan sopan.

Anak cenderung meniru dan belajar dari orangtua, sehingga bila Mama secara konsisten mengoreksi kata kasar dan menggantinya dengan kata yang lebih positif, anak akan memahami pilihan bahasa yang lebih tepat untuk situasi tertentu.

Contoh saat anak kalah dalam bermain dengan temannya, timbul rasa marah dan ia berkata, "Kusumpahin kau jatuh ya nanti, masuk ke selokan, kakinya berdarah."

Mama bisa mengingatkan anak dengan mengatakan kalimat sebagai berikut:

"Menang atau kalah adalah hasil yang mungkin kita dapat saat ikut main bersama teman-teman. Bisa ada yang menang, karena ada yang kalah. Kalau semua kalah, siapa yang menang? Nggak ada. Maka dalam permainan memang pasti ada yang menang dan ada yang kalah. Nggak masalah kalah, berarti kita belum jago, atau kurang beruntung. Coba lagi aja, sampai jago. Nanti menang, semakin jago semakin susah orang lain mengalahkan kita, Nak."

Pendekatan ini juga menghindarkan anak dari merasa dipermalukan atau dimarahi secara berlebihan, yang bisa membuat mereka semakin frustrasi dan terdorong untuk berkata kasar lagi.

Selain itu, memberikan pujian saat anak menggunakan kata-kata yang baik menambah motivasi mereka untuk terus berusaha berbicara sopan dan santun.

6. Tidak menyebut labeling kata-kata yang akhirnya menimbulkan rasa penasaran pada anak

Sebuah pelukan
Freepik

Menyebut kata kasar sebagai “kata buruk” mungkin terdengar wajar bagi orang dewasa, tapi bagi anak-anak, labeling kata-kata seperti itu bisa menimbulkan rasa penasaran, rasa malu, atau bahkan dorongan untuk mengulanginya.

Maka, pendekatan yang lebih bijak adalah tidak langsung melabeli, melainkan mengarahkan dan menjelaskan dengan cara yang lebih konstruktif.

Jika anak langsung diberi label bahwa kata itu buruk atau dilarang keras tanpa penjelasan yang tepat, anak bisa merasa tertekan atau bahkan penasaran untuk terus mengucapkannya sebagai bentuk tantangan.

Saat Mama tidak menyebut kata tersebut sebagai kata buruk, Mama membuka kesempatan untuk berdialog dan memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang arti kata itu dan dampaknya terhadap perasaan orang lain.

Contoh jika anak bicara "Anjing kau" yang diarahkan pada orang lain.

Maka contoh kalimat yang bisa Mama katakan adalah:

"Anjing itu lucu dan menggemaskan, tapi ada juga yang seram dan galak. Anjing itu hewan, tidak boleh ditujukan ke orang lain. Tidak pas, itu namanya tidak betul ya, Nak", dengan nada tenang.

Cara ini membantu anak belajar secara sadar dan empati, bukan hanya karena takut atau diperingatkan.

Menghadapi anak yang berkata kasar memang membutuhkan kesabaran, ketenangan, dan pendekatan yang tepat dari Mama.

Penting untuk menghindari reaksi berlebihan seperti marah atau mengejek agar anak tidak merasa perlu mengulangi kata kasar tersebut untuk menarik perhatian.

Memberikan penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan positif, mengajarkan empati, serta mengubah kata-kata kasar menjadi ungkapan yang lebih baik dapat membantu anak belajar mengekspresikan perasaan dengan cara yang lebih sopan dan efektif.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Novy Agrina
EditorNovy Agrina
Follow Us

Latest in Kid

See More

Ngobrol dengan Boneka Bisa Jadi Cara Mendidik Perilaku Baik pada Anak

15 Des 2025, 16:24 WIBKid