Remaja Baru Dekat Lawan Jenis? Waspadai Tanda Redflag Ini!

- Lihat reaksi saat menghadapi masalah, dari situ bisa dilihat karakter aslinya.
- Jangan terpaku pada sikap manis di awal, karena harus lebih memperhatikan bagaimana dia memperlakukanmu di balik semua pemberian itu.
- Perhatian cara menyelesaikan konfliknya! Saat ada salah paham atau melakukan kesalahan kecil, bagaimana reaksinya? Hubungan sehat ada komunikasi dua arah.
Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Masa remaja adalah fase di mana anak mulai mengenal arti hubungan, termasuk rasa suka dan ketertarikan pada lawan jenis. Saat baru mulai dekat dengan seseorang, semuanya bisa terasa menyenangkan dan penuh warna.
Tapi, penting untuk tetap waspada pada masa ini. Jangan sampai lengah, Mama perlu beri arahan kepada anak remaja di rumah.
Kedekatan hubungan sosial semacam ini bukan hanya cinta yang manis melainkan ada hal-hal yang perlu diperhatikan sejak awal. Salah satunya adalah tanda-tanda red flag, atau sinyal bahaya sebagai ciri-ciri awal hubungan tidak sehat.
Sebagai orangtua, anak remaja mesti diberikan pemahaman mengenai ini. Penting untuk memberikan pemahaman soal hubungan sosial yang sehat, apalagi masa remaja sudah mulai ada rasa suka kepada lawan jenis.
Berikut Popmama.com rangkum informasi lengkap soal remaja baru dekat lawan jenis? Waspadai tanda redflag ini ya!
1. Ajarkan remaja menilai karakter orang saat menghadapi masalah

Penting untuk mengajarkan anak bahwa sikap seseorang saat semua berjalan lancar belum tentu mencerminkan kepribadian aslinya. Ajak anak remaja memahami pentingnya memperhatikan reaksi orang lain saat menghadapi situasi sulit. Misalnya ada aktivitas bersama dan terlambat, menghadapi kejadian tidak terduga atau sesederhana saat terjebak macet.
Reaksi yang penuh amarah, ugal-ugalan, atau tak bisa mengendalikan emosi bisa menjadi tanda bahaya alias red flag.
Orangtua bisa memberi pemahaman bahwa cara seseorang mengelola stres mencerminkan kematangan emosinya. Jangan biarkan anak hanya terpukau dengan sikap manis yang sering digambarkan di film atau drama Korea untuk dijadikan patokan.
“Jangan hanya terpana dengan sikap yang romantis padahal sebenarnya bukan seperti itu. Sikap-sikap manis di awal seperti di drama Korea atau film-film seringkali tidak mencerminkan karakter orang yang sesungguhnya. Lihatlah bagaimana sikapnya saat ada masalah, itu baru aslinya,” ujar Th. Etviokta W.P., S.Psi., M.Psi., dalam video di Instagram @vinanugroho.official.
2. Beri pemahaman mengenai perilaku orang lain yang bisa ditimbang anak remaja

Bunga dan cokelat memang bisa membuat hati senang, tapi jangan hanya fokus pada hal-hal manis seperti ini. Sering kali, sikap manis ini digunakan sebagai cara untuk meluluhkan hati, bukan sebagai cerminan karakter yang sebenarnya.
Ketika anak sudah remaja, orangtua perlu mempertimbangkan mengenai sika seperti ini bisa jadi berbeda dengan karakter dan niat orang yang sebenarnya. Oleh karena itu penting mengajari anak remaja untuk mulai belajar menimbang setiap perilaku orang lain kepadanya, terutama saat mulai dekat dengan lawan jenis.
Apakah dia benar-benar menghargaimu, atau hanya bersikap manis di awal? Di sinilah peran orangtua sangat penting untuk membangun pemahaman soal hubungan sosial yang sehat.
“Misalnya ketika dia mengalami masalah, itu yang harus diperhatikan. Jangan diabaikan,” jelas psikolog tersebut.
3. Orangtua menjadi ruang aman untuk anak agar bisa jadi tempat cerita

Saat ada salah paham atau melakukan kesalahan kecil, bagaimana reaksinya? Kalau dia langsung marah, mengumpat dengan kata-kata kasar, bahkan menyalahkan kamu atas kesalahannya sendiri sudah pasti red flag yang besar! Orangtua memberikan pemahaman bahwa hubungan yang sehat butuh komunikasi dua arah, bukan permainan menyalahkan atau pelampiasan emosi yang berlebihan.
"Ingat waktu dia salah, waktu kamu salah, bagaimana? Kalau dia marah dan mengumpat dan semua bahasa binatang keluar, lalu ketika dia salah dan dibuat kamu yang salah, itu sudah tandanya (redflag)," pungkasnya.
Di sini pentingnya orangtua menjadi ruang aman bagi anak, tempat di mana mereka merasa nyaman bercerita tanpa takut dihakimi. Dengan begitu, anak akan lebih terbuka menyampaikan keresahan atau pengalaman mereka termasuk saat mulai menyukai lawan jenis.
Orangtua yang hadir dan mendengarkan bisa menjadi pemandu yang bijak agar anak tumbuh memahami hubungan yang sehat, saling menghormati, dan saling menghargai.
Itulah beberapa tanda red flag yang penting dikenali saat mulai dekat dengan lawan jenis. Sebagai orangtua, penting untuk membantu anak memahami bahwa hubungan yang sehat adanya komunikasi dua arah.