7 Ciri-Ciri Malam Lailatul Qadar, Nilainya Lebih Baik dari 1.000 Bulan

Dikenal sebagai malam 1.000 bulan, keisitimewaan malam ini banyak dikejar oleh orang-orang mukmin

4 April 2024

7 Ciri-Ciri Malam Lailatul Qadar, Nilai Lebih Baik dari 1.000 Bulan
Pixabay/Free-Photos

Memasuki sepertiga bulan terakhir di bulan Ramadan banyak umat muslim yang berusaha untuk meningkatkan kualitas beribadahnya.

 Semakin rajin mendengarkan kajian, memperbanyak membaca Alquran, memperlama berdzikir, memperpanjang waktu salat tahajud di waktu sepertiga malam. Hal tersebut dilakukan untuk bisa mendapatkan keutamaan lailatul qadar, yaitu malam di mana diturunkannya Alquran.

Malam ini memiliki keistimewaan yang luar biasa. Satu malam pada lailatul qadar nilainya lebih baik dari 1.000 bulan, sekitar lebih dari 83 tahun. Bahkan, di malam ini juga saat dimana takdir kita selama 1 tahun berikutnya akan ditentukan. 

Keistimewaan bulan ini hanya ada di satu malam. Rasulullah memerintahkan kita untuk mencari malam lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dan di malam-malam ganjil. Untuk waktu tepatnya kita tidak pernah tahu. Tetapi Rasulullah pernah memberitahukan ciri-ciri malam lailatul qadar.

Mari kita bahas apa saja ciri-ciri malam lailatul qadar berdasarkan riwayat hadis dari perkataan Rasulullah saw. bersama Popmama.com di sini. Yuk disimak!

1. Terasa sangat nikmat melakukan ibadah

1. Terasa sangat nikmat melakukan ibadah
Freepik/rawpixel

Setiap mukmin akan berusaha untuk bisa mendapatkan keutamaan dari malam lailatu qadar. Berbagai macam ibadah ditegakkan mulai dari masuknya waktu maghrib hingga subuh.

Menurut para ulama, di antara ciri-ciri lailatul qadar ialah adanya perasaan beribadah menjadi terasa lebih khusyuk. Di malam itu hati merasa sangat khidmat ketika beribadah. 

Namun, ciri-ciri lailatul qadar ini tidak menjadi tanda yang bisa dirasakan oleh semua orang.

Sebab, bisa juga terjadi pada orang-orang yang selalu menghidupkan malamnya dengan ibadah selalu merasakan ketenangan dan kenikmatan di hati. 

2. Keadaan alam menjadi lebih tenang

2. Keadaan alam menjadi lebih tenang
Pixabay/vedat zorluer

Begitu istimewanya malam lailatul qadar, malaikat jibril beserta seluruh malaikat turun ke bumi untuk mendoakan orang-orang mukmin yang berdoa dan berzikir memohon kepada Rabb semesta alam. Hal itu menjadikan bumi menjadi padat dan sesak.

Dalam tausiah yang Ustadz Adi Hidayat sampaikan, diumpamakan sebuah wadah yang diisi oleh dua bola kelereng.

Apabila wadah itu digerakkan maka kelereng itu akan dengan bebas bergerak. Tetapi, jika wadah itu terisi penuh oleh kelereng maka kelereng akan tidak mudah bergeser.

Itulah yang sebagian ulama mengumpamakan malam lailatul qadar. Saking padatnya bumi karena dipenuhi oleh malaikat, alam menjadi lebih tenang dan tidak banyak bergerak.

Editors' Pick

3. Udara tidak panas ataupun dingin

3. Udara tidak panas ataupun dingin
Freepik/Wirestock

Keadaan alam yang tenang juga membuat udara di bumi menjadi tidak terasa panas maupun dingin. Sehingga, penduduk bumi yang merasakannya akan merasa tentram dan nyaman.

Dari Ibnu Abbas ra. yang mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Lailatul qadar adalah malam tenteram dan tenang, tidak terlalu panas dan tidak pula terlalu dingin, esok paginya sang surya terbit dengan sinar lemah berwarna merah," (H.R. Ath Thayalisi di Musnadnya hal.349 no.2680).

4. Keesokannya matahari terbit dengan teduh

4. Keesokan matahari terbit teduh
Pixabay/xegxef

Biasanya, kita baru mengetahui ciri-ciri lailatul qadar bisa dirasakan atau dilihat bukan pada saat atau akan terjadinya lailatul qadar.

Justru biasanya baru akan terasa atau terlihat setelah malam lailatul qadar itu tiba. Salah satu cirinya adalah bagaimana suasana keesokan pagi harinya saat matahari terbit.

Ubay bin Ka’ab ra. mengatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Keesokan hari lailatul qadar matahari terbit hingga tinggi tanpa sinar bak nampan,” (H.R. Muslim).

5. Bulan terlihat berukuran separuh nampan

5. Bulan terlihat berukuran separuh nampan
Pixabay/Bru-nO

Ada beberapa ulama yang berpendapat bahwa ciri-ciri lailatul qadar bisa terlihat dari bentuk bulan di malam tersebut. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah. Saat itu Abu Hurairah ra. berkata,

"Kami pernah berdiskusi tentang lailatul qadar di sisi Rasulullah saw. Beliau berkata, ‘Siapakah dari kalian yang masih ingat tatkala bulan muncul, yang berukuran separuh nampan,’” (H.R. Muslim).

6. Ditandai dengan hujan atau gerimis

6. Ditandai hujan atau gerimis
Pixabay/Mylene2401

Sebagian ulama berpendapat bahwa salah satu ciri-ciri lailatul qadar bisa ditandai dengan hujan atau gerimis. Pendapat ini merujuk pada peristiwa dimana saat Rasulullah saw. diberikan mimpi untuk ditampakkan kapan lailatul qadar itu datang.

Pada zaman Nabi, masjid masih beralaskan tanah, tiang-tiangnya dari pelepah kurma, dan atapnya dari daun-daun kurma. Sehingga, jika hujan atau gerimis maka di dalam masjid akan terlihat basah.

Saat Rasulullah saw. dihadirkan mimpi tentang kapan hadirnya lailatul qadar, lalu terbangun dari mimpinya, Allah sengaja buat Rasulullah saw. lupa dari mimpi tersebut. Namun yang teringat adalah ada bekas lumpur pada dahi Rasulullah saw. 

Hingga pada suatu saat ketika Rasulullah selesai salat, beliau menengokkan kepalanya untuk salam, terlihat lumpur di dahinya. Para sahabat melihat itu dan menganggap bahwa semalamnya adalah lailatul qadar. Berdasarkan kisah inilah para ulama berpendapat, di antara ciri-ciri lailatul qadar ialah datangnya hujan atau gerimis di malam harinya. 

Namun, para ulama juga berpendapat bahwa ciri-ciri tersebut tidak bisa dijadikan acuan. Sebab, bisa jadi di malam lailatul qadar langit terlihat cerah.

7. Didatangkan mimpi kepada orang-orang mukmin

7. Didatangkan mimpi kepada orang-orang mukmin
Paxels.com/Ahmed

Ciri-ciri datangnya lailatul qadar juga pernah diceritakan dalam sebuah riwayat hadir melalui mimpi.

Sahabat Ibnu Umar ra. bercerita bahwa beberapa orang dari sahabat Nabi saw. diperlihatkan lailatul qadar dalam mimpi (oleh Allah Swt.) pada tujuh malam terakhir (Ramadan). 

Kemudian, Rasulullah saw. berkata,

"Aku melihat bahwa mimpi kalian (tentang lailatul qadar) terjadi pada tujuh malam terakhir. Maka barang siapa yang mau mencarinya maka carilah pada tujuh malam terakhir,” (H.R. Muslim). 

Meskipun ada banyak riwayat yang memberikan ciri-ciri kapan terjadinya lailatul qadar, para ulama berpendapat bahwa lebih baik fokus untuk meningkatkan ibadah di sepanjang 10 malam terakhir. Sebab, kita tidak pernah tahu pasti kapan terjadinya lailatul qadar walaupun sudah ada beberapa riwayat yang menceritakan ciri-ciri malam lailatul qadar.

Salah satu hikmah dari dibuat lupanya Rasulullah terhadap waktu datangnya malam lailatul qadar adalah supaya kita bisa memperbanyak ibadah di sepanjang malam Ramadan. Jadi tidak hanya beribadah di satu malam saja. Wallahu a’lam bish shawab.

Baca juga:

The Latest