Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

10 Kondisi Ini Membuat Anak dan Remaja Tak Bisa Suntik Vaksin Covid-19

Freepik
Freepik

Vaksinasi Covid-19 kini sedang gencar dilaksanakan. Mulai dari anak usia 12 tahun hingga lansia dapat mengikuti vaksinasi. Namun, tidak bisa asal vaksin, harus memperhatikan kondisi tubuh terlebih dahulu. 

Iklan - Scroll untuk Melanjutkan

Ada beberapa kondisi yang membuat seseorang tidak bisa melakukan vaksin Covid-19. Termasuk anak-anak.

Berikut ini, Popmama.com telah merangkum informasi mengenai beberapa kondisi anak dan remaja yang tak dapat disuntik vaksin. Simak, yuk!

1. Dalam kondisi demam dengan suhu tubuh 37 derajat celcius atau bahkan lebih

Freepik/peoplecreations
Freepik/peoplecreations

Anak Mama tak akan bisa mendapat suntikan vaksin jika sedang dalam kondisi demam dengan suhu 37 derajat celcius ke atas. 

Jika anak memiliki suhu tubuh setinggi itu, maka suntikan vaksin harus ditunda terlebih dahulu hingga dirinya sehat dan suhu badan kembali normal. 

Pemberian vaksin setelah demam dianjurkan setelah satu minggu mengalami demam. Hal tersebut guna memulihkan kondisi tubuh terlebih dahulu sehingga ketika anak akan vaksin, tubuhnya benar-benar dalam keadaan bugar. 

2. Sedang tidak dalam keadaan batuk dan pilek

Freepik
Freepik

Kondisi sedang batuk dan pilek pun membuat anak mama tidak dapat mengikuti vaksinasi Covid-19. 

Dikutip dari Prevention, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) tidak menyarankan untuk divaksinasi Covid-19 di saat sedang mengalami gejala seperti flu. 

Salah satu alasannya yakni karena khawatir sedang terinfeksi virus Corona. Selain itu, kondisi ini pun membuat butuh tidak seutuhnya dalam keadaan fit. Jadi tunggu sampai batuk dan pilek sembuh baru ikut vaksinasi. 

3. Penyintas Covid-19 dalam kurun waktu kurang dari tiga bulan sebelum vaksinasi

Freepik/Pvproduction
Freepik/Pvproduction

Anak penyintas Covid-19 dapat menerima vaksin dalam kurun waktu tiga bulan dari dinyatakan sembuh Covid-19. 

Sebab, ketika baru sembuh dari Covid-19, dalam diri seseorang sudah terdapat antibodi baru. Namun jumlahnya tidak diketahui berapa banyak. Saat sudah melewati tiga bulan, kemungkinan antibodinya sudah kembali menurun dan  anak perlu diberi vaksin kembali. 

4. Melakukan imunisasi lain dalam kurun waktu satu bulan sebelum vaksinasi

Pixabay/whitesession
Pixabay/whitesession

Jika anak mama baru melakukan vaksinasi lain dalam kurun waktu satu bulan kebelakang dari tanggal mengajukan vaksinasi Covid-19, maka si Anak tidak bisa mendapatkan vaksin. 

Dikhawatirkan vaksin sebelumnya dengan vaksin Covid-19 saling bertabrakan sehingga keduanya saling bertabrakan dan tidak dapat bekerja dengan baik di dalam tubuh.

5. Hamil

Pexels/Pavel Danilyuk
Pexels/Pavel Danilyuk

Kondisi sedang hamil pun tak bisa membuat seseorang mendapatkan vaksin. Hal tersebut sesuai dalam Petunjuk Teknis Pelaksanaan Vaksinasi yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan, ibu hamil dan ibu menyusui termasuk dalam daftar kelompok orang yang tidak diberikan vaksin Covid-19.

Sebab, uji klinis atau riset mengenai efektivitas dan keamanan vaksin Covid-19 pada ibu hamil dan ibu menyusui masih sangat terbatas. 

6. Hipertensi

pixabay/stevepb
pixabay/stevepb

Jika anak mama memiliki hipertensi (tekanan darah tinggi) maka ia tak dapat mendapatkan vaksin Covid-19. 

Sebab, jika tetap dipaksakan untuk vaksin, maka akan menyebabka komplikasi kesehatan yang parah serta meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan terkadang kematian.

Ketentuang larangan vaksin untuk penderita hipertensi tertuang dalam Surat Keputusan Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK.02.02/4/1/2021 tentang Teknis Pelaksanaan Vaksinasi dalam Rangka Penanggulangan Pandemi Covid-19.

Surat tersebut menyatakan bahwa seseorang tak boleh menerima vaksin apabila memiliki tekanan darah 140/90 atau lebih.

7. Diabetes

Freepik
Freepik

Merujuk pada Surat Edaran Nomor HK.02.02/I/368/2021 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 pada Kelompok Sasaran Lansia, Komorbid dan Penyintas Covid-19, serta Sasaran Tunda, seseorang penderita diabetes juga dapat menerima vaksin. 

Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Penderita diabetes dapat menerima vaksi jika ia tidak memiliki komplikasi akut dan sedang minum obat teratur. 

Sebaliknya, jika penderita diabetes memiliki komplikasi yang parah, maka vaksinasi Covid-19 tidak dapat diberikan. 

8. Sedang menjalani pengobatan imunosupresan

Pixabay/Stevepb
Pixabay/Stevepb

Imunosupresan adalah golongan obat yang digunakan untuk menekan atau menurunkan sistem kekebalan tubuh. 

Obat ini diberikan pada pasien yang menjalani transplantasi organ, misalnya pada transplantasi ginjal atau hati.

9. Mengidap penyakit kronis

Pexels/Anna Shvets
Pexels/Anna Shvets

Tak semua orang yang menderita penyakit kronik bisa mendapatkan vaksinasi Covid-19. Perlu konsultasi terlebih dahulu kepada dokter. 

Contohnya, jika seseorang menderita kanker. Sebelum vaksin, dokter akan mempertimbangkan terlebih dahulu jenis kanker yang diderita, kondisi kesehatan secara keseluruhan, dan pengobatan kanker yang sedang dijalani.

Pengecekan tersebut guna mengetahui kekebalan tubuh pada penderita kanker. Sebab dibutuhkan kekebalan tubuh yang baik jika ingin melakukan vaksin Covid-19. Sedangkan, beberapa jenis pengobatan kanker dapat mengganggu kerja sistem kekebalan tubuh.

10. Memiliki penyakit Sindrom Gullian Barre, myelitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis

Pixabay/StockSnap
Pixabay/StockSnap

Seseorang yang terkena Sindrom Guillain Barre, myelitis transversa, acute demyelinating encephalomyelitis tak dapat mengikuti vaksin Covid-19. 

Namun, untuk Sindrom Guillain Barre sebenarnya tetap dapat dilakukan asalkan dengan gejala sisa ringan/ tidak bergejala sisa. Namun semua itu harus dikonsultasikan kembali dengan dokter spesialis saraf.

Itulah beberapa kondisi yang membuat anak mama tidak dapat disuntuikkan vaksin. Semua itu demi kebaikan kesehatan tubuh si Anak pasca vaksin. 

Agar lebih aman, Mama dapat mengecek kondisi anak ke dokter sebelum melakukan vaksin. Agar vaksin dapat diterima tubuh dengan sempurnah dan anak mama hidup sehat. 

Share
Editorial Team

Dampak Perceraian Orangtua pada Anak, Bisa Sebabkan Depresi Berat

Freepik/studio4rt
Freepik/studio4rt

Perceraian merupakan peristiwa yang kompleks dan emosional bagi semua orang yang terlibat, terutama bagi anak-anak. Dampak perceraian pada anak dapat bervariasi tergantung pada berbagai faktor, termasuk usia anak, jenis kelamin, temperamen, dan cara orangtua menangani perceraian.

Ketika orangtua memutuskan untuk berpisah, anak-anak tidak hanya harus menyesuaikan diri dengan perubahan dinamika keluarga, tetapi juga menghadapi berbagai dampak psikologis, emosional, dan sosial.

Dalam banyak kasus, anak-anak mungkin merasa bingung, cemas, dan tidak aman. Mereka mungkin juga mengalami perasaan kehilangan dan ketidakpastian mengenai masa depan.

Memahami bagaimana perceraian mempengaruhi anak-anak sangat penting agar orangtua dan keluarga dekat lainnya agar dapat memberikan dukungan yang tepat untuk membantu mereka melewati masa ini dan memastikan kesejahteraan mereka tetap terjaga.

Berikut Popmama.com rangkum dampak perceraian orangtua pada anak, awas bisa jadi pembangkang lho!

1. Meras sedih dan ditinggalkan karena orangtua bercerai

Ilustrasi - Freepik/Jcomp
Ilustrasi - Freepik/Jcomp

Dampak emosional yang terjadi pada anak orangtua yang bercerai yakni bisa mengalami kesedihan dan duka yang cukup mendalam. Anak-anak mungkin merasa sedih, kehilangan, dan marah atas perceraian orang tua mereka.

Mereka mungkin merasa ditinggalkan, tidak dicintai, dan tidak aman. Selain itu anak-anak mungkin bingung tentang apa yang terjadi dan apa artinya bagi mereka. Mereka mungkin tidak yakin dengan masa depan mereka dan peran mereka dalam keluarga.

2. Anak mungkin merasa bersalah karena perceraian orangtua